BAB 2 Badai

21 5 5
                                    

Area Terlarang bagian kedua: Badai

Aku bergegas menuju ke rumah ku. Jalanku jadi tidak begitu jelas karena hujan dan kegelapan ini. Ditambah petir yang menyambar-nyambar membuat suasana jadi makin berbahaya. Arah yang dituntun oleh rubah emas itu semakin mendekati ke rumah. Aku merasa sangat beruntung , karena kalau bukan karena rubah itu , aku sudah tak tahu arah pulang. Aku seringkali terjatuh karena jalanan menjadi lincin berlumpur karena hujan. Aku tetap bangkit untuk kembali ke rumah.

Saat aku hampir sampai di rumah, rubah itu pun berhenti dan menghilang. Aku bertanya-tanya kemana rubah itu pergi? Disaat aku mengarahkan pandangan ke sekelilingku untuk mencari rubah itu, aku  melihat ada segerombolan makhluk aneh yang tidak pernah aku lihat berkumpul di rumahku. Mereka ada yang menunggangi hewan seperti kucing besar, serigala, dan kuda bertanduk. Warna mereka hitam pekat dengan mata merah menyala. Ada yang berbadan besar dan ada yang kecil namun bertelinga runcing. Mereka terlihat sangat menyeramkan dan berbahaya. Suasana semakin menyeramkan dengan Sambaran kilat dan suara petir. Firasatku tidak enak, aku ingin menyelamatkan kakek dan nenekku, tapi aku terlalu takut hingga kakiku gemetar.

Kemudian, ada salah satu dari mereka mengangkat kapaknya ke langit dan merapalkan kalimat.

*DUAAAR

Rumahku meledak oleh kilatan petir dari kapak itu di depan mataku. Api dari hantaman kilat itu membuat seluruh bagian rumah menjadi terbakar. Aku kaget dan syok hingga terjatuh ke tanah. Suara ku terdengar oleh mereka dan mulai berdatangan ke arahku. Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Saking takutnya aku pun melarikan diri.

"Tangkap orang itu!" Ucap salah satu makhluk itu yang menyadari kehadiranku.

Aku ketahuan! Aku pun segera berlari sekuat tenaga dan berusaha agar tidak terjatuh. Makhluk-makhluk itu sangat aneh. Ada yang badannya besar namun wajahnya seperti babi, ada yang mengendarai serigala dan juga kuda bertanduk, ada yang kecil namun larinya sangat kencang. Aku pun berusaha semaksimal mungkin agar tidak tertangkap.
Aku yang histeris, hanya bisa berlari ketakutan di tengah hujan lebat dan suara dentuman petir. Aku pun mencoba bersembunyi di balik batu besar dan sebuah pohon. Saat itu, aku hanya bisa menangis sambil menutup mulutku. Aku tetap tidak percaya tentang semua ini. Apa ini akibat dari pergi ke tempat itu? Aku tidak mengerti. Padahal kami tidak pernah menyakiti makhluk apapun terutama hewan di hutan. Kami juga tidak pernah bertemu dengan orang lain di hutan ini. Apa salahku? Apa salah kami? Kepalaku kosong karena memikirkan semua ini.

"KETEMU LOH!" suara dari atas pohon sembari memandangku dengan mata yang lebar dan pupil mengecil.

Aku dengan spontan melayangkan pandanganku pada makhluk itu dan segera berlari. Ia hampir menangkapku dengan tangan besarnya. Tangannya penuh dengan kuku yang besar serta ukuran tangannya yang seukuran lebih dari kepalaku. Aku menunduk dan melemparkan lumpur ke matanya lalu segera melarikan diri.

"ITU DIA ! JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!"

Aku segera berlari tidak peduli apa yang terjadi. Aku terpikirkan untuk menggunakan pedang emas yang kubawa, tapi aku belum pernah memegang senjata. Aku pun mencoba membuka pedang itu dari sarungnya. Pedang itu memancarkan cahaya yang begitu terang hingga membuat beberapa dari makhluk itu tidak sadarkan diri. Aku pun segera berlari dari sana dan mengayunkan pedangku ke beberapa pohon agar pohon itu dapat mengahambat mereka. Dan benar saja, pohon-pohon itu tumbang hanya dengan sekali mengayunkan.

Hujan semakin lebat, namun aku terus berlari hingga tak tahu ada dimana. Ada segerombolan kuda yang datang ke arahku . Aku yang kelelahan berlari memutuskan dengan nekat untuk melawan mereka walau tak pernah menggunakan pedang. Saat makhluk itu kian mendekat dengan pedang, aku mulai memasang kuda-kuda untuk menyerang kaki kuda makhluk itu. Tepat saat kuda datang ke arah ku, aku pun mengayunkan pedangku dengan sekuat tenaga dan berhasil memotong kaki kudanya.

"ARGH! MENYEBALKAN! KAU PIKIR KAU SUDAH CUKUP KUAT UNTUK MENGALAHKAN KAMI!" kata makhluk itu dengan kasar.

"Hei Oroboros! Kalau kau kalah dari anak kecil yang bahkan tidak pernah melihat hal lain selain hutan, kau harus mempertanyakan dirimu sebagai iblis," ucap salah satu dari makhluk itu.

"Hahahaha," tawa dari makhluk yang lain

"Diam kalian!" Jawab makhluk bernama Oroboros itu.

Dia terus menyerangku dengan kapaknya. Aku bisa menghindar namun tidak bisa menyerangnya.

"Apa kau hanya bisa menghindar saja anak kecil? Hari ini juga nyawamu ada di tanganku !"

Kemudian dia melancarkan serangan kapaknya. Aku bisa menghindarinya, tapi karena hal itu aku terjatuh dari tebing ke sungai yang mengalir deras karena kehilangan keseimbangan.

The New GodWhere stories live. Discover now