"Bersamaan dengan itu, Persaingan tetap ada di kamuflase kehidupan"
Pagi itu suasana hikmat perkuliahan umum yang sedang berlangsung, biasanya seluruh mahasiswa dikumpulkan menjadi satu dalam ruang serbaguna. Begitu juga Nakala dan Aesha yang duduk berdampingan dijejeran bangku paling depan. Walaupun mahasiswanya belum terlalu banyak tetapi persaingan tetap ada bahkan lebih ketat, karena jumlah sedikit celahnya makin sempit. Intinya mereka selalu bersampingan, sudah semacam anak kembar bagi beberapa yang memerhatikan. Bahkan kadang ditempat biasa Nakala dan Aesha duduk seperti sudah diberi ruang oleh teman-temannya, kalau itu tempat khusus mereka berdua. Dua orang ini senang sekali beradu argumen tiap kali ada hal yang menurut pemikiran mereka berdua tidak masuk akal.
Saat itu suara Pak Muslah yang halus dan mengantukkan menjajari tiap-tiap mahasiswa di ruangan itu, suara pelan nan berulang-ulang terdengar dari dosen gemuk yang selalu menjunjung kata 'Disiplin' itu. Wajar saja karena Pak Muslah adalah dosen ilmu kewarganegaraan yang asalnya pensiunan kepala daerah. Bagi Nakala dan Aesha kuliah yang seperti itu tidak lain hanyalah ajang untuk yang penting datang. Mereka akan selalu ngobrol dan berdebat agar rasa kantuk tidak datang.
“Ah apaansi nih dosen, materinya ngulang mulu” keluh Aesha sambil merunduk kesal
“Ayo E tebak abis ini dia ngomong apa?” saut Nakala menimpali
“Cucu saya pintar bahasa inggris semua” seru mereka berdua berbarengan dengan seruan Pak Muslah, sambil menirukan wajahnya. Kebetulan juga, saat itu sang dosen tak sengaja melihat ke arah mereka.
“Nakala Aesha, coba ulang kamu barusan bilang apa?”Teguran itu tak lain bersuara dari Pak Muslah yang agak geram melihat Nakala dan Aesha ribut dijajaran bangku terlepas. Nakala dan Aesha pun hanya diam menatap satu sama lain dengan raut wajah menahan tawa. Suasana kelas seketika berubah pandang, mengalihkan pandangan ke arah mereka berdua.
“Lo si E, berisik banget sama Nakala, diem napa si kalo gasuka pelajarannya” celetuk salah seorang teman mereka yang diketahui duduk persis dibelakangnya mereka berdua.
“Nakala dan Aesha, ayo maju dan ulangi yang kalian bicarakan” suara itu terdengar lagi.
Nakala dan Aesha pun bergegas maju ke depan dengan raut wajah pura-pura menyesal telah melakukan hal tersebut. Namun mereka tetap terdiam seolah menahan tawa dan tidak enak hati mengucap apa yang mereka bicarakan tadi.“Kalian berdua, bisa dengar perintah saya tidak?!” Tanya dose Pak Muslah lagi dengan nada yang lebih tinggi
“Dengar, Pak” sahut mereka berdua
“Silahkan diulangi, biar teman-teman pada tahu apa yang kalian asik bicarakan”.Pikir Nakala dan Aesha saat itu sama-sama menyampaikan kebenaran tanpa ada hal yang memberatkan. Nakala dan Aesha menegakkan kepala dan saling menatap untuk memberikan kode satu sama lain untuk memulai apa yang dosennya itu perintahkan.
"Satu, dua, tiga" jawab mereka bersamaan.
“Cucu saya pintar bahasa inggris semua” seru mereka berdua.
“Jadi, pak. Tadi Saya sama Nakala lagi menebak omongan bapak selanjutnya apa, terus kebetulan sama persis sama yang bapak ucapkan. Yaudah kita ketawa, tapiii…tapi…kita bukan ketawain bapak kok pak, kita cuma ketawa karena tebakan kita benar. Suerr hehe” jelas Aesha sambil menebarkan senyum lebarnya itu.
“Iya pak, benar. Tadi, kronologisnya seperti itu, itukan tandanya kita perhatian sama omongan bapak selanjutnya.” jelas Nakala yang tak mau kalah dan mencoba beralasan untuk melindungi dirinya dengan Aesha
“Baiklah, kalau seperti itu. Perhatian boleh, tapi jangan sampai menganggu jalannya kelas. Silahkan duduk lagi sana. Ingat, jangan berisik” ucap Pak Muslah pada Nakala dan Aesha.Nakala dan Aesha pun kembali ke tempat duduk. Dengan bertatap muka sembari jalan menuju bangkunya, Aesha yang mengembangkan pipinya bersapa dengan kerutan dahi Nakala yang tak tahan terhadap tawa nya sendiri, sampai-sampai harus menutup mulut dengan tangan kanannya sendiri. Beberapa teman yang melihat mereka berdua memang tersenyum dan sedikit menggelengkan kepala karena melihat tingkah Nakala dan Aesha yang seolah mengelabuhi mantan kepala daerah itu.
Kelas kembali berlanjut sampai diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dapat diprediksi seolah-olah tidak akan ada yang bertanya, yap apalagi bila bukan karena sudah bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Rumah Kita (Kisah dalam Sepenggal Pertemuan sampai Menetap Selamanya)
RomanceIni Rumah Kita adalah sebuah kisah dalam sepenggal pertemuan sampai menetap selamanya. Mereka, Nakala dan Aesha kisahnya akan diceritakan. Dipertemukan dalam ruang penuh sesak, merangkai dengan kenangan. Simak kisahnya, nikmati rasanya. Salam, Washa...