Prolog

16 3 6
                                    

"Kerana apabila saya bertemu dengan engkau, maka matamu yg sebagai bintang timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku." -Hamka

     Mata, senyuman dan bicaramu selalu melekat dipikiran, rasanya enggan untuk aku melupakannya. Melihatmu, selalu membuatku kehilangan kata. Mendengar suaramu, membuatku terabai dengan sekitar. Namun, kamu terlalu baik untuk aku yang buruk.

     Andai saja aku tidak pernah mengenalmu, jika karena itu bisa melibatkan perasaan yang tidak karuan. Andai saja bukan kamu orangnya, andai saja semuanya bisa jadi lebih sederhana. Bahkan, aku masih berandai-andai pada hal yang seharusnya tidak ada.

     Tapi, sebelum aku memutuskan untuk pergi dan menghilang, kamu hadir sebagai teman sandaran. Memberiku semangat agar selalu percaya diri hingga hidupku berwarna kembali. Setelahnya, sandaran itu sirna, kamu menghilang dari pandangan. Pada dasarnya aku hampir menyerah, adanya kamu membuatku bangkit kembali pada harapan. Menyapu luka, membawa tawa, menciptakan cerita tanpa peduli akhirnya bagaimana.

     Sulit untuk melupakan hal yang tidak ingin dilupakan, menghapus rasa yang tidak ingin dihapus, bahkan saat seperti ini, aku masih ingin tau bagaimana kabarmu sekarang.

'Bagaimana pun perasaanku akan tetap sama, walaupun ini hanya halusinasiku.'


*

**
Picture by pinterest.
Thank you for reading guys, i hope you like it!✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ventus RisusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang