ia menyayangimu. iya, ia benar menyayangimu, tapi sudah tidak seperti dulu.
dulu, ketika ia masih mengorbankan seluruh waktunya untuk menunggumu, ketika harapan-harapannya menutupi banyak sedih yang menghujaninya.
ketika ia selalu memaklumi kesalahan-kesalahanmu yang selalu sama. karna ia percaya bahwa kepergianmu bukanlah akhir cerita yang dia bayangkan.
ketika pada akhirnya ia cuma ingin dihargai sedikit dari perasaannya. tidak perlu dibalas dengan peluk, dengan rasa yang sama, dengan kepulangan, cuma dengan kamu anggap ada.
iya, ia pernah menyayangimu sedalam itu.
walau sudah banyak kesempatan yang tidak ia hiraukan karna dia maunya kamu. dan, kamu baru megetahuinya sekarang, ketika ia sudah jauh.
ia sudah pergi jauh, bersama kenangan yang ada dibelakang, seperti bayang-bayang yang tidak kelihatan padahal tidak pernah berhenti untuk mengejarnya.
ia pergi jauh bersama sisa perasaan yang sudah ia berikan semua untukmu. ia pergi jauh, bersama sebagian dari dirinya, yang akan selalu ada dalam dirimu.
“luar biasa!” seru seseorang dengan suara tepuk tangan menggelegar, “puisimu memang selalu memiliki jiwa, hwang.”
hwang hyunjin tersenyum, “terimakasih, pak.”
“baiklah, lusa bisa langsung dipublikasikan, ya?”
lagi, lagi, hyunjin mengangguk tanpa berbicara. setelah urusannya selesai, dia kembali sibuk di tempatnya.
menatap jalanan diluar dari jendela, mencium aroma kopi yang manis, juga menikmati alunan musik yang keluar dari speaker di pojok ruangan yang sengaja dihadirkan untuk beri rasa senang.
sudah dua minggu sejak kepergiannya, gadis cantik yang berhasil membuat kehidupan pemuda hwang berantakan, pun berhasil membuat hati si hwang terluka. tentu saja, siapa yang tak terluka jika orang tersayang meninggalkan kita? tidak ada, termasuk seseorang yang hampir sempurna seperti hwang hyunjin.
pekerjaannya sebagai penulis buku juga kegemarannya mendaki gunung, tentu membuat fisik dan mentalnya kuat. namun, kepergian gadisnya sungguh menbuat keduanya terluka, mental dan fisik.
“kalo masih pusing, pulang aja, ntar gue bilang bos,” ujar salah satu temanya, jaemin namanya.
“nggak masalah, min. gue gak papa kok,” jawab hyunjin.
tiga hari hyunjin habiskan untuk merutuki kebodohannya, tiga hari hyunjin habiskan untuk buat dirinya menyesal, tiga hari hyunjin hancurkan hatinya sendiri dengan kenyataan bahwa dia adalah orang paling jahat. dia orang jahat, bagi ryujin si gadis pujaannya.
“jin, udahlah, forget her,” celetuk jaemin yang sontak membuat amarah hyunjin membuncah.
tinju hyunjin segera mendarat di pipi kiri jaemin, keributan sontak langsung terdengar dengan pegawai yang lain, yang langsung memisahkan keduanya.
“hyunjin, tenang, istigfar jin, istigfar.”
hyunjin kalut, emosi sudah penuhi hatinya. baginya omongan jaemin sungguh sangat menyakitinya, seakan ryujin adalah gadis jahat yang harus dia lupakan, padahal ryujin adalah gadis paling baik baginya. pikiran hyunjin penuh nafsu kala itu.
“hyunjin, rileks, ya? tarik nafas pelan-pelan,” ujar salah satu seniornya, seo changbin.
hyunjin ikuti perintah changbin, tapi hatinya kian sakit. tatapannya tak setajam tadi, hyunjin menutup wajahnya, dia kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
renjana
Fiksi Penggemarnanti juga sembuh sendiri. gapapa. dipake dulu jatah jadi manusianya. hwangshin one shoot colection