Intimidasi

3K 218 2
                                    


Pernahkah kalian merasa terintimidasi oleh orang-orang yang lebih cantik dari kalian? Lebih kaya dari kalian? Lebih pintar dan lebih menawan dari kalian? Aku pernah. Sangat pernah. Pertama kali aku merasakan hal intimidasi secara tidak langsung itu saat aku bertemu dengan teman wanita Diki yang satu jurusan. tiga orang perempuan itu membuat aku kejang-kejang karena gayanya yang modis dan wajah mereka yang cantik.

Satu dari mereka pun bisa membawa mobil. Membawa mobil pribadi ke kampus adalah hal yang tabu bagi anak kampus dengan uang jajan pas-pasan. Orang tuaku punya mobil. Tapi itu untuk kepentingan keluarga dan pekerjaan sementara mereka mendidikku menjadi anak mandiri yang kost di tempat kost murah dan ke kampus berjalan kaki.

Dan satu yang ada di pikiranku. Mereka bertiga keren. Kece. Gaul. Cantik. Ah itu lebih dari satu. Yang jelas aku merasa terintimidasi kala itu. Merasa kecil di hadapan mereka. Apalagi setelah mereka berbincang dengan Diki. Membicarakan tentang acara yang akan di selanggarakan oleh BEM kampus kami.

Aku hanya diam di pojokkan, memperhatikan mereka secara seksama. Memperhatikan mata Diki yang menatap mata salah satu gadis cantik tersebut. Damn, aku benci melihat Diki saat itu memperhatikan gadis lain tepat di hadapanku.

Begitu pula saat Diki mengenalkan Maya padaku. Melihat gayanya yang berhijab modern dengan tas merk ternama dunia membuatku sedikit terintimidasi. Terlebih, kini aku lihat Diki mencurahkan perhatiannya seratus persen pada Maya. Perhatian yang pernah menjadi milikku sepuluh tahun yang lalu.

Kini, aku berharap Diki merasakan hal yang sama ketika ia melihat Nam dengan mata kepalanya sendiri. Terintimidasi secara tidak langsung oleh ketampanan Nam. Kegagahan Nam dan sikap romantisnya padaku.

"Hai, aku Nam. Senang bisa bertemu kalian," sapa Nam pada Diki dan Maya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk mereka jabat.

Maya masih dengan mulut menganga kemudian mengatupkan mulutnya dan menyambar tangan Nam. "Hai, aku Maya," sapanya dengan ramah dan senyum menampilkan giginya yang berderet rapi.

Diki masih dengan matanya yang tak berkedip sedari tadi memperlihatkan wajahnya yang tak menyangka jika aku bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari dirinya.

"Saya Diki. Diki Raharja. Saya owner dari The Grand Paradise," jawabnya membanggakan diri. Ya, Diki punya apalagi. Selain owner, tak ada lagi kebanggaan yang ia miliki untuk di gembar-gemborkan dengan orang lain. Wajahnya? pasti kebanting dengan ketampanan Nam. Apalagi sifatnya.

"Oh, jadi anda adalah klien calon istriku?" tanya Nam pada Diki yang sedang meminum air putih dari botol kemasan.

Mendengar pertanyaan Nam. Diki terbatuk-batuk. Kali ini aku yakin dia sedang terhenyak karena kaget mendengar aku mempunyai calon suami yang ganteng, romantis, kaya dan lebih baik dari dirinya.

"Apa kamu bilang, calon istri?" Diki balik bertanya setengah berteriak. Membuat para pengunjung di Kafe melirik ke arahnya.

"Iya, kenapa? Ada masalah? Atau ada yang salah?"

Tak lama setelah mendengar jawaban Nam. Diki tertawa. Bahkan terbahak sambil menggeleng-gelengkan kepala. Lalu ia pamit untuk pergi ke toilete. Sikap Diki yang aneh di mata Nam membuat Nam bertanya-tanya padaku.

"Is he crazy or something like that? Yeah, you know what I mean Chika," Aku tersenyum puas. 1-0. Aku mengalahkan Diki dengan skor 1-0. Nam membuatnya mati kutu. Hanya dengan sedikit pertanyaan.

Hello X Husband... Hai Ex Wife...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang