Chapter 1

4.4K 238 33
                                    

- Mew Suppasit -

Hari sudah hampir sore disaat aku keluar dari bangunan itu bersama perempuan yang merangkul tangan kiriku. Tidak ada yang bersuara hingga kami sampai di depan mobil kami masing - masing yang terparkir berdampingan.

Rangkulan tangannya terlepas, dan saat akhirnya kami berdiri berhadapan yang pertama aku lihat adalah senyum manisnya, namun hatiku terluka. Dapat aku lihat matanya yang berkaca-kaca dengan setitik air mata di sudut matanya. Dia tersenyum di balik lukanya.

"Eye…" gumamku lirih, lalu kemudian suaraku tercekat di tenggorokan.

Dia masih tersenyum, dengan setitik air mata masih menggantung di sudut matanya. Air mataku pun refleks keluar.

"Bodoh! Kenapa menangis?" Ujar Eye sambil menghapus air mataku dengan ibu jarinya. Tapi dia pun sudah tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya karena setitik air mata itu kini lolos ke pipinya.

"Maafkan aku," ujarku lirih. Kini ibu jariku yang bergerak kebawah matanya, menghapus air matanya.

"Sekali lagi kamu meminta maaf, aku tidak akan lagi membuatkanmu sashimi salmon." Eye tertawa kecil, masih sambil menangis.

Aku refleks ikut tertawa kecil, juga masih sambil menangis.

Kemudian hening.

Kami masih berdiri berhadapan.

Eye menarik nafasnya perlahan, kemudian kembali tersenyum. Kali ini sebuah senyum yang lebih tulus.

"Phi Mew, kamu harus berbahagia," Suara lembutnya kembali terdengar. "Sudah cukup kamu berkorban demi orang lain. Jangan pernah lagi mengabaikan perasaanmu."

Aku mengangguk lemah. "Kamu juga carilah pendamping yang lebih baik dariku."

Eye tertawa. Tawa renyah yang selalu terdengar menenangkan. "Tenang saja, banyak yang tertarik padaku."

Aku ikut tertawa, kali ini tawa yang lebih tanpa beban saat melihat memainkan matanya dengan genit.

"Setelah ini Phi Mew mau kemana? Mau makan malam di rumah?"

"Aku akan melihat Apartemen baruku, tapi sepertinya aku akan sempat untuk makan malam di rumah."

Dia mengangguk kecil.

"Ah iya, sepulang dari Apartemen tolong mampir ke toko buku dulu ya. Buku mewarnai Ryan sudah habis."

"Beli berapa?"

"Tiga saja."

Aku mengangguk sebagai jawaban.

Dan kemudian suasana kembali hening untuk beberapa saat.

"Eye, terima kasih untuk 8 tahun ini. Kamu yang terbaik."

Tanganku refleks membelai rambutnya, dan saat dia belum sempat menjawab kutarik dia dengan lembut kedalam pelukanku.

"Kamu lebih layak untuk berbahagia dibandingkan aku, Eye."

Air mataku kembali mengalir keluar. Sementara itu dia tidak berkata apa-apa, namun bisa aku dengar isakan kecil darinya. Tidak lama tangannya pun melingkar di pinggangku.

Cerita Tidak Berakhir Di Sini - Semi Hiatus -. (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang