pertemuan

29 5 0
                                    

Sudah seminggu berlalu, namun sikap Ayara masih kaku. Senin kedua di bulan Januari. Upacara bendera akan segera dimulai. Sial, saat Ayara akan berjalan ke lapangan ia di nampakkan dengan Nara yang baru saja datang ke sekolah. Nara dengan sangat tergesa itu menarik tangan Ayara yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Temenin aku Ay" ucap Nara dengan berlari tergesa. Ayara terdiam mendengar ucapan Nara itu dan mengikuti langkah Nara kembali ke kelas itu. Sepertinya sahabatnya itu sedang lupa jika mereka sedang ada masalah.

Sesampai di kelas dengan sangat tergesa itu Nara langsung menaruh tas di kursinya. Namun, raut wajah Nara mendadak panik melihat topinya yang hilang itu. Ia mencari ke seluruh kelas namun hasilnya nihil. Ayara mendekat ke tas miliknya dan mengeluarkan topi cadangan miliknya.

Ia memanggil Nara dan memberikan topi itu padanya, Nara nampak sangat bahagia sampai memeluk Ayara waktu itu. Tak banyak bicara, dengan waktu yang terbatas Ayara langsung menarik tangan Nara berlari keluar kelas. Dalam waktu yang bersamaan, tubuh Ayara menabrak seseorang yang juga tergesa dari kelas sebelah.

Gadis itu terjatuh bersama dengan Nara yang digandengnya, namun saat itu tubuh Nara terhempas dan menabrak seseorang yang berbeda dari sebelah kelasnya. Ayara terjatuh kepelukan tubuh lelaki yang baru saja ditabraknya dengan saling bertatap dan kedua lengan Ayara yang dicengkeram kuat oleh lelaki itu.

Nara yang hanya menabrak dan terjatuh terpisah itu langsung bangkit dan kedua manusia itu memandang Gavin dan Ayara yang masih berpelukan di lantai itu. Tatapan Ayara dan Gavin begitu tajam sampai tak ada yang mengusik suasana mereka hari itu.

"Vin!" Teriak Bara, lelaki teman Gavin yang tertabrak oleh Nara itu. Gavin terbangun dari lamunannya dan mendorong Ayara. Ayara terkejut dengan teriakan Bara saat itu, dengan sangat terkejut sampai tubuhnya yang begitu saja didorong oleh Gavin terjatuh di lantai.

Ayara lekas berdiri, seolah tak menghiraukan Gavin yang tengah menatapnya heran itu dengan masih dalam posisi duduk di lantai itu, lelaki itu melihat Ayara berlari menuju lapangan meninggalkan bara juga dirinya.

"Yang akan dilupakan semakin dekat pada waktunya tanpa kau meminta" ujar Nara dengan menyenggol pundak Ayara dengan pundaknya. Saat mereka baru sampai di baris paling belakang sewaktu upacara. "Apaan sih!" Ujar Ayara malu.

"Untung aja ngga ada guru waktu lo pelukan tadi" ucap Nara mengejek.

"Dug", nampak Gavin yang baru saja menyenggol pundak Ayara dari belakang dengan tergesa itu. Ayara hanya diam dan berfikir tentang apa yang baru saja terjadi padanya, terlebih tentang Gavin yang semakin aneh.

"Aku bilang juga apa Ay, Gavin itu ngedeketin kamu. Tuh buktinya dia lihat ke arah kamu terus" goda Nara.

"Gavin itu bukan ngedeketin aku, emang lagi pas aja momentnya jadi kelihatan ngedeketin. Lagi pula kan kamu yang tau tentang Gavin yang sesungguhnya" bisik Ayara.

Dari jarak beberapa meter Gavin dapat melihat Ayara dengan jelas tanpa tertutup siswa yang sedang berbaris itu, degup jantunya mulai tak beraturan lagi, jiwanya terasa bahagia, ada rasa ingin memandang Ayara berkali dan tak ingin mengalihkan pandangannya.

"Soal Ayara, Lo jangan bilang ke siapapun" bisik Gavin.

"Siap!! Kalo sampe tau anak-anak juga bakal jadi masalah"

"Ok"

"Emang perasaan Lo ke Ayara sekarang gimana sih" bisik Bara.

"Hushhh" ucap Gavin dengan kesal.

Upacara bendera telah selesai, namun sebelum waktu selesai Nara mengajak Nara untuk kembali ke kelas dahulu. Dengan langkah yang mengendap - endap kedua siswi itu berjalan ke kelas. Ayara merasakan ada seseorang yang berjalan dibelakangnya. Jantung Ayara mulai berdegup kencang, ia takut ada guru yang membuntuti mereka itu.

Aksata : Dia Bukan MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang