memulai mengakhiri

896 104 13
                                    

djogjakarta adalah aku.

hari ini tanggal 20 maret, yang mana cukup berarti untuk perjalanan hidupku. lima tahun sudah sejak aku dan hyunjin memilih untuk ldr, dan tepat satu tahun kami selesai.

hyunjin apa kabar, ya? apa dia masih sibuk bekerja di kota sana sampai tak punya waktu? ah, dia memang orang yang ambisius dan optimis. keinginan hyunjin begitu bulat, juga tekadnya yang kuat, semua keinginannya pasti tercapai, pun jika itu diluar akal.

hyunjin baik, dia pria yang romantis dan banyak kejutan. banyak hal yang dilakukannya untukku. saat dia bilang dia harus pergi ke ibukota sana, itu adalah kejutan terakhirnya, sebelum aku memutuskan untuk selesai.

setelah kepergiannya, aku jadi tahu jika tidak ada cinta yang tulus di dunia. karna cinta butuh kehadiran, karna penantian menghancurkan keyakinan. ya, jarak membuatku percaya, bahwa cinta dihadirkan untuk diberikan perpisahan.

“ryujin!”

aku menoleh saat suara seseorang memanggilku, dia temanku, somi namanya. gadis dengan mata yang cantik juga kulitnya yang putih bagai susu.

“ah, udah selesai?”

“sudah, tadi dibantu wak apung,” jawab somi, “kamu lagi nulis sesuatu?”

aku tersenyum lalu segera mematikan laptopku dan memasukkannya ke dalam tas, “cuma menghitung pengeluaran sebulan ini. mau langsung pulang?”

“antar aku ke toko buku dulu, mau?”

aku mengangguk. aku dan somi kebetulan tengah menjalankan program dokter internship di sebuah puskesmas di bantul, senang sekali rasanya bisa membantu orang-orang disini, mereka penuh cinta.

kebetulan hari ini aku dan somi pulang cepat, jadi kami bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk beristirahat.

sepanjang perjalanan menuju toko buku, aku dan somi bercerita tentang hari ini, banyak sekali pelajaran yang bisa kami ambil dari masing-masing pasien yang kami layani.

“haechan melamarku,” celetuk somi tiba-tiba.

aku hampir tersedak air liurku sendiri, “really?

“iya,” jawab somi, “dia berkunjung ke rumahku kemarin dan bicara soal keinginannya untuk meminangku pada ayah dan ibu.”

“ah, dia sudah dewasa, aku jadi terharu,” ujar ryujin mengingat bagaimana haechan teman sekelasnya saat sekolah menengah pertama itu.

“aku udah terima lamarannya, tapi aku bingung,” ujar somi.

“untuk apa bingung? bukannya kalian saling cinta? dia sudah serius sama kamu, som.”

suara mesin mobil saling bersautan, biasanya saat hari-hari biasa, kendaraan tak akan seramai ini tapi karna ini hari libur pasti banyak orang tengah sibuk menghabiskan waktu.

“aku takut gagal.”

aku menggenggam tangan somi erat, “haechan akan selalu ada buat kamu, dia baik dan akan selalu terima kamu apa adanya, kalian gak akan gagal.”

somi tersenyum lalu menarikku kedalam pelukannya. tak terasa, kami sudah berdiri di depan toko buku, somi menawarkan aku masuk tapi aku lebih memilih menunggu disini.

ada beberapa orang juga yang tengah duduk menikmati minuman dan sibuk dengan laptopnya, sepertinya mereka mahasiswa. akhirnya aku memilih duduk di tempat yang sepi.

“ryujin?”

aku mendongak lalu tersenyum saat melihat siapa yang menyapaku, “hai han!”

dia han jisung, sahabatku yang dulu sering menganggu aku dan hyunjin saat kami berkencan. han jisung kini terlihat sangat dewasa, tubuhnya sudah tak kerempeng seperti lidi.

renjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang