TIGA

10 3 0
                                    

15.28

Angin sore di sekitar hotel membuat badan gue bergidik. Ini emang musim semi, tapi anginnya hampir kayak musim dingin. Hijab yang gue pake terkibas pelan gara-gara angin ini juga.

Sekitar 5 menit yang lalu laki-laki pegawai hotel itu menemani gue berjalan di sekitar hotel. Hingga kini masih hening. Canggung banget, asli.

Langkahnya terhenti.

"Nama anda siapa? Saya Arde." Tanya laki-laki ini kemudian menyodorkan tangan kanannya.

"Gika." Gue nggak menjabat tangannya, hanya membungkukkan badan sebentar. Arde menyimpan kembali tangannya di saku kanan jaketnya.

"Mbak Gika ke Kordoba sendiri?"

"Iya. Temen saya lagi ada kesibukan jadi nggak bisa nemenin kesini."

"Emangnya Mbak Gika dalam rangka apa kesini? Sekedar liburan kah?"

"Nggak tau, kayak pengen belajar sesuatu di sini, discover something new."

"Oh.. Mbak, masih laper nggak?"

"Enggak sih, kenapa? Arde laper?"

"Saya nggak begitu laper, tapi pengen kasih tau makanan enak di sekitar sini."

"Makanan apa?"

"Mbak Gika mau tau?"

"Aduh, nggak usah panggil mbak deh nggak papa kok."

"Oke. Gika mau saya temenin ke tempat makannya?"

Bener-bener nggak sesuai harapan, malah deg-degan begitu dia panggil nama gue.

Gue cuma mengangguk. Arde berjalan mendahului dan gue mengikuti dia sambil melihat kanan kiri.

Nggak lama kemudian kita nyampe di sebuah tempat di ujung jalan yang jaraknya mungkin 100 meter dari hotel. Tempatnya nggak begitu crowded, tapi terlihat cozy dari depan. Arde ngajak gue masuk ke tempat itu dan hal yang pertama kali gue lihat adalah sebuah lukisan besar di sebelah meja kasir. Lukisan apa coba?

Semangkuk Indomie.

Bayangin, di Eropa ada tempat seperti ini. Gue bener-bener pengen tertawa meledak-ledak saat itu juga. Antara bangga karena makanan itu adalah favorit gue, dan juga ngerasa lucu aja. Di otak gue langsung terpikir warmindo. Bibir gue terkatup rapat-rapat nahan banget biar nggak ketawa. Arde ngelihat gue, mungkin dia pikir aneh banget ini orang.

"Gika, saya makan sebentar, ya." Katanya kemudian berjalan ke tempat memesan. Gue cuma memandang punggungnya. Yah, yaudah lah, mungkin dia emang belum makan.

Semenit kemudian dia menghampiri gue dan ngajakin duduk di deket pintu. Gue iya-in ajakan dia dan akhirnya kami duduk di sana.

Sambil nunggu makan dia cukup banyak bicara tentang dirinya sendiri. Narsis? Banget. Tapi lucu. Maksud gue, ya gue rasa langka aja orang seperti ini dalam hidup gue.

"Gika, saya itu kerja di sini udah hampir 3 tahun loh!" Celetuk Arde nggak pake aba-aba.

"Oh ya? Lama ya,"

"Iya, saya dulu waktu selesai kuliah bingung mau kerja apa."

"Kuliah di mana?"

"Saya dulu kuliahnya di Semarang. Tapi nyasar ke sini malahan, kerjanya."

Gue ber-oh panjang, kemudian hening beberapa saat. Dia main HP. Akhirnya gue juga ikutan main HP. Baca-baca thread lucu ajalah daripada gabut gini.

3 menit kemudian makanan Arde datang. Gue kira Indomie, ternyata sup, nggak tau, kayanya jamur.

"Gika, makan dulu." Kata Arde kemudian mendekatkan mangkuknya.

Gue mengangguk dan kembali memainkan HP, lanjut baca lucu-lucu di Twitter.

Sampai beberapa menit kemudian gue masih di sana nemenin dia makan. Aneh nggak sih, dia ini orang asing tapi gue mau mau aja temenin dia. Ah enggak, lebih tepatnya ditemenin dia, karena dia yang nawarin.

"Gika, Mama saya suruh saya pulang. Ada hal penting kayanya." Kata Arde sambil mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Cepet amat, makannya.

"Oh yaudah, nggak papa, pulang dulu aja." Gue menjawab tenang.

"Mainnya saya ganti besok aja, jamnya sama, selesai saya shift di hotel,"

"Hah? Kemana?"

"Sampai ketemu besok, makasih udah nungguin saya makan!" Arde bangkit dari duduknya kemudian ngilang gitu aja dari hadapan gue.

Speechless. Ini maunya gimana, sih?
Gue bangkit juga dan keluar dari tempat makan itu. Pas di luar, gue celingukan kesana kemari dan Arde bener-bener udah ilang.

"Duh sialan, tau gini mending gue keluar sendiri tadi. Paling kalo gue keluar sendiri udah nyampe mana-mana." Omelan nggak jelas mulai keluar dari bibir gue.

Langkah gue kembali terayun ke arah hotel. Ya iya, siapa mau jalan-jalan lagi, udah badmood. Mending rebahan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Reason To LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang