Materi II (Kalkulus: Limit)

329 40 7
                                    

Satu kalimat yang ingin ku berikan kepada tunangan ayamku saat sampai di apartemennya. 'Mati saja kau ayam'. Entah berapa kali upatan untuk hari ini keluar dari mulutku. Tuhan ketenanganku akan terenggut dan sekarang apa dosaku akan semakin banyak.

Memang susah jadi anak baik ya tuhan, apalagi anak baik ini akan tinggal dengan ayam mesum. Aku baru tau bahwa prince UK-EB ternyata tidak lebih dari pria hidung panjang. Eh salah, maksudnya hidung belang. Seperti sekarang aku sedang berdebat dengannya.

"Sudahlah dobe apa susahnya memang tidur seranjang, kemarikan kopermu"

"Fuck you ayam tiren teme, kau kira aku tidak punya harga diri"

"Memang kau jual diri sampek ada harganya"

"Shit, aku ingin membunuhmu sekarang. Aku lelah teme cepat tunjukkan mana kamarku"

"Hanya ada satu di.."

"Tidak usah berbohong bibi Mikoto bilang ada dua kamar di apartemenmu sialan"

"Bisakah kau berhenti mengumpat nona, sepertinya bibirmu minta diberi pelajaran" Aku melotot mendengar ucapannya barusan. Siap dia memberi pelajaran pada mulutku.

"Jangan melihatku begitu, aku memang tampan" Cih ibunya dulu ngidam apa sih kok pedenya kelewatan. Mungkin udah gak ada rumus buat ngukur kepedeannya.

"Sudahlah teme brengsek yang kayak ayam tiren, aku lelah dimana kamarku" Hai, sungguh aku benar-benar lelah. Aku tadi tidak sarapan, biasanya jam segini aku akan ke warung ramen langgananku.

"Kamarku disebelah.." Belum selesai dia berbicara sudah kupotong.

"Woi siapa yang tanya kamarmu brengsek. Aaaaa lama-lama darah tinggi tinggal sama ini orang"

"Sekalian biar deket" What? Deket aku yang polos dan imut ini, sama ayam tiren mesum? Ogah!!

"Gini ya Uchiha, jangan pikIr karena pertunangan ini situ bisa semaunya sendiri. Diibaratkan dalam matematika kita ini limit, hampir mendekati tapi gak akan pernah dekat. Ingat itu cuma hampir dekat ayam" Hah, bikin emosi aja ini ayam mana sih kandangnya.

"Oke terserah sebelah kanan kamarmu dan kirinya punyaku. Kamar mandi hanya ada satu jadi kau harus keluar kamar. Satu lagi berhenti membahas matematika dan tetek bengeknya aku jengah"

Aku menghiraukannya, peduli amat apanya, tidak tau aku lelah apa. Memasuki kamarku dan menata buku di meja sebelah tempat tidur. Kamar ini tidak besar, namun juga tidak kecil. Semuanya sudah tersusun rapi, kecuali baju di dalam koperku. Aku tidak akan menatanya di dalam lemari, kenapa? Ya karena aku kan segera pindah dari sini bagaimanapun caranya.

Setelah selasai dengan kamar aku akan menuntaskan urusanku dengan perut yang sudah demo ini. Beruntung dapurnya dekat dengan kamarku. Coba kita lihat apa yang dimiliki si ayam tiren untuk dimakan. Aku buka kulkas dan apa-apaan ini?!

What happen? Tomat dirak atas tengah sampai bawah. Tidakkkk mataku sakit. Akan aku buang, tekatku sudah bulat. Aku dan tomat ibarat dua garis yang bertolak belakang tidak akan pernah bisa bersatu.

"Apa yang kau lakukan" Baru akan membuang para iblis merah yang menyakiti mata eh yang punya nongol jadi bapaknya.

"Apa kau punya ramen"

"Tidak"

"Apa ada yang bisa dimakan selain tomat"

"Tidak"

"Lalu aku makan apa"

"Tomat"

"Aku tidak mau, apapun selain tomat kalau bisa ramen"

MATEMATIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang