Terlambat Menemukanmu #3

15 3 5
                                    

Angin berhembus pelan menerbangkan ujung jilbab panjangnya. Tatapannya terpaku pada ikan yang tengah berenang di dalam kolam. Baru kali ini, ia memperhatikan dengan seksama kolam indah yang selalu dilaluinya.

Sudah mungkin dua puluh menit dia duduk di bangku taman. Namun belum ada kata yang terlontar dari seseorang yang berjarak satu meter darinya.

Tentu saja dia tidak akan memulai. Dia perempuan, malu rasanya jika memulai percakapan terlebih dahulu. Diapun menikmati keheningan yang tercipta ini

"kamu apa kabar? "

Akhirnya, orang di seberang sana bersuara juga

"Alhamdulillah, baik" dia masih menatap ikan di dalam kolam
"Kamu sendiri bagaimana?" dia balik bertanya

"Sekarang sudah jauh lebih baik"

Sekarang? Memangnya tadi kenapa?
Itu hanya isi hatinya, dia tidak berani mengemukakannya
Hah. Yang benar saja, ini seperti kamu bertemu teman lama yang tak pernah terjalin komunikasi, tapi tiba-tiba berjumpa.
Jelas dia sangat canggung.

"Kamu kemana aja selama ini? Lima tahun, Hanna. Aku mencari kamu, tapi aku tidak bisa menemukanmu"

"Kamu tahu dimana harus mencariku"

"Sudah berulang kali, Hanna. Dan rumahmu tetap kosong" ujarnya penuh rasa prustasi

"Kamu tahu apa yang aku maksud"

"Aku tidak tahu. Sungguh tidak tahu"

Barulah Hanna berani menatapnya

"Aku pernah bilang kan mimpiku apa"

"Tapi tidak secepat itu kan? " tatapan mereka bertemu

Dan rasa itu masih sama, tidak berkurang sedikitpun. Bagi Rey, Hanna akan tetap menjadi cinta pertamanya yang telah mencuri hatinya pada tatapan pertama

"Kamu bahkan baru selesai Sekolah MA waktu itu, aku cari cari kamu, Hanna. Aku sudah bilang kan aku serius dengan perasaanku dan akan tetap menjaga kesuciannya"

"Banyak hal terjadi waktu itu"

Hanna melirik ke arah jam yang melingkari pergelangan tangannya.

"Ma'af Rey, aku harus segera pulang"

Rey menundukan kepala, tak mampu menatap mata lentik yang telah memenjarakan hatinya itu

"Kamu setiap hari mengajar di sini? " Rey bertanya masih dengan kepala menunduk

"Tidak, hanya setiap akhir pekan" Jawab Hanna sambil bangkit berdiri, hendak pergi

"Baiklah"

Rey tidak menahannya pergi. Karena memang, inilah yang seharusnya terjadi.

Setidaknya, cukup untuk hari ini

***

Badannya terasa lebih segar dan lebih rileks sekarang. Rey telah selesai bersih-bersih dan mandi, sekarang dia sedang berjalan menuju Mesjid untuk menunaikan berjama'ah sholat Isya.

Akhirnya, karena DKM Mesjid melihatnya sore tadi dengan menggeret koper, beliau menawarkan kamar tempat tinggalnya dulu untuk sementara. Rey sangat bersyukur untuk itu, setidaknya dia tetap bisa menjernihkan fikiran di rumah Allah ini.

Setelah selesai sholat Isya berjama'ah, Rey hendak kembali ke kamarnya karena merasa lelah. Namun seseorang yang tengah duduk di bangku kolam, menghentikan langkahnya.

Hanna?

Rey bingung, antara rasa bahagia dan sedih. Cintanya pada Hanna tidak pernah berubah tapi Rey sudah menikah. Meskipun dia akan bercerai, tidak sepatutnya dia memendam rasa pada wanita lain saat statusnya masih menjadi suami sah wanita lain.

Seandainya dulu kamu tidak menghilang, Hanna. Nelangsanya dalam hati

Rey meneruskan langkah, dan gadis itu mengangkat kepalanya. Tunggu, gadis? Satu pemikiran melintas di dalam kepala Rey. Apa Hanna belum menikah? Atau malah telah menjadi istri orang lain?

Ingatkan Rey untuk menanyakan hal ini langsung pada Hanna, agar dia bisa mematikan rasa yang sebenarnya tidak pernah sirna dalam dada.

"Assalamu'alaikum " Hanna berdiri dari duduknya dengan canggung

"Wa'alaikumsalam " jawab Rey

"Rey, aku bawakan makanan. Aku mendengar dari anak-anak kalau kamu menginap di sini" Hanna menyodorkan rantang makanan padanya,

"wangi sekali" Rey mengambil rantangnya dari tangan Hanna
"Terima kasih ya"

"Sama-sama, kalau gitu aku pulang ya"

"Bolehkah aku bertanya?"
Rey memberanikan diri mengutarakan pertanyaan yang hinggap di kepalanya tadi

"Apa kamu sudah menikah?"

TERLAMBAT MENEMUKANMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang