Ch. 1 : If there is no if....

671 53 32
                                    

Sinopsis

Meskipun kota ini adalah kota besar, meskipun kita tidak saling mengenal, kita mungkin saja saling berpapasan di jalan. Mungkin kita suka membaca buku yang sama, suka mendengarkan lagu yang sama, mungkin kita akan jatuh cinta tetapi masa berlakunya hanya (One Day) Satu Hari. sementara di hari itu, kita baru mengenal satu sama lain, dan selamanya terukir satu sama lain dalam hidup kita.

 sementara di hari itu, kita baru mengenal satu sama lain, dan selamanya terukir satu sama lain dalam hidup kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JIYEON POV

Jika saja aku terbangun di tempat lain di pagi hari, hidup pasti berbeda......

Aku membuka mata dan memandang sekeliling.

Namun,

Yang kudapati masih tetap. Ini kamarku. Ya kamar di rumahku sendiri, bukan kamar di tempat lain, juga... "Jiyeon-ah, mengapa masih belum bangun?" sapaan luar biasa nyaring dari Eomma,

["Whoa! Eomma~ piringku pecah."]

["Oh, aedul-ah! Gwenchana?"]

Dan... suara bising kedua adikku. Mereka selalu membuat kekacauan sehingga pagi hari di rumah ini tidak pernah tenang. Aku menarik kembali selimut hingga sebatas leher, memutar posisi berbaring ke samping menghadap jendela, kemudian meringkuk, memejamkan mata kembali.

Setelah beberapa detik, perlahan kubuka kembali mataku bersamaan dengan suara Eomma yang masih saja terdengar nyaring meski aku yakin Eomma sudah tidak berada di balik pintu itu.

"Jiyeon-ah, cepat bangun dan bantu Eomma!"

Aku segera duduk, selimut biru yang menyelimutiku tersibak. Kukuncir asal rambutku, dan bergegas pergi mandi.

Saat sudah di ruang makan, pemandangan yang kudapati tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sudah di ruang makan, pemandangan yang kudapati tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Eomma yang sibuk menyiapkan sarapan untuk kedua adikku. Appa duduk santai di sofa, sedang membaca koran dengan ditemani siaran berita pagi hari di TV. Kedua adikku yang bersahutan-sahutan saling meminta jatah sarapan mereka.

Aku beralih menuju dapur untuk membawakan dua piring lauk yang belum dihidangkan di meja. Kemudian, menarik salah satu kursi disana, dengan tenang menikmati sarapanku sambil membaca buku yang belum kuselesaikan.

O N E  D A YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang