O1

25 5 0
                                    

Enjoy ya, semoga kalian suka !

:
:
:

"Sudah ku bilang, apa kau tidak mendengarnya hah?!"

"Aku tidak mau! Enak saja!"

Dealova atau biasa dipanggil Dea, anak yang berusia 12 tahun tengah duduk dimeja makan menatap datar kedua orang tuanya- sial!

"Ayah bunda, apa bisa kita makan dengan tenang sehari saja?" keluh Dea.

Kedua orang tuanya pun menatap bocah itu dengan tatapan tajam.

"Kau! Bisa diam?!"
Wanita tua yang sedari tadi membentak Ayahnya beralih untuk memarahinya.

Tapi tenang saja. Hey, dia sudah terbiasa sejak 5 tahun lalu. Orang tuanya memang tidak bisa akur dari saat ia berumur 7 tahun.

Sudah terbiasa, serius.

Dea menatap jengah ibunya "Aku tidak ingin bertengkar Bunda, hanya saja aku mau kita bertiga makan dengan tenang sekali saja. Apa tidak bisa?"

Ibu anak itu langsung memukul meja dengan keras "Makan sendiri saja! Kau sudah besar kan?!" lalu setelahnya ia pergi kedalam kamar.

Ayahnya, menatap Dea dengan tatapan datar miliknya lalu melempar 1 buah gelas kaca dan pergi.

Ya, sudah tentu pecah.
Tapi tidak apa apa, ia bisa menggantinya dengan 40 lusin bahkan yang lebih mahal.

Dea menghela nafasnya lalu memungut pecahan kaca yang tergeletak mengenaskan itu.

Setelah selesai, dia membuangnya ketempat sampah lalu ia melihat tangannya lama dengan tatapan datar, darah yang sangat banyak tentunya karena goresan kaca gelas tadi.

Dea mengendikkan bahunya acuh. Ia pun mengambil obat dan perban lalu mengobati tangannya.

Sekarang tangannya terperban setengah, dari pergelangan hingga mendekati jari jarinya.

"Hah.."
Gadis itu pun menyambar hoodie hitam miliknya dan berangkat kesekolah.

.
.
.

Saat keluar dari mobil mewahnya- ya dia diantar oleh supir pribadi. Ia memasang earphone di telinga bagian kirinya sedangkan yang satunya ia biarkan.

Berjalan dengan tatapan datar, jangan lupa kedua tangannya yang masuk kedalam kantung depan hoodie.

Saat didepan kelas, semua siswa dan siswi berbalik menatapnya. Hanya saja Dea tidak peduli saat ini, ia lebih memilih duduk dibangkunya- tepat disamping jendela dan menidurkan kepalanya dengan kedua tangan yang ditekuk sebagai bantalan tentunya.

Omong omong ini hari pertamanya bersekolah di tingkat menengah pertama. Sudah pasti banyak yang memperhatikannya karena sikapnya, mungkin (?)

Tidak terasa bel masuk pun berbunyi. Saat sekitar 2 menit belnya berbunyi, didepan kelas Dea terlihat ada 5 siswi yang lumayan cantik dengan cara berjalan yang iyuw- seperti sangat berkuasa masuk kedalam kelas.

Peduli? Haha tentu saja tidak.

Saat Dea kembali ingin menidurkan kepalanya, tiba tiba saja rambutnya ditarik.

"Ini tempat duduk ku putri cupu"
Sepertinya ketua geng tadi yang mencoba mencari masalah dengannya.

"Lepaskan tanganmu dari rambutku" desis Dea tidak suka.

"Pindah dulu~" jawab gadis berambut pirang itu dengan nada mengejek.

Sial, mereka tengah diperhatikan oleh seisi kelas saat ini.

Dea yang kesabarannya telak sudah habis itu tiba tiba mencekik leher gadis yang ada didepannya.

"Siapa namamu, huh?" tanya Dea dengan tatapan meremehkannya.

"SIAL! LEPASKAN AKU!" teriak gadis itu dengan keras. Seisi kelas tentu sangat terkejut tapi tidak ada yang berani melerai.

"Kutanya siapa namamu!"

"B-belva!" jawabnya dengan nada terputus putus karena sungguh, nafasnya hampir habis sekarang.

"Hey Belva, berani mengangguku lagi maka aku tidak segan segan membunuhmu dan menaruh mayatmu digudang-" Dea menyeringai "Dan lagi aku akan memotongmu dan membakar tubuh busukmu itu hingga hanya tersisa tulangnya saja"

Dea menghempaskan tubuh Belva hingga gadis itu jatuh terduduk.

"DASAR PSIKOPAT!"

Dea hanya menatap gadis itu tidak minat. Penuh drama sekali.

Tiba tiba Belva kembali bangun dan memukul meja Dea. Teman teman Belva tau, ketuanya tengah marah saat ini.

"Kau! Aku bisa saja mengeluarkanmu dari sekolah!"

Dea menaikkan alisnya sebelah.
Maksudnya gadis ini menantangnya begitu?

"Kau tau keluargaku adalah pemegang perusahaan ternama di London saat ini!"

Heh? Apa apaan ini?

"Kau berniat menyombongkan harta keluargamu begitu?"

"Hei, kau tau? Keluargaku bahkan mempunyai perusahaan besar yang menduduki peringkat ketiga di dunia"

Damn! Belva telak terdiam.

"Aku bisa saja duluan membuat keluargamu bangkrut dengan hitungan detik, cangkam itu"

Dea kembali duduk ditempatnya dan fokus melihat pemandangan di luar sekolah.

Sedangkan Belva? Gadis itu menghentakkan kakinya dan memilih untuk duduk ditempat lain.

Berani sumpah, seisi kelas tidak akan pernah menganggu gadis bernama Dea itu.

'Baru hari pertama sekolah saja sudah kacau seperti ini, apa sehari saja aku bisa tenang' batin Dea.





Tbc

Ohalo !
Aku buat cerita baru nih hehe
Walau up nya bakal jarang si karena ada ff yang aku harus selesaiin secepatnya juga hshs!

Semoga kalian suka ya, jangan lupa vote nya!

Broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang