Part 2

58 9 3
                                    

Jam udah hampir menunjukkan pukul 2 pagi, tapi tugas-tugas di hadapan gue nggak menunjukkan ada titik terang, nggak ada tanda-tanda selesai sama sekali. Rasanya gue udah mau nyerah aja, tapi gabisa soalnya besok harus dikumpul pukul 12 siang, eh bukan besok tapi hari ini. Rasanya gue mau nangis aja. Udah berpuluh puluh jam gue duduk selonjoran dengan berlembar lembar kertas A3 juga sederet alat menggambar lainnya, gue juga sampai melewatkan makan malam karena berharap tugas-tugas ini akan cepat selesai. Tapi apa, ini nggak ada tanda-tanda selesai bngst.... malah tadi ada dosen yg dengan seenak udelnya nambahin tugas terus harus selesai hari itu juga. Begini gais jadi anak kuliahan itu. Tugas satu belum kelar udah nambah lagi.

Gue mengacak rambut frustasi dan menelungkupkan kepala di atas meja. Gue memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang. Apalagi mata gue yang udah pedih minta ampun tapi masih harus gue paksa buat nugas. Deadline sialan. Tiba-tiba gue merasa ada seseorang yang mengelus kepala gue secara perlahan. Secepat kilat gue langsung dongak, nggak lucu ya kalo tiba-tiba demit yang ngelus rambut gue. Ini udah malem dan gue pastiin orang rumah udah pada terbang ke alam mimpi semuanya.

Pas gue dongak, gue ketemu sama matanya Wonpil juga senyumnya yang ajaibnya bisa bikin gue sedikit tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pas gue dongak, gue ketemu sama matanya Wonpil juga senyumnya yang ajaibnya bisa bikin gue sedikit tenang.

"Lo kok bisa disini sih?"

"Tadi gue liat lampu kamar lo masih nyala, jadi due kesini."

"Kok bisa masuk?"

"Lo lupa gue punya kunci cadangan."

Dan gue cuma bisa cengengesan aja. For your information aja gue sama Wonpil itu tetanggaan. Kayak lagu yg "pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah." Emang deket banget gais. Sampai sampai kalo setiap weekend dia tiba tiba udah ada di kamar gue sambil mainin hp. Atau tiba tiba dateng cuman buat numpang tidur siang.

"Ngapain sih belum tidur jam segini?"

"Hua.... tugas aku belom selesai...... deadlinenya besok, dan masih banyak." Dan seketika juga air mata gue jatuh gais, mungkin ada pengaruh hormon sih, biasanya tanggal seginian gue dapet soalnya.

"Cup..cup..cup... nggak usah nangis dong." Wonpil memeluk sambil mengusap kepala gue pelan.

"Kalo kamu nangis kapan selesainya coba." Wonpil melepas pelukannya dan menyapukan tangannya di wajah gue, menghapus jejak air mata disana.

"Nih makan. Belom makan kan? Mama sampe bingung anaknya ga makan nasi tapi makan kertas mulu."

Wonpil menyerahkan sebuah kotak bekal ke arah gue yang tentunya gue terima dengan penuh suka cita.

"Ini lo yg masak kan?"

"Iyalah lo pikir gue mau jalan ke mcd atau nasi goreng depan komplek?"

"Hehe..." Aku kemudian membuka kotak bekal itu dan memakan dengan lahap.

"Lo kenapa belom tidur?"

"Gue baru bangun. Ini lagi nyelesain tubes. Bentar lagi kelar." Gue mengangguk singkat dan kembali fokus dengan makanan di meja. Gila emang Wonpil kalo disuruh masak mah rasanya sebelas dua belas sama masakan mama, sama masakan bunda juga sih. Maksudnya bundanya Wonpil.

"Cuci Cindy." Wonpil menggeram begitu tahu kalo gue cuma naroh kotak bekalnya begitu aja. Nggak ada niatan sama sekali buat nyuci itu kotak.

"Iya nanti sekalian turun ke bawah." Mendengar jawaban gue, Wonpil cuma menggeram.

"Udah sana lanjutin tugasnya." Dan bukannya melanjutkan tugas gue seperti yang diperintah Wonpil, gue malah fokus sama dia yang lagi ngerjain tugas. Wonpil pake kacamata itu ganteng banget. Keliatan pinter gitu, tapi emang Wonpil tuh pinter banget, sayangnya Wonpil cuma pake kacamata kalau nugas aja, pas sehari-harinya nggak dipake. Risih katanya. Nggak masalah sih. Toh minesnya juga nggak banyak-banyak banget.

 Toh minesnya juga nggak banyak-banyak banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ye... kerjain sono." Wonpil nempeleng kepala gue.

"Sakit bego."

"Udeh sana kerjain. Kagak kelar-kelar itu kalo lo liatin gue terus. Nggak kemana-mana ini orangnya juga. Sana kerjain." Dan akhirnya gue nurut buat ngerjain tugas itu. Ayo semangat tinggal 3 lagi...

Adzan subuh berkumandang ketika gue berhasil menyelesaikan seluruh tugas dengan baik dan benar. Eh nggak tahu masalah benarnya yang penting gue udah ngerjain. Masalah revisi belakangan aja.

Gue meregangkan badan dan menghelengkan kepala. Berharap pegal segera menghilang.

"Udah selesai?" Gue kaget karena tiba-tiba terdengar suara dan gue baru ingat kalau selama nugas ini ada Wonpil yang nemenin gue nugas. Orangnya nggak bersuara sih jadinya gue lupa. Nggak mau ganggu doi keknya jadi diem aja, rebahan sambil main game.

 Nggak mau ganggu doi keknya jadi diem aja, rebahan sambil main game

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alhamdulillah dah beres. Hehe."

"Ya udah ayo sholat dulu. Tuh ditungguin mama sama kinan."

Gue akhirnya ngambil air wudhu dan bergegas untuk sholat berjamaah dan kalian tahu imamnya siapa? Ya Wonpil lah soalnya bokap gue lagi ke luar kota sementara adek gue perempuan dan dia satu-satunya cowok di rumah ini. Jadi ya gitu.. mana suaranya adem lagi, jadi pengen diimamin terus kan.

Kelar sholat, gue melipat mukena dan kembali lagi ke singgasana gue. Gue mau beres-beres terus tidur. Pokoknya nggak peduli yang penting tidur nomer wahid.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best Part - Wonpil day6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang