Terlambat Menemukanmu #1

38 5 2
                                    

Ruangan itu gelap, segelap suasana diluar sana yang telah menunjukkan pukul dua belas malam.  Namun, belum terfikir olehnya untuk berhenti dan pulang. Seolah tiada yang menantinya di rumah, tiada yang menanyakan kapan pulang dan sedang dimana. Dia tetap saja pada kebiasaan buruknya ini.

Dddrrrttt,,,  dddrrrttt

Suara ponsel berbunyi untuk kesekian kalinya, dan dia tidak berniat untuk melirik sekalipun.
Kepalanya sudah sangat pusing, gabungan lelah bekerja dan berfikir yang tiada henti. Diletakkannya kepala ke atas meja. Berharap rasa pusingnya menghilang atau berkurang barang sedikit.
Lama dia memejamkan mata, namun rasa pusing malah bertambah dan rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dia pun bangkit berdiri dengan agak kesusahan. Rupanya demam menimpanya, rasanya seluruh tubuhnya bergetar dan tak memiliki tenaga. Akhirnya diapun ambruk di lantai yg dingin.

***

Masih terlalu berat kepalanya saat dia membuka mata, rasanya ada batu besar menimpa kepalanya. Diakibatkan rasa pusing yang teramat sangat.

Tak ingin memaksakan diri, diapun hanya berbaring dan meringkuk menarik lagi selimutnya. Tunggu! Selimut? Dia tidak sadar memakai selimut semalam, bahkan dia juga tidak sadar telah berpindak ke atas ranjang yang empuk. Yang dia ingat dia jatuh di atas lantai yang dingin semalam

Kreet,,,

Terdengar suara pintu dibuka, dia berpura pura tertidur, walau sebenarnya matanya memang berat untuk terjaga.

"Assalamu'alaikum, Kak. "

Terdengar suara cempreng anak perempuan, dan langkah kaki yang mendekat. Kemudian selimutnya yang ditarik

"Bangun Kak, sudah siang. Afwa mau roti bakar, buatin ya. Ehh... Om siapa? "
Otomatis matanya terbuka melihat anak perempuan yang membangunkannya. Pandangan mereka bertemu. Siapa dia?

"aduuh Afwa, kebiasaan masuk kamar gak ketuk pintu dulu."
terdengar lagi suara bariton laki-laki. "jangan diganggu Omnya sedang sakit"

"Om ini siapa, Kek? " tanya anak perempuan dengan suara lucunya

Diapun mencoba bangkit dari berbaringnya dan menyandar di kepala ranjang.

"Om ini temannya Kakek" Jawan Laki-laki paruh baya

"Ma'af ya Pak Rey, jika cucu saya ini mengganggu istirahatnya. Bagaimana keadaanya sekarang, sudah merasa lebih baik? "

Rey mengerutkan kening, sering melihat wajah Bapak ini, namun tidak mengenalnya.

"Saya Budi Pak, securiti di kantor Bapak. Semalam sewaktu saya berjaga, saya menemukan Bapak berbaring di atas lantai. Ma'af jika saya lancang memasuki ruangan Bapak tanpa izin, namun saya khawatir Bapak kenapa- kenapa. Dan ternyata benar, Bapak sakit. Badan Bapak panas dan Bapak pingsan. Jadi saya langsung bawa ke rumah saya. Kebetulan menantu saya, Ayahnya Afwa seorang dokter. " jelasnya panjang lebar

"ohh, terima kasih Pak Budi, saya tidak akan melupakan kebaikan Pak Budi. "

"jangan sungkan Pak, ini sudah menjadi kewajiban saya. Bapak bagaimana keadaannya sekarang? Semalam menantu saya sudah periksa katanya Bapak kecapean dan stress. "

"jangan panggil saya Bapak, Rey saja Pak. "
Jawabnya sambil tersenyum kecil
"dan alhamdulillah sekarang sudah mendingan, hanya kepala saya saja yang masih agak berat. "

"saya tidak berani panggil nama sama atasan saya sendiri, Pak. "

"tidak apa-apa Pak, ini kan di luar kantor. Panggil nama saja. " terangnya

" ya sudah, nak Rey. Kalau sudah agak mendingan, mari ikut kami sarapan. "
Tatapannya beralih pada anak perempuan yang sedari tadi memperhatikan mereka "Afwa, ayo ke meja makan. Kakakmu pasti sudah buatkan roti bakar kesukaanmu. " ajaknya
Si anak perempuan yang dipanggil Afwa itupun mengikutinya dan menggandeng tangannya.

TERLAMBAT MENEMUKANMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang