Setelah gonta-ganti draft entah berapa kali, another RioSabu fic 'w')/
Sebelum ada yang nanya di tengah2 fic, ada bbrp penjelasan dulu. Di sini pakai alternate timeline jadi hypmic gak muncul 3 tahun seperti di canon tapi 5 tahun. Senjata api gak murni dihapus semua karena itu militer gak dibubarkan tapi jumlah anggota dipangkas habis2an (it's more like eventhough you're a cop or army you need a high clearance to carry a gun), makanya disini Rio bisa status keaktifan militernya jadi 'cadangan' ('reserve' in military also exist in RL).
(I know I should finish my soukoku fic before publish this but that time dilation theory fried my brain ⚰️ )
------------------
"Tadaima," ucap Saburo meski tak mengharap jawaban. Jiro sedang ada kegiatan klub dan Ichiro biasanya berada di luar rumah di jam ini, menyelesaikan berbagai permintaan pekerjaan yang masuk.
"Okaeri, Saburo," balas Ichiro yang jelas tak diduga.
"Pekerjaannya sudah selesai, Ichi-nii?" Saburo segera menghampiri kakak tertuanya itu dan mengeluarkan lembar ujian matematika dan sejarah yang baru dikembalikan oleh gurunya hari ini. "Lihat Ichi-nii, aku dapat nilai seratus lagi." Dengan penuh rasa bangga dia menunjukkan dua kertas bertulis seratus di dalam lingkaran.
"Hebat!" puji Ichiro yang mengusap kepalanya hingga mengacaukan rambutnya tapi Saburo tak masalah, dia senang diperlakukan seperti ini oleh kakak pertamanya.
"Ichi-nii tidak ada pekerjaan? Kenapa sesore ini sudah di rumah?" tanya Saburo.
"Tidak juga, ini hanya mampir sebentar, aku mau pergi lagi. Aku mungkin pulang larut jadi makan malam saja dengan Jiro dulu dan jangan bertengkar," kata Ichiro sambil memakai sepatunya.
Saburo merengut. Sudah Ichiro pulang larut, harus makan malam bersama Jiro, dan tidak boleh bertengkar, poin terakhir itu sangat berat. Meski sudah diperingatkan dia dan Jiro pasti akan bertengkar lagi. Oh, benar juga, selagi Ichiro belum pergi dia katakan saja hal yang mengganjalnya belakangan ini.
"Ano Ichi-nii, aku tidak keberatan kalau Ichi-nii memberiku lebih banyak tugas. Aku tidak mau kalah dari Jiro," ucapnya.
"Aku tidak mau mengganggu jadwal belajarmu," balas Ichiro.
Saburo menggeleng. "Tidak akan! Aku janji. Aku juga senang kalau Ichi-nii mau mengandalkanku lebih banyak. Apa selama division rap battle tidak cukup? Aku tahu kita kalah..."
Ichiro menepuk kepalanya, menghentikan kata-katanya. Mereka memang mengalami kekalahan saat rap battle terakhir, mengakibatkan beberapa wilayah Ikebukuro berada di tangan Mad Trigger Crew sebagai akibatnya, tapi Ichiro mengatakan itu bukan salahnya. Sebagai tim mereka sudah berusaha sekuat mungkin, tapi pada akhirnya mereka kalah dari pengalaman yang dimiliki anggota MTC. Yakuza, polisi, dan tentara, kemampuan tempur tiga orang itu di atas dirinya yang baru beberapa bulan menggunakan hypnosis microphone.
"Jangan berpikir ini salahmu, bisa sampai di semifinal bukti cukup kau dan Jiro lebih kuat dari grup lain di Ikebukuro. Kalau masih merasa tak enak hati, terus berlatih dan balas mereka di kesempatan berikutnya."
Senyum yang diberikan Ichiro benar-benar mengangkat semangatnya lagi. Tak akan kemarahan atau kekecewaan dari kakaknya. Ichiro benar, kalau kalah sekarang, dia hanya perlu meningkatkan pengalamannya.
"Lalu kalau kau benar mau membantuku, kurasa ada satu pekerjaan bisa kuberikan," lanjut sulung dari Yamada bersaudara itu.
"Katakan saja Ichi-nii!" ucapnya bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dies Irae
FanfictionKeseharian Saburo setelah division rap battle berakhir tak banyak berubah. Pergi ke sekolah dan membantu Ichiro, namun ada satu yang sedikit berubah, dia tak menganggap Busujima Mason Rio seburuk sebelumnya. Weeding out weak people I'm exactly that...