Ch. 2 Wish To See Snow...

270 38 31
                                    

Sebelumnya....

"Eh. Hari ini hujan lagi."

Aku terpaku di tempat, memandangi lalu-lalang orang, terdengar derak langkah-langkah kaki berderak menginjak genangan air di jalan beraspal ini. Mereka terlihat terburu-buru. Tiba-tiba aku tidak tahu harus pergi kemana.

"Anda tidak membawa payung, Nona?"

Suara berat itu lagi. Kepalaku menoleh ke kiri. "Huh?"

"Ternyata sering kali turun hujan di kota ini. Aku terjebak hujan kemarin. Sekarang hujan lagi."

JIYEON POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JIYEON POV

Mungkin karena terus kupandangi, lelaki itu kembali berbicara, "Kita baru saja bertemu di toko buku, anda ingat?"

Aku mengusap pelipisku. "Iya, saya ingat." Jawabku kemudian.

"Kau sangat menyukai buku The Dreamcatcher, benar bukan? Kau bahkan membuat kutipan dari buku itu." Tiba-tiba lelaki itu menggunakan banmal.

Aku menganggukkan kepalaku. "Humm... benar."

"Novel itu memang sangat bagus! Aku sudah mendatangi toko buku ini selama tiga hari. Akhirnya, aku selesai membacanya."

"Mworago? Kau sudah selesai membaca seluruhnya?" Tanyaku terkejut. Dan baru kusadari aku juga menggunakan banmal.

Lelaki itu menyatukan kedua tangannya di depan wajahnya. "Mianhaeyo. Novel itu sangat mahal, kalau tidak aku pasti sudah membelinya."

Aku tertawa mendengar jawabannya. "Gwenchana. Harga ditentukan oleh pemiliknya sendiri. Buku yang sudah tidak dicetak lagi memang mahal. Yang membuatku terkejut adalah kau sudah menyelesaikan novel itu. Sangat cepat~"

Lelaki itu juga ikut tertawa. "Karena alur ceritanya sungguh menarik. Aku sangat iri dengan Hero Billy. Dia bisa bertemu banyak manusia yang unik tetapi menyenangkan juga...."-

Aku mendengarkan ucapannya dengan antusias.

-"dan tidak peduli seberapa besar kesulitan yang dia hadapi, dia bisa bangkit kembali." Lanjutnya.

Aku menghadap ke arahnya dengan sempurna. "Tidak setiap waktu! Setelah bertemu dengan "Wanita Bertopi", dia mengalami depresi cukup lama!" Ucapku, meralat ucapan lelaki itu.

Tangan lelaki itu mengusap-usap dagunya. Kuperhatikan wajahnya terlihat sedang berpikir. "Oh, benar... Dan setelahnya dia bertemu dengannya ("Wanita Bertopi"), tetapi..."

Aku menghentikan ucapannya. "AAAAAA~ aku tidak ingin spoiler! Aku belum membaca seluruhnya!" Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil menutup telingaku dengan kedua tanganku.

Kudengar dia tertawa, menertawakan sikapku yang kekanakan.. mungkin. Pandanganku menangkap raut wajahnya yang tersenyum. Bibir tipisnya melengkung sempurna, matanya terpejam sempurna, membuatku juga ikut tersenyum.

O N E  D A YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang