Chapter 1

1.6K 68 1
                                    


"Gulf!"

Aku menoleh ke arah suara sengau yang memanggilku, dan akhirnya menemukan Khun, Mild dan Sam sedang cekikikan sembari mengangkat gelas mereka yang penuh dengan beer.

"Gulf! Kami pikir kau tersesat!" teriak Mild begitu aku duduk di sampingnya. Mukanya yang putih pucat sudah berganti warna menjadi merah. Anak ini memang gampang mabuk.

"Bar ini cukup jauh dari rumahku." Kataku sembari menuangkan alkohol ke gelasku. "Kalian sudah lama disini?"

"Belum. Baru 30 menit." Jawab Mild.

Aku hanya mengangguk sembari menegak minumanku. Ahh segar sekali.

"Jadi apa yang terjadi?"

"Hmm?"

"Apa yang terjadi padamu, Gulf?" Tanya Sam lagi, kini menatapku serius. Mild dan Khun juga ikut menatapku dan melipat tangan mereka di atas meja. "Biasanya sangat sulit mengajakmu ke bar! Tapi tiba-tiba saja kau bilang mau ikut ke bar!"

"Benar-benar. Aku terkejut!!!" teriak Mild di telinga kananku.

Dasar tukang mabuk ini.

"Tidak ada yang terjadi. Aku hanya sedang bosan. Perkuliahanku sedang masa-masa membosankan."

Mild tertawa. Dan jenis tawanya seperti orang sedang tersedak, membuatku, Sam dan Khun memandangnya prihatin. "Apa kalian dengar apa yang baru saja dikatakan anak pintar ini? 'kuliah sedang masa-masa membosankan'!" teriaknya lagi.

Oh anak ini.

"Kau sudah mabuk, Mild." Aku memberitahunya sembari menegak minumanku lagi.

Suasana bar cukup nyaman. Bar ini tidak terlalu luas tapi tidak terlalu kecil juga. Jumlah pengunjangnya pun tidak terlalu nyaman dan sepertinya sebentar lagi akan ada live music karena sedang ada pria berambut merah yang berdiri di atas panggung, menghubungkan gitar dengan kabel dan speaker.

"Jadi bagaimana rasanya menjadi mahasiswa tahun kedua kawan-kawan?" Tanya Khun kepadaku dan kepada Sam karena Mild baru saja beranjak dari kursinya untuk bergabung dengan cewek-cewek yang duduk di pojokan.

"Sebenarnya sama dengan Gulf. Aku sedang kebosanan!" Sam mengangkat gelasnya, dan aku pun menyambutnya dengan gelasku. Ting! Gelas-gelas itu kosong dengan cepat. "Kenapa kita harus kuliah?!?!?" keluh Sam.

"Karena kita butuh ijazah untuk bekerja—" jawab Khun.

"Untuk menjadi kaya—"

"Lalu punya istri cantik—"

"dan seksi dengan payudara besar—"

"Punya dua anak di rumah besar yang mewah—"

"Lengkap dengan basement bawah tanah berisikan mobil-mobil sport—"

"Lalu hidup bahagia dengan uang banyak sampai 100 tahun." Tutup Sam. "Cheers!" Ia mengangkat gelasnya. Khun mengangkat gelasnya dengan semangat dan aku pun mengikuti mereka. Gelas-gelas yang terisi penuh pun kini kosong kembali.

Dasar teman-temanku yang pandai mengkhayal dan pandai minum.

Brrttt. Ponselku bergetar. Aku mendapat pesan dari kakak perempuanku. Telfon aku sekarang Gulf!!"

"Apa itu dari pacarmu?" Tanya Khun. Ia mengarahkan wajahnya mendekat ke ponselku, berusaha mengintip. Aku buru-buru menjauhkan ponselku.

"Gulf, tidak punya pacar, Khun. Selamanya sendiri. " Sahut Sam, yang kini menjadi juru bicaraku.

Mew+GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang