memory

151 4 0
                                    

Hari menunjukkan masih siang. Tapi jika di tengah hutan sendirian, pasti frustasi. Seperti itulah yang dirasakan oleh seorang pria yang bernama Rihan Dian Pratama yang harus sendirian disebuah halte bus yang berada di tengah hutan.(?) Dari tadi ia melihat kanan kiri tapi tetap sama tak ada kendaraan yang melintas. Itulah yang membuat Rihan frustasi.

”Ahh!!! Kenapa nggak ada yang lewat sih?! Apa lagi ini ditengah hutan! Emang desa permai disini?!” teriak Rihan

“Kalau ditengah hutan gini, sendirian bisa-bisa ada hantu yang muncul gimana? Ah seseorang lewat dong!”

          Tanpa disadari Rihan sebuah sepeda berhenti di sebelahnya dan...

“....permisi....” suara seorang wanita mengagetkannya.

Mendengar itu bulu kuduk rihan berdiri, sementara itu di pikiran Rihan hanya satu “hantunya bener-bener muncul” pikirnya dengan wajah pucat.

Sambil mengumpulkan keberanian. Walaupun masih ketakutan. (^_^‘). Rihan melihat kearah orang yang memanggilnya. Saat itu yang ia lihat ternyata...hantu...tapi kaki hantunya menyentuh tanah (?)

“Eh.. masa hantu kakinya nyentuh tanah?” pikir Rihan. Akhirnya akal pikiran Rihan mulai kembali. “... tunggu dulu jika hantu tidak mungkinkan kakinya nampak? Nyentuh tanah lagi? Berarti dia manusia kan? Benerkan? Pasti manusia” pikir Rihan. (Ting ada lampu yang menyala di atas kepala Rihan) Akhirnya rihan dapat bernafas lega karena akhirnya ada manusia yang lewat dan dia bukan hantu (hehehe)

“..maaf..” kata suara itu lagi

Karena Rihan yakin dia manusia akhirnya ia meihat orang yang bertanya itu dan betapa kagetnya Rihan ternyata hantu itu.. eh bukan orang itu seorang gadis yang cantik.

“apa kamu baik-baik saja?” tanya gadis itu

“i..iya” kata Rihan sementara di pikirannya “..wahh manisnya    ”

          Roda sepeda mulai berputar di atas aspal. Memberikan kesempatan teman lamanya menaikinya di atas tubuhnya yang panas. Roda itu tak henti-hentinya berputar. Bukan karena kemauannya tetapi karena seseorang terus mengayuh pedal sepeda yang terhubung dengan rantai yang mengikat jeruji roda. Sementara di atasnya duduk dua orang yang belum pernah saling kenal tetapi bersama melewati jalan yang mulai panas karena terik sinar matahari siang.

“Oh, begitu. Jadi kamu mau pergi kedesa permai? Kalau begitu kita satu arah” kata gadis itu membuka percakapan “tapi kenapa berhenti di halte tengah hutan?”

“Habis si kakek tua itu memberhentikan aku di sana” jawab Rihan. Tapi uda tua gitu masih jadi supir

“Mungkin yang kamu maksud Kakek Hasan. Maklumkan beliau sudah tua jadi bisa saja lupa dimana letak desa permai” jawab gadis itu santai

Sudah ku duga

“Ehh... Maaf ya aku jadi harus numpang kamu buat kedesa”

“Ahh.. Nggak masalah kok aku malah seneng jadi punya temen ngobrol di pejalanan”

“Oh gitu ya...”

Sunyiii....

“Emmm, rasanya aku nggak asing sama kamu. Apa kamu pernah tinggal di desa?”

“Ya dulu sih aku pernah tinggal beberapa minggu di desa itu. Waktu liburan sekolah. Kalau nggak salah lima tahun lalu. Pas usiaku 14 tahun. Aku kesana sama keluargaku buat nemuin paman Ardi. Mungkin waktu kita pernah ketemu”

“Eh? Kalau gitu kamu Rihan?”

“Ya.. emang namaku Rihan...” berfikir bentar “... Eh kok kamu tahu namaku?”

Rihan Story - MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang