Damn! papa 1

2.5K 161 148
                                    

Sebuah mobil mewah berwarna hitam metalic berhenti tepat di depan sebuah rumah dengan struktur bangunan yang cukup tua.

Natt Phiravich, membuka kacamata hitamnya. Matanya yang tajam menatap ke arah pekarangan rumah tersebut. Meski bangunannya terkesan sangat kuno, namun halaman rumah itu terlihat luas dan asri dengan di kelilingi tanaman-tanaman hias yang cantik di sepanjang jalan menuju ke depan pintu rumah tersebut. Pohon-pohon besar nampak tumbuh di beberapa titik, menimbulkan kesan teduh di cuaca panas di siang hari ini.

Natt turun dari mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk istrinya, Tan Cherman Phiravich.

Sepasang suami istri dari keluarga kaya dan terpandang itu saling menatap, sebelum akhirnya mereka melangkahkan kakinya menapaki jalan berbatu menuju pekarangan rumah tersebut.

Di tempat inilah sepasang suami istri itu akan mencari garis penerus untuk keluarga mereka. Meski mendapat banyak penolakan dari keluarga besar mereka, namun Natt dan Tan tetap menjalankan rencana yang sudah mereka pikirkan masak-masak, dalam rentang waktu yang cukup lama.

Natt dan Tan Phiravich sudah menikah selama hampir delapan tahun. Namun sampai saat ini mereka masih belum di karuniai keturunan. Berbagai cara telah mereka lakukan agar Tan bisa hamil. Dari konsultasi ke Dokter-dokter handal, sampai melakukan terapi-terapi tradisional telah mereka tempuh. Namun Tan tak kunjung hamil. Padahal dari segi klinis, baik Natt maupun Tan sama-sama di nyatakan sehat.

Meskipun Tan belum bisa memberikan keturunan pada Natt, namun itu sama sekali tidak mengubah kecintaan Natt pada istrinya, meski keluarganya sudah berulang kali menyarankannya untuk menikah lagi. Natt lebih memilih untuk mengadopsi seorang anak daripada harus memiliki anak dari rahim wanita lain.

Tan sangat bersyukur sekali karena memiliki suami sebaik Natt. Meski terkadang Tan merasa putus asa dan merasa bersalah pada suaminya, namun Natt selalu meyakinkannya dan tetap percaya bahwa suatu saat nanti istrinya itu akan hamil.

Akhirnya Natt dan Tan memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari sebuah panti asuhan yang letaknya cukup jauh dari perkotaan. Hampir Memakan waktu dua jam untuk bisa sampai di tempat ini.

Natt dan Tan kembali saling memandang sebelum mereka mengetuk pintunya. Tangan Natt menggenggam erat tangan Tan sambil tersenyum, Tan pun membalas senyum manis suaminya.

***

"Silakan anda isi formulir ini dulu." Ucap sang Ibu Panti dengan sopan.

Lalu Natt meraih secarik kertas yang di sodorkan oleh Ibu Panti, setelah itu ia mengambil pena dari dalam saku jasnya. Natt mulai mengisi formulirnya dengan seksama. Sementara Tan bangkit dari kursi. Lalu ia berjalan ke pintu kaca di samping yang berbatasan langsung dengan sebuah taman.

Tan perlahan melangkah ke sana. Mata Tan langsung di manjakan oleh suasana taman yang teduh yang di penuhi oleh berbagai macam jenis bunga. Tan menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan matanya, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Udara di sekitarnya pun terasa sangat segar. Jauh berbeda dengan udara perkotaan yang pengap dan kotor.

Tiba-tiba sebuah tangisan kecil samar-samar terdengar olehnya, suara tangisan itu berhasil mengalihkan asistensinya.

Tan melangkah semakin mendekat ke arah sumber suara. Tan terkejut saat melihat seorang anak kecil sedang menangis di tanah sambil mengusap sikutnya yang memerah. Tan bergegas menghampiri anak kecil tersebut, lalu dia berjongkok di depannya.

"Sayang ... Kamu kenapa?" Tanya Tan lembut.

"Hik ... Hik. Sakit Tante ... Hik! Tadi aku jatuh waktu mau mengambil bolaku yang tersangkut di atas pohon ... Hik!" Rengek anak kecil itu masih dengan menunduk.

Damn! I Love You PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang