[1]. FIRST SIGHT

57 15 47
                                    

#YHS Boy's - V[I]NO
MWriting Project

~Pandangan pertaamaaa..~
Ciaa kayak judul lagu. EHHET

~~~

"Berawal sial
Berakhir sial"

@_@

"VINOOO!!" teriak wanita paruh baya sambil menatap nanar kepada lukisan yang telah ia buat. Dan kini tengah terjatuh dengan indahnya ke lantai, sehingga membuat warna yang belum sepenuhnya mengering menjadi berantakan.

Di sisi lain. Seorang pemuda yang merasa terpanggil, meringis membayangkan nasibnya. Masih pagi ia sudah kepergok melakukan kesalahan. Hidup gini amat.

Sambil berjalan kesumber suara tadi, ia tidak berhenti berdo'a kepada Yang Maha Kuasa. Semoga saja ada hidayah dan seketika membuat Maminya luluh.

Tetapi, semua itu langsung sirna ketika ia melihat wajah Maminya yang memerah menahan emosi.

"Cepat jelasin kenapa lukisan ini bisa jatuh!" sentak Lica sambil menatap putra satu-satunya yang begitu ceroboh.

"Mmm..anu Mih. Anu, ituuu mmm.." jawabnya terbata-bata sambil menggaruk tegukannya yang sama sekali tidak gatal.

"Anu-anu apa Vino?!" gertaknya tidak sabaran.

"Ginii.. Tadi kan Vino cari Mami, trus Vino ke sini buat mastiin Mami ada apa enggak. Tapi ternyata Mami gak ada, pas Vino pengen keluar. Vino gak sengaja nginjek tali sepatu sendiri. Jadinya Vino jatuh. Pas pengen berdiri, Vino pegangan ama standing lukisan ini, tapi kayunya gak kuat. Jadinya hacur deh. Trus lukisannya juga ikut jatuh. Selasaiii." jelas Vino panjang lebar dan seketika mendapat pelototan dari Lica.

Lica memijat pelipisnya merasa pusing dengan penjelasan yang diberikan oleh Vino. Sudah panjang, berbelit-belit lagi.
"Astagfirullah Vino. Kamu naruh otak dimana sih? Kok anak Mami ini pinter banget?" tanya Lica yang kesal dengan tingkah anak satu-satunya ini.

"Di sini lah Mih. Masa gitu aja ditanyain," jawab Vino sambil menunjuk kepalanya sendiri.

"Iya juga yah?" gumam Lica mengiyakan sambil meruntuki dirinya.

Vino merasa situasi aman, ia berniat kabur. Sebelum kabur ia pamit terlebih dahulu.
"Kalau gitu Vino keluar yah.." pamitnya nyaris tak terdengar, kemudian ia berlari sekencang-kencangnya.

"VINO! MAMI BELUM SELESAI NGOMONG!!!" teriak Lica ketika sadar bahwa ia telah dipermainkan oleh Vino untuk kesekian kalinya.

Vino masih bisa mendengar teriakan Maminya walaupun jaraknya saat ini sudah terbilang jauh.

Ia terkekeh lalu menggeleng, merasa lucu dengan tingkah Maminya itu, selalu saja mudah dibodohi.

Ketika dia berjalan kearah meja makan, dari jarak jauh ia telah melihat Papinya duduk dengan tenang sambil menikmati sarapan, tidak ada rasa terusik sama sekali atas pertengkaran anak dan ibunya tadi.

Bagi Dio, itu sudah menjadi bagian dari sarapannya di pagi hari.

"Pagi Pih," sapa Vino ketika berada tepat di sebelah Papinya kemudian ikut duduk dan mengolesi selai coklat kesukaannya pada selembar roti  yang telah disiapkan.

Dio memalingkan wajahnya, menatap Vino sepersekian detik lalu membalas sapaan anaknya.
"Pagi. Mamimu masih marah?"

"Gak tau, tanya aja sendiri. Vino berangkat dulu, Assalamualaikum!" pamit Vino ketika selesai meneguk segelas susu vanilanya sambil membawa sepotong roti, kemudian ia beralih mencium tangan Dio dan berniat untuk berangkat. Tetapi langkah Vino tiba-tiba terhanti ketika Lica memanggil namanya.

V[I]NOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang