The Sin Has Started

5.1K 281 139
                                    

Hai, masih ada di library? wkwk

Hai, masih ada di library? wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shout out to insanedepressing

lo pikir gue ga liat 😠

ini dah tepatin janji y awas aja 😠

Sebenernya ini unreleased chapter yang buat ff ini stuck karena aku ga berani buat up :D tapi sané encouraged me to do sooo thx sané :D :*

⚠ ⚠ ⚠

.

***

Huaaaaa.

Mommy bisakah kau kembali sekarang juga?

Aku meremas ponselku dengan kasar. Aku sangat kesal saat ini. Berjalan pelan menutup pintu kamarku, aku langsung disambut dengan cahaya lampu yang sangat minim. Tapi mau tidak mau aku harus memberanikan diri untuk berjalan menembus kegelapan ini.

Baru seperempat jalan aku menghentakkan kaki kesal. Kenapa sih, Mommy harus pergi sangat lama? Aku 'kan paling takut kalau sudah hujan petir begini!

Sudah satu jam lamanya hujan deras mengguyur kota Seoul. Dan selama itu aku hanya bisa meringkuk di dalam selimut dengan gemetaran setiap kali petir berbunyi. Aku menunggu agar suara petir yang bersahut-sahutan itu mengecil, tapi bukannya kecil malah semakin menggelegar, membuat jantungku melompat beberapa kali!

Jangan menghina, tapi jika sedang hujan deras disertai petir seperti ini aku biasanya tidur berdua dengan Mommy di kamar dia. Demi apapun aku sangat takut dengan suara petir, belum lagi kilatan putih itu! Aku pasti akan langsung memeluk Mommy erat-erat lalu dia akan mengelus tubuhku penuh sayang. Tapi sekarang dia malah sibuk mengurus Om Siwon, haaahh. Saat aku menelepon tadi saja dia hanya menyuruhku pergi ke kamar Chaeyoung lalu memutuskan sambungan di kala aku masih ingin ditemani olehnya.

Tidak-tidak. Aku tidak mau!

Aku tidak mau menuruti suruhan mommy tadi.

Tapi bagaimana lagi?

Dia bilang bahaya telepon saat hujan petir, memang benar. Itulah kenapa aku terpaksa melakukan saran yang dia berikan sebelum sambungan terputus.

Hell, aku tidak punya pilihan lain daripada ketakutan sepanjang malam.

Tapi tetap saja aku kembali menghentakkan kakiku kesal begitu sampai di depan pintu kamar gadis itu. Tubuhku berhenti bergerak. Pikiranku berkecamuk apakah aku harus masuk atau tidak? Apa yang akan dia pikirkan jika tiba-tiba aku, Kim Jennie yang mengaku membencinya, masuk ke dalam kamarnya untuk minta ditemani seperti seorang kakak kecil yang manis?

FORBIDDEN | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang