Chapter 2 - Kecemasan

58 1 0
                                    

Rintik hujan masih terdengar. Dinginnya udara pagi yang menusuk kulit ini membuat Dara tak ingin berjauh-jauh dari Suaminya. Dia meringkuk dalam dekapan hangat itu sembari terus memperhatikan wajah sang Suami.

"Kamu benar-benar tampan, Mas. Aku beruntung bisa memilikimu." Bisiknya dengan pancaran mata penuh kekaguman.

"Aku juga beruntung memilikimu, Sayangku."

Dia terkesiap. Rupanya suaminya ini telah terbangun. Senyumnya semakin mengembang begitu manik mata hitam pekat yang meneduhkan itu mulai nampak dipelupuknya.

"Morning, Mas Nico Sayang." Sapanya kepada sang Suami yang kini tersenyum menatapnya.

"Morning too, Sayangku."

Cupp..

Morning Kiss mendarat tepat dibibirnya. Pipinya bersemu. Selalu saja tingkah Suaminya ini membuatnya malu-malu dipagi hari.

Nico tersenyum melihat rona itu diwajah Bidadarinya. Senyumnya semakin merekah kala Dara membalas cumbuan mesranya pagi ini.

"Aku mencintaimu, Sayang." Bisik Nico.

"Aku juga mencintaimu, Mas."

>>¤¤<<


Nico melangkah mengendap-endap. Tubuhnya yang masih mengenakan pakaian santainya berjalan pelan menghampiri sang Istri yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi.

Dara sedikit terlonjak ketika kedua lengan Suaminya melingkar diperutnya. "Mas Nico ihh. Kebiasaan."

Nico tersenyum gemas. "Habisnya kamu serius banget sih, Sayang." Kecupan lembut ia hadiahkan dipipi sang Istri.

"Mas Ihh. Jangan ganggu." Pekik Dara saat Nico meniupi telinganya. Nico memang sangat suka menjaili Istrinya seperti itu.

"Udah dong, Mas. Aku nggak kelar kelar nih masaknya kalau mas gangguin terus."

Nico menyengir mendengar rengekan manja Istrinya itu. Setelahnya, dia melepaskan juga tubuh Dara.

"Mau aku bantu, Sayang?"

"Nggak usah, Mas. Mas tunggu aku aja di meja makan."

"Nggak Ahh. Aku mau bantu."

Dara hanya mampu menggeleng melihat Suaminya kini mengambil alih pekerjaannya, menggoreng ayam.

Dia dengan gemasnya kemudian mencubiti pipi Nico. "Dasar Keras Kepala."

Nico hanya tertawa.

Dara kini mengerjakan yang lainnya. Menyiapkan Nasi Goreng dan Roti Bakar kesukaan suaminya. Setelah Ayam Gorengnya matang, Nico menghampiri Dara di meja makan yang telah selesai menata sarapan pagi mereka di atas meja.

"Hmm.. Kelihatannya enak nih." ujar Nico yang langsung mencomot Roti Bakar Coklat Keju kesukaannya.

"Makannya jangan berdiri dong, Mas." Tegur Dara. Dibawanya Suaminya itu menduduki kursinya.

Nico menyengir kemudian kembali memakan Roti Bakarnya. Dara meninggalkannya sebentar untuk mengambil minuman. Dan disaat itu, tiba-tiba saja Dada Nico terasa sesak.

Aktifitas makannya ia hentikan sejenak. Diusap-usapnya dada sebelah kirinya sambil mengatur nafasnya perlahan. Berharap nyeri itu akan mereda.

Dara yang telah kembali dan melihat Nico membungkuk menahan sesak menjadi panik. Segera dia menghampiri suaminya dengan obat ditangannya yang tadi sempat ia ambil di lemari dapur.

"Minum dulu, Mas."

Nico menghela nafas lega setelah meminum obat yang diberikan istrinya. Tubuhnya ia sandarkan pada sandaran kursi sembari menunggu efek obat itu bereaksi.

Jodoh Ke DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang