Satu serangan membuat Saburo hilang keseimbangan dan jatuh terduduk, bukannya menunjukkan wajah kesal dia justru senang mendapat tantangan. Sambil membersihkan tanah di celananya dia kembali berdiri, mengeratkan genggaman micnya.
"Giliranku."
Satu verse dia lemparkan pada Rio yang menjadi lawannya kali ini tapi serangannya terlalu mudah ditebak, Rio bisa menahannya tanpa kesulitan. Decak kesal keluar dari bibir Saburo. Ini memang hanya latih tanding, tapi tetap saja mengesalkan kalau sejak awal latihan serangannya tidak ada yang bisa masuk, justru dirinya yang seperti menjadi bulan-bulanan Rio. Yah...Rio memang sudah mengingatkan latihannya tak akan mudah, kalau ingin protes lakukan dengan memberi serangan balik.
"Sudah cukup," ucap Rio satu jam setelahnya dan mematikan micnya.
"Tapi aku masih..." ucapan Saburo terhenti oleh batuk.
"Suaramu mulai serak. Latihan perlu tapi jangan sampai memaksakan diri."
Saburo menurut, duduk di atas tunggul kayu terdekat dan menghabiskan air minum yang dia bawa. Saran Rio memang benar ditambah Ichiro juga selalu mengingatkan hal yang sama. Kalau dia memaksa bisa-bisa kakak pertamanya itu marah padanya lagi, izin berlatih dengan Rio saja dia dapat setelah banyak membujuk Ichiro. Saburo tahu alasan utama Yamada sulung itu sempat tak setuju meski tak dikatakan langsung karena takut dengan keberadaan Samatoki di sana, tapi Saburo berhasil meyakinkan kakaknya hanya ada Rio, tidak ada anggota MTC lain. Kalau seperti ini dia dibuat pusing dengan hubungan kakaknya dan ketua MTC itu. Saat ini keduanya memang bermusuhan dan dia tidak tahu untuk Samatoki, tapi Ichiro memiliki perasaan lain selain 'musuh' atau lebih tepat dikatakan perasaan di masa lalu yang tidak hilang.
Selama memikirkan itu Saburo tak sadar tangannya memainkan choker hitam di lehernya. Sebagian Omega muda memiliki kecenderungan menutup tengkuknya untuk memberi rasa aman dari tatapan Alpha. Dia memiliki sifat ini sejak gender keduanya muncul tapi Ichiro sedikit berbeda. Sejak kecil Ichiro kuat hingga sering salah dikira sebagai Beta bahkan Alpha, headphone yang sering menggantung di leher pemuda itu baru ada dua tahun lalu. Yang alasannya kembali lagi pada saat pecahnya TDD dan seorang Alpha brengsek. Dia ingin menanyakan tentang Samatoki pada Rio tapi melihat sifatnya, pria di depannya ini mungkin tak tahu banyak.
"Aku mau cuci muka dulu," ucap Saburo, beranjak dari tempatnya menuju sungai kecil tak jauh dari kemah Rio.
"Aku juga mau mengambil air." Rio mengambil botol kosong yang sudah disiapkan dan mengikutinya.
Meski sampai detik ini dia tak mengerti kenapa Rio memilih tinggal di tengah-tengah hutan daripada di kota yang praktis, paling tidak sekarang Saburo paham daya tarik tempat ini. Dibanding suasana Ikebukuro dan Yokohama yang ramai manusia dan dipenuhi hutan beton, hutan seperti ini memberi ketenangan dan kedamaian yang jarang didapat. Komputer masih menjadi sarana hiburan favoritnya tapi sesekali menjauh dari peralatan elektronik dan berada di tengah alam yang masih alami bukan hal buruk. Seperti air sungai sejuk dan bersih yang membersihkan wajahnya, sangat berbeda dari air keran di rumahnya. Saburo melepas sepatunya, menendang-nendang air sungai ke sisi seberang hanya karena ingin diikuti tawa kecil.
Pemuda itu tak sadar tingkahnya diperhatikan oleh Rio. Binar di azure tentara itu sedikit melembut melihat tingkah Saburo, mungkin karena di saat seperti inilah Saburo terlihat sesuai dengan umurnya. Namun sesuatu yang bergerak di rerumputan di belakang Yamada bungsu itu membuat Rio waspada. Pelan tangannya meraih belati yang menggantung di pinggang, berusaha tak mengejutkan bahaya yang mengancam.
"Yamada, jangan bergerak," ucap Rio, mata sama sekali tak lepas dari targetnya.
"Eh?" Saburo menatap bingung namun melihat sikap Rio dia mengangguk kaku, tahu ada sesuatu yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dies Irae
FanfictionKeseharian Saburo setelah division rap battle berakhir tak banyak berubah. Pergi ke sekolah dan membantu Ichiro, namun ada satu yang sedikit berubah, dia tak menganggap Busujima Mason Rio seburuk sebelumnya. Weeding out weak people I'm exactly that...