"Berhenti mengelak, Gulf. Kamu mencintaiku sebesar aku mencintaimu. Aku tahu itu."
Aku tertegun. P'Mew menatapku dalam dan menungguku mengatakan sesuatu. Membenarkan ucapan P'Mew rasanya sangat berat.
Aku tau P'Mew mengharapkan aku mengucapkan tig...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Sepertinya otak ku butuh waktu cukup lama untuk memproses fakta bahwa Mew sedang duduk dihadapanku dengan sebungkus sandwich yang sekarang tinggal setengah di tangannya.
Mew menatap sandwich di tanganku yang masih nyaris utuh, lalu mata gelapnya menatapku. "Sandwichmu masih utuh. Apa tidak enak?"
Aku menggeleng.
"Lalu kenapa?"
"......"
Merasa ada yang salah, pria dihadapanku ini berhenti makan dan meletakkan sandwichnya di piring. "Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat seperti orang yang baru saja kena serangan jantung?"
"....."
"Apa makan dengan teman, terasa aneh untukmu? Atau mungkin kau memang tidak punya teman?"
Aku mendengus. "Teman? Kau bahkan tidak tau siapa namaku."
"Gulf." Jawabanya cepat. "Namamu Gulf." Ulangnya seolah-olah aku tak mendengar.
Jantungku mencelos. Shia! Darimana dia tau namaku?
"Sekarang giliranmu. Apa kau tau namaku?"
"......"
"Tidak tau?"
Aku menghela napas. "Mew. Namamu Mew."
"Bingo!" Mew kembali mengambil sandwichnya, tapi sebelum kembali mengigitnya, ia menurunkan sandwichnya kembali tanpa memutus kontak mata denganku. "P' Mew. Kau harusnya memanggilku P' Mew."
"Kau tau umurku?" aku mengernyit.
"Tidak sulit untuk ditebak. Dari karaktermu itu."
Ada apa dengan karakter ku?
"Mulai sekarang panggil aku P'Mew."
"Memang berapa umurmu?"
"Aku jelas lebih tua darimu, kiddo." "Sekarang, makan sandwich mu."
Aku memutuskan untuk menurutinya.
Hap.
Satu gigitan.
Ia masih menatapku dan tatapannya yang intens terlalu menggangguku.
"Berhenti melakukannya."
"Melakukan apa?"
"Menatapku."
"Aku tidak bisa. Kau ada di depanku."
Huh?! Aku beranjak dari kursiku, dan saat itu juga lagi-lagi Mew memegang tanganku. "Kau mau kemana?"
"Menghilang dari hadapanmu."
"Jangan. Duduklah kembali."
"Aku harus pulang dan belajar sebentar lagi ujian akhir."
