Hari-hari berlalu dan justru [Name]-lah yang mengingkari lisannya. Todoroki tetap bersikap tenang, sementara [Name] justru menjauhinya.
Seperti saat berangkat sekolah, [Name] biasanya berangkat bersama Asui dan Uraraka yang tentunya juga ada Midoriya, Iida, dan Todoroki. Kali ini, [Name] berangkat pagi-pagi. Saat makan siang pun [Name] memilih menahan lapar daripada satu meja dengan Todoroki.
Rasanya jadi takut berbuat memalukan di hadapannya setelah menyibak rasa. Untung saja teman-teman lain tidak menyadarinya.
Kalau Todoroki entahlah.
"Sebentar lagi ujian akan dimulai. Aku memutuskan memasangkan kalian dua orang untuk mengerjakan soal latihan-agar efektif. Ketua kelas, cepat buat undiannya,"
Aizawa-sensei selalu begitu, memberi tugas lalu tidur. Iida menjadi ketua kelas lagi pada tahun ketiga, bersama Yaoyorou juga. Yaoyorozu begitu cekatan dalam membuat undian. [Name] kembali merasa pesimis, bodohnya aku tidak menyadari posisiku. Yaoyorozu memanggil setiap nama untuk meagambil undian.
"Kau dapat nomer berapa [Name]-chan?" Asui bertanya dengan Uraraka di sampingnya.
[Name] melirik kertas yang digenggamnya, belum dibuka karena terlalu larut dalam anggapannya. "Aku dapat nomor satu," [Name] melihat ke arah papan tulis. Mencari siapa pemilik nomor satu selain dirinya-.
Uraraka megepalkan kedua tangan, "Wah curangnya kau bisa mengerjakan bersama Todoroki-kun! Sama-sama pintar! Tidak adil!"
Bersama Todoroki? [Name] melotot.
Biasanya saat mendapat kesempatan, jantung [Name] melompat-lompat serasa ingin keluar. Disisi lain dia juga bisa berbicara dengan nyaman dan normal. Tapi kali ini seperti mimpi buruk saja. [Name] masih takut membayagkan bagaimana reaksi Todoroki saat berbicara dengannya. Walaupun [Name] sudah meminta Todoroki agar bersikap biasa saja-saat itu.
"Uraraka mau tukar denganku?" tawaran bodoh [Name].
"Tidak bisa [Name], tidak boleh tukar. Memangnya ada apa tiba-tiba menawarkan begitu?" Uraraka menyilangkan tangan di depan dadanya.
[Name] merasa kentara, cepat-cepat dia berusaha bersikap normal, "Em, kupikir kau ingin tukar denganku sih. Hehe,"
"Ochaco-chan berpasangan denganku, kero. Ngomong-ngomong, kau akan mengerjakan kapan?"
"Iya, kapan kau dan Todoroki akan mengerjakan?"
Pada keadaan biasa lagi, [Name] pasti sudah mendiskusikannya dengan Todoroki. Dan jangan harap pada detik ini, menatapnya saja tidak berani. [Name] meringis dalam hati, bagaimana ia harus bersikap?
Jatuh cinta itu merepotkan sekali, ya.
TENG TENG!
"Huaa! Akhirnya istirahat!" Urarakan berseru. "[Name]-chan tidak ke kantin lagi?"
"Tidak deh, aku masih mau melanjutkan novelku. Aku titip roti isi ya!"
"Oke, tunggu di kelas ya [Name]-chan. Kami akan cepat menyeleeikan makan kami, kero," Asui dan Uraraka berlalu pergi
Semua teman sekelas mulai keluar satu-persatu dan menawarkan kepada [Name] apakah ingin ikut ke kantin? Dan dengan alasan yang sama ia menolaknya.
[Name] merasa bahunya ditepuk. "Pulang sekolah kita kerjakan di perpustakaan, kau luang?" pemilik rambut dwi warna, siapa sangka?
Sejenak, [Name] lupa cara bernapas. "Ya, ya. Aku bisa," [Name] mengacungkan jempol.
"Baik," Todoroki tersenyum. Tersenyum kecil.
Lengkungnya terlihat jelas, terukir dengan indah di rupanya. Dibanding pelangi, itu berjuta-juta kali lebih memanjakan.
Semenjak festival olahraga di kelas satu, Todoroki memang lebih terbuka dan mulai tersenyum pada semua orang. Tapi senyum kali ini, memang benar hanya ditujukan pada [Name] seorang.
Todoroki sudah keluar kelas. Dan jantung [Name] masih berdetak kencang.
Apa dia Pangeran?
[.]
16 April 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Ready to Take it to The Next Level ✔ [Todoroki x Reader]
Fanfic[C O M P L E T E D] 🎵 Loving in quiet, And where is patience again? I have to endure, In admiring you. ••• [Todoroki Shōto x Reader]. Boku no Hero Academia © Kohei Horikoshi. ↬ Written by: NAIRANONNA