[1] Siapa Kalian?

9.1K 685 124
                                    

Aula yang terletak di lantai sembilan itu dipenuhi oleh mahasiswa baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aula yang terletak di lantai sembilan itu dipenuhi oleh mahasiswa baru. Mereka menenteng ransel masing-masing, berdesakan guna mencari papan nama pleton yang dibawa para pendamping. Tak sedikit yang saling menginjak kaki lalu mengeluarkan sumpah serapahnya. Jeritan sakit pun bermunculan dan menambah keriuhan tersendiri.

"Cepat! Kakinya yang gerak! Bukan mulutnya!"

Sang koordinator lapangan terus-menerus mengulang kalimat yang sama. Tangan kirinya tampak gagah kala memegang megafon yang diangkat tinggi-tinggi. Namun, tidak satu pun mahasiswa yang mengindahkan. Mereka masih sibuk bergumam dan mempertanyakan, di manakah pletonnya berada?

Di tengah hiruk pikuk lautan manusia tersebut, ada satu lelaki yang memenjarakan suaranya. Sebanyak apa pun orang menginjak-injak dan menabrak bahu, ia hanya menyumbang seringai dan menatap sinis. Sungguh dingin. Sesekali ia membenahi letak ransel dan terus berjalan lurus.

"Siapa kalian?"

"Singa teknik!"

"Siapa kalian?"

"Singa teknik!"

Laki-laki itu mendengkus dan menggeleng pelan. Ia masih setia membisu tanpa mau bekerja sama. Ia juga memandang para kawan seangkatannya dengan risi sebab rela menghabiskan suara untuk berteriak.

Netranya kembali memastikan kebenaran nama pleton yang dibawa pendamping. Ia mengecek foto yang ia ambil dari mading dan memadukan keduanya. Embusan napas lega keluar dari mulutnya saat berhasil tiba di tujuan. Ia pun lekas berbaris di belakang mahasiswa lainnya.

"Hai?" sapa seorang gadis yang ada di depannya.

Laki-laki itu tersenyum tipis sekian detik lalu kembali datar.

"Nama lo siapa? Gue Lana," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Al."

Terlalu singkat, gadis manis berambut pendek itu pun mengangguk dan menarik tangannya kembali. Raut dan mimik lelaki putih--cenderung pucat--itu seakan tak ingin berurusan lebih jauh. Mereka pun kompak menghadap depan dan menunggu instruksi.

Tanpa bertanya, Lana sudah mengetahui dengan jelas bahwa ia dan Al tidak mungkin satu jurusan. Pintarnya para panitia dalam memberi identitas membuatnya mudah untuk memilah. Pita biru yang Lana kenakan merupakan jati diri kawan-kawan informatika, sedangkan milik Al berwarna hitam, menggambarkan sosok anak mesin sejati.

Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau lebih familier dengan nama OSPEK adalah gerbang pertama yang menyambut kehadiran mahasiswa baru. Setelah diberi arahan oleh rektor, mereka dikembalikan ke fakultas masing-masing. Tentu setiap fakultas memiliki ciri khas yang beragam. Setiap aturan dan segala ketegasan diberikan sesuai porsi.

Begitu pula dengan fakultas teknik. Siapa yang tak mengenal sistem yang telah diterapkan berabad-abad itu? Kabar simpang siur yang terdengar menakutkan terus berdendang dari telinga satu ke yang lainnya. Alhasil, tak sedikit mahasiswa baru yang mundur alon-alon dari acara ini karena bernyali ciut.

Imposition ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang