Hari ini tiba-tiba langit jadi kelabu. Tadinya aku mau ke kepelabuhan sama anet, yaa untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan mungkin sedikit ulasan senyum sang senja. Namun entahlah kenapa langit tiba-tiba kelabu, mungkin ia sedang berduka sama halnya dengan diriku.
Akhir-akhir ini anet jadi lebih sering ikut aku kepelabuhan. Katanya si dia lagi ada masalah sama pacarnya, tapi dia gak mau cerita masalahnya apa. Ya aku si nggak maksa juga buat dia cerita, karena masing-masing orang itu mempunyai frivasinya masing-masing dan gak semua masalah kita harus orang lain tau.
"Ta..."
"Hmm, iya kenapa net?"
Bukannya menjawab pertanyaan aku anet malah natap aku serius, seriusnya pakek banget lagi. "Apaan si net kok liatnya gitu amat, serem tau kayak lo mau makan gua mentah mentah aja" kataku dengan nada sok drama ke anet. "Huuhhh Drama" katanya sambil mengalihkan pandangan ke laut yang di atasnya masih setia langit kelabu itu. Aku hanya menaikan sebelah alisku.
"Kok lo suka banget si sama senja? Lo itu yaa gak pernah absen buat datang kepelabuhan ini hanya untuk ngeliat senja. Apa istimewanya si senja dalam hidup lo, bahkan saat langit gak menghadirkan senja kayak gini aja lo masih datang kesini. Yang istimewa di mata lo itu senjanya atau pelabuhannya si? Jangan bilang lo ada kenangan yaa sama seseorang di pelabuhan ini dan lo gak mau cerita sama gua, Iyaa?"
"Hehh lo itu yaa kalau ngomong sekata kata dong, ngomong udah kek jalan tol ga ada jedanya gitu kan gua bingung mau jawab apa. Lagian siapa juga sih yang punya kenangan di sini. Sorry yaaa gua bukan makhluk bucin kek elo" kataku ke anet, aku berbohong karena apa yang di katakan anet emang benar. Miris memang, mungkin jika ada kata lebih dari bucin maka itu adalah kata yang cocok untukku saat ini. Bagaimana tidak, orang yang jelas jelas pergi entah kemana dan mungkin tidak akan datang untuk sekedar menyapa kembali masih aku harapkan kehadirannya dan well aku masih menangisinya setiap malam. lebay memang tapi begitulah perempuan, dia akan lemah jika diuji oleh perasaan.
"Yaelaahh biasa aja dong, bucin-bucin gini juga kan sahabat elu" katanya dengan wajah sok di buat sedih.
"Uuuu taayang... Hug me pliss" kataku sambil merentangkan kedua tangan dan memeluk anet, meski sedikit kesal dia tetap membalas pelukan ku. "yaudah sekarang lo jawab pertanyaan gua" katanya sambil melepas pelukannya. "Pertanyaan yang mana?" Tanyaku pura-pura lupa. "Gausah pura-pura lupa lo, cepet jawab kalau lo ga mau gua gak bakalan nemenin lo buat beli buku lagi" katanya dengan raut mengancam. "Yaelah pakek ngancam segala lagi. Gini ya Anet sayang kan gua pernah bilang ke elo, gua gak butuh alasan apapun untuk suka sama senja. Bahkan mungkin gua jatuh cinta sama senja itu tepat saat gua pertama kali lihat senja. Pelabuhan dan senja bagi gua itu adalah dua hal yang nggak bakal gua lewatkan satu haripun kecuali mungkin kalau gua udah terkapar nggak bisa ngapa-ngapain. Dan untuk pertanyaan lo yang bilang kenapa gua tetap datang ke sini walau langit tak menghadirkan senja sekalipun itu jawabanya adalah jika senja tak hadir, setidaknya pelabuhan ini mengingatkan gua tentang keindahan senja kemarin. Paham anet sayang??"
Aku melihat ke arah anet yang masih tampak belum puas dengan jawaban yang aku berikan.
"Bingung gua kenapa lo suka banget sama senja, gua rasa alasan lo masih belum sempurna, gua rasa ada alasan lain" dia berbicara dengan tatapan lurus ke arah kapal yang baru saja berangkat.
"Terserah elo mau percaya apa kagak yang penting gua udah jawab pertanyaan-pertanyaan elo."
"Hati-hati lu, ga baik terlalu berlebihan dalam menyukai apapun. Kadang hal yang paling lo suka bisa memberikan lo luka pula. Inget, kadang tanpa kita sadari sesuatu yang paling kita suka atau senangi itu adalah yang paling sering menorehkan luka." Mendengar anet ngomong kayak tadi aku tiba-tiba tertawa lepas, bagaimana tidak? Seorang Anet tiba-tiba bisa sebijak itu. Benar kata orang, orang akan jadi puitis saat dirinya sedang patah hati.
"Hahahahah kesambet setan mana lu net, kok jadi bijak gitu? Haduuhhh hahaha"
"Apaan si ga lucu ih, di kasih tau juga malah di ketawain. Gua aduin Bunda nih"
"Haduhh haha sorry sorry gua kelepasan, abisnya si lo"
"Tau ah" Anet malah merajuk, tapi terlihat menggemaskan.
"Yaudah ga usah ngambek gitu lah, balik yuk udah hampir gelap nih, nyokap gua bentar lagi balik, dan pasti bunda undah nungguin lo tuh dirumah. Dari tadi hp lo geter mulu, pasti lo ga izin kan? Kebiasaan." Kataku sambil menyentil jidat Anet.
" Auuu sakit tau, yaudah ayok balik"
"Yuk.."
Karena aku dan Anet membawa kendaraan masing masing maka kita terpisah di simpang tiga dekat pelabuhan, Anet emang rumahnya lebih jauh dari pelabuhan, Alhasil dia bawa motornya ngebut, dasar Anet kebiasaan deh. Besok aku akan memarahinya di sekolah."Author prov"
Malam ini Karin sedang berada di kamarnya. Seperti biasa, menatap langit yang masih dengan bintangnya. Setia, itu kata yang tepat untuk langit dan bintang. Beda sekali dengan kisahnya karina Renata Ar-rumi.
"Mengapa aku masih memikirkan dia?" Batin karin berkata. "Wajar saja dia pergi toh kita tidak memiliki hubungan apapun" sekali lagi batinnya berbicara.
Memang Karin dan laki-laki itu tidak memiliki hubungan apapun yang lebih dari sekedar teman. Namun perhatian dan kasih sayang yang di berikan laki-laki itu tentu akan membuat siapapun dengan mudah untuk menyukainya. Dia sopan, ramah, penyayang, lembut, senyumnya manis, tidak terlalu tinggi dan wajahnya benar-benar berkharisma. Dan satu lagi, dia benar benar dewasa, pikiran ataupun perkataannya. Bagaimana mungkin dia akan di lewatkan oleh satu wanita saja. Karin menyukai laki-laki itu dan tanpa Karin tau bahwa laki-laki itu juga mencintainya. Selama ini laki-laki itu jarang memiliki hubungan dengan siapapun. Lebih tepatnya enggan untuk mengikat, karena baginya hubungan itu di ikat satu kali dan untuk selamanya, yaitu ikatan Pernikahan. Usianya Empat tahun lebih tua dari karin dan dia adalah Bintang Hema Adikarsa.Yuuhuuu... Telat update lagi yaaa, haha maklum Author kan orang sibuk. Part 2 nya sampe sini dulu yaaa. Yang udah vote makasi banget dan yang belum vote tolong di vote dong dan komen jugaa gmana tanggapan kalian. Pemula banget nih Author. Thank's yaaaa
Xoxo
~Wdy~
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA DI UJUNG SENJA
RomanceKamu adalah keindahan sore yang bernama senja dan kelengkapan malam yang disebut bintang. Namun kita adalah dekat yang ku salah artikan. Kita? Teman, semesta mengatakan demikian. Aku mencintaimu bintang. Jingga, 24 Desember 2019