Beberap hari Rihan tidak menemui Bella karena pamanya meminta Rihan membantunya memperbaiki rumah.
Saat Rihan sampai kedanau. Diatas danau bercipta beberapa riak air. Tapi bukan di tempat yang sama. Seakan ada yang menari diatasnya. Saat itu Rihan hanya tersenyum.
“tarian yang bagus Emi, ternyata sesuai dengan cerita yang di buat Bella ya”
Riak air itu berhenti. Kemudian bergerak menuju Rihan. Walaupun Rihan tak dapat melihat wujud Emi, ia seakan dapat mendengar Emi berterima kasih kepadanya.
“terima kasih”
“sama-sama”
Rihan berjalan menuju gudang tempat tinggal Bella. Ia mengetuk beberapa kali. Karena tidak ada jawaban ia membuka pintu yang tidak terkunci. Ia melihat ruang itu kosong tidak ada orang.
“pasti di puing”
Rihan segera bergegas ke puing rumah Ai tapi tidak ada seorang pun disana
“pasti dia ke desa kan?”
Rihan bergegas kembali kedesa. Ia berharap melihat Bella disana. Entah kenapa ia ingin selalu bersama Bella.
Saat di jalan ia meihat Putri yang sedang mengendarai sepeda birunya
“mau kemana Han?”
“kamu melihat gadis yang tinggal digudang danau nggak?”
“emm.. kalau tidak salah dia sudah pulang tadi pagi, dia berpapasan dengan ku waktu itu didekat halte desa”
“apa dia tidak mengatakn sesuatu?”
“dia mengatakan senang sekali bisa bertemu dengan kamu lagi, begitu, aku jadi penasaran kenapa dia bilang begitu”
“ya sudah terima kasih”
“kenapa?”
“tidak” katanya pergi berjalan meninggalkan Putri, sementara di pikiran Rihan..
Dia menghilang tanpa mengatakan sesuatu. Seperti Ai, waktu aku pergi dulu. Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Hampir sebulan Rihan tidak mengetahui kabar Bella, kehidupan Rihan kembali seperti biasa. Ia pergi kedanau jika ada waktu. Terkadang ia menghabiskan waktu di gudang tempat tinggal Bella. Ia membaca beberapa buku yang ada di sana. Ia bisa melakukan itu karena setelah Rihan mencarinya waktu itu, ia kembali ke gudang dan menemukan sepucuk surat yang mengatakan jika Rihan ingin menghabiskan waktunya di gudang. Bella mengijinkannya bakan ia memperbolehkan menggunakan perlengkapan Bella yang ada. Semenjak saat itu Rihan menghabiskan harinya disana. Walaupun terkadang Emi mengganggunya dengan bermain air didekat gudang. Rihan juga membaca di tempat Bella biasa membaca.
Hingga suatu hari Rihan mendapatkan sebuah kiriman dari Bella..
Hari itu Rihan didanau bermain dengan Emi. Saat itu telpnya berbunyi.
“hallo.. apa kak?... emmm.. kiriman? Dari siapa? Bella?.... iya-iya aku pulang” Rihan bergegas berdiri dan berlari ke rumah..
“Emi nanti kita main lagi”
Tanpa ada ucapan yang ada hanya riak air yang tercipta
***
Rihan segera masuk rumah. Disana Eri dan Ardi sedang duduk berdua menikmatisecangkir kopi.
“mana kirimannya” kata Rihan duduk di antara mereka berdua
“apaan sih minggir” protes Ardi
“cerewet”
Eri mengambilkan bungkusan yang berwarna coklat
“sepertinya itu dari orang penting?”
“ya begitlah” kata Rihan sambil membuaka paketnya. Disana terdapat sebuah novel dan album
“wiih novel terbaru Bella” kata Rihan senang tanpa disadari ada surat terjatuh didalamnya.
“wah.. surat cinta nih?” kata Ardi sambil meminum kopinya
“apaan sih?”kata Rihan senang. Ia membaca segera suratnya
Hy han, gimana kabarnya? Maaf jika saat aku pergi tidak bisa mengucapkan salam perpisahan. Aku harap kamu masih didesa saat menerima paket ini, karena aku kan tidak tau rumah kamu dimana. Hehehe
Han masih ingat..
Dulu sebelumnya kamu pernah bertanya namaku kan?
Namaku sekarang Bella A Baker. Tapi namaku dulu Aisa Kusuma. Inisial A hanya untuk mengingatkan akan namaku yang dulu. Aku senang bisa bertemu dengan kamu lagi. Rihan bandel yang paling aku suka. Mungkin aku terlalu terlambat untuk mengatakannya tapi akau senang saat kamu bilang akan mencariku dan kamu masih percaya aku masih hidup itu sudah cukup. Terima kasih Han telah menemaniku saat aku disana.
Han, aku cuma mau beritahu sepertinya kita tak akan dapat bertemu lagi. Mungkin saat membaca surat ini aku sudah di makamkan. Hehehe
Maaf jika tidak pernah memberi tahumu tentang penyakit yang aku derita sejak lama. Aku senang bisa bertemu lagi dengan sahabatku. Tak ada lagi penyesalan yang aku rasakan. Rihan dan Putri. Sahabat kecilku.
Kuarasa ini saatnya kamu berhenti mencari Ai, karena dia sudah tidur dengan damai. Saatnya kamu melangkah kedepan tanpa melihat kebelakang.
Karena itu melangkah lah kedepan. Oke han!! Bilang itu juga pada Putri si siput kecil.
Terima kasih telah membantu membuat kisahku selama ini. Di karya terakhirku ini aku menceritakan seluruh kehidupanku selama menjadi Bella, tapi jika dinovel Cindy sih. Hehehe
Dan harusnya kamu senang karena kamu juga menjadi salah satu karakternya loh..
Aku maih ingin membuat cerita lagi tapi sepertinya sudah harus di akhiri untukku membuat sebuah kisah karena itu tolong gantikan aku melanjutkan kisahnya. Oke Han
Salam cinta,
Bella
NB: han di album itu ada foto kita semua saat masih kecil semoga kamu masih mengingatnya kenangan sekali seumur hidup. Hehehe
Tanpa sadar surat yang Rihan baca terjatuh begitu saja, air matanya mulai mengalir, sehingga membuat bingung Eri dan Ardi.
Ketemu. Ai yang dicarinya sudah ketemu hanya saja ia menghilang lagi. Bukan sementara tapi selamanya.
Saat itulah Album yang dipangku Rihan terjatuh. Didalamnya terlihat Rihan, Ai dan Putri begitu bahagiannya saat kecil. Dengan senyum kegembiraan yang tak dapat dilukiskan hanya dengan kata-kata
***
Empat tahun berlalu..
Rihan kembali mengunjungi danau. Saat sampai di danau, Emi menyambutnya dengan tariannya diatas danau yang membentuk riak air yang indah. Begitu juga dengan penunggu didanau. Mereka menyambut Rihan dengan angin lembut disekitar Rihan. Seakan mengucapkan selamat datang.
Rihan duduk di tepi danau sambil menikmati hangatnya sinar matahari, hingga..
Selamat datang han..
Rihan segera menoleh kesebelahnya, ia mendengar suara Ai. Walaupun tak dapat melihatnya, ia tau Ai ada disebelahnya.
Sambil menutup mata, ia menikmati kebersamaannya dengan mereka yang tak terlihat.
End~~~
----------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihan Story - Mystery
SpiritualUdara hutan yang nyaman terbawa angin hingga tempat seorang pria yang duduk di dekat cendela sebuah bis yang berusia hampir seperempat abad. Rambut hitam kecoklatannyanya seakan menari-nari mengikuti nyanyian hutan yang terbawa angin. Pria itu duduk...