Akankah Membaik?

2 0 0
                                    

 Jam masih menunjukkan pukul 05.30 namun aku sudah bersiap. Sebenarnya waktu berkumpul masih cukup lama sekitar satu setengah jam lagi namun kalian tahu seperti apa kondisi kota Jakarta sehingga kita harus berangkat lebih awallllll dari seharusnya. Aku pun bergegas menuju garasi untuk mengendarai motorku. Aku lebih suka mengendarai motor karena waktu yang dibutuhkan jauh lebih sedikit daripada berkendara menggunakan mobil.

Jarak dari rumahku menuju ke tempat berkumpul tidaklah terlalu jauh hanya sekitar 5 km. Kebetulan jalan yang aku lewati menuju ke tempat berkumpul melewati rumah Tsania. Sejujurnya sempat terbesit keinginan untuk mengajaknya untuk berangkat bersama namun pertimbangan bahwa kemungkinan ditolak lebih besar membuatku mengurungkan niatku. Ya sebut saja aku adalah cowok pengecut tapi daripada aku menghancurkan moodnya dan acara menjadi berantakan lebih baik seperti ini saja.

Tapi tanpa sengaja aku melihat Tsania sedang berdiri di pinggir jalan dengan wajah kebingungan sambil memegang hp. Aku pun menepi dan membuka penutup helmku. "Ada yang bisa dibantu Tsan?" tanyaku. Dia mengangkat wajahnya namun begitu melihat wajahku, wajahnya langsung berubah. "Nggak ada." Jawabnya "Serius? Udah professional aja ni sekarang demi acara nggak usah bawa – bawa masalah pribadi kita." Wahh aku tak menyangka aku bisa berbicara sok bijak begitu. Sikap Tsania pun melunak "Hmmm okay Van. Jadi gue nggak ada teman nebeng ke tempat ngumpul dari tadi nyari gojek sama grab juga nggak dapet – dapet sedangkan sebagai panitia gue nggak enak kalau datang telat." Jelasnya panjang lebar. "Oh jadi gitu. Mau bareng nggak sama gue?" tawarku –udah siap ditolak kok gue- "Boleh nih Van?" tanyanya memastikan. Aku pun langsung mengangguk mempersilahkan. Tsania kemudian naik ke boncenganku.

Aku sempat merasa flashback ketika kita masih pacaran dulu. Hampir setiap hari aku akan pergi ke rumahnya untuk menjemput dan mengajaknya jalan – jalan. Hmmm. . . aku kangen kembali ke masa – masa itu. Tiba – tiba sebuah motor menyalipku dan langsung berbelok ke kanan. Aku terkejut dan langsung mengerem mendadak. Tsania yang awalnya tidak memegang pinggangku langsung reflek memelukku erat.

***

TSANIA's POV

Reflek tanganku langsung memeluk Jovan karena takut terjatuh. Sialan umpatku dalam hati. Seketika Jovan berucap "Maaf. Kamu nggak papa kan?" tanyanya lembut kepadaku. "Iya nggak papa kok." Setelah mendengar jawabanku Jovan pun kembali melajukan sepeda motornya. Tak lama kemudian kami sampai di tempat acara. Syukurlah tadi Jovan menemukanku di pinggir jalan sehingga aku tidak telat hadir di acara ini. Jujur ketika tadi tanpa sengaja memeluknya aku merasakan desiran itu hadir lagi di dalam hatiku.


Flashback


Sudah beberapa hari ini Jovan sulit sekali untuk dihubungi. Aku sangat kesal. Sudah susah dihubungi tidak memberikan kabar sama sekali pula. Kalau memang dia sibuk yang kabarin kek gitu jangan tiba - tiba ngilang kayak gini. Sampai suatu siang aku pergi ke sebuah Mall untuk berbelanja untuk menghilangkan stress kegalauan "kehilangan" Jovan. Saat aku akan melangkahkan kakiku masuk ke sebuah butik tiba – tiba aku melihat Jovan berada di situ tapi tunggu dia bersama seorang wanita. Sialan. Aku pun langsung melabraknya


"Jadi lo gini berhari – hari nggak ada kabar ternyata lagi jalan sama cewe lain. Oke kalo ini mau lo mulai sekarang kita putus." Tanpa menggubris perkataannya aku pun berlari meninggalkannya.


Flashback Off

***


JOVAN's POV

Acara berjalan cukup lancar. Ada beberapa miss namun semuanya berhasil ditangani. Semenjak kejadian tadi pagi aku merasa hubunganku dengan Tsania sedikit melunak setidaknya dia sudah sudi untuk melemparkan senyum selama acara ketika kami tidak sengaja berpapasan. Aku sebenarnya berniat untuk menjelaskan "hal" yang membuat kami putus. Karena jujur saja apa yang dilihat oleh Tsania 5 bulan yang lalu tidaklah sama dengan yang sebenarnya terjadi. Tapi aku mengurungkan niatku karena aku takut ini terlalu terburu – buru.

***

"Vann... Jovan." Tiba – tiba aku mendengar ada seseorang yang memanggil namaku. Aku pun langsung menoleh dan terkejut ketika mengetahui sumber dari suara tersebut. Tsania. "Eh Tsan.. Kenapa? Ada yang bisa gue bantu." Tanyaku agak grogi "Hmmm.... Lo ada acara nggak habis ini?" tanyanya "Nggak ad. Gue lagi free. Kenapa?" tanyaku lagi "Kalau gitu sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan lo tadi pagi gue mau traktir lo makan. Gimana? Mau?" tawarnya. Oh Tuhan keajaiban kah? Hubungan kami yang 5 bulan ini sudah beku bagai es balok gini sudah mulai mencair. Terima kasih pemotor ugal – ugalan lo menjadi penerang hubungan gue yang sudah gelap gulita. "Lo nggak mau ya?" tanya Tsania menyadarkanku dari lamunanku "Eh sorry Tsan tadi ngelamun. Heheheh. Mau kok. Lo udah beres?" tanyaku "Belom bentar lagi. Tungguin ya." Jawabnya sambil berlalu kembali membantu panitia yang lain berberes.

***

30 menit kemudian kami sudah sampai di sebuah café. Kami memilih tempat di outdoor karena kebetulan kami berdua sama – sama menyukai alam. Café ini tidak terlalu luas, namun cukup banyak tanaman yang menghiasi bagian outdoor café ini. Ditambah sebuah air mancur di tengah – tengah yang semakin mempercantik café ini. Setelah selesai memesan makanan dan minuman aku pun mulai buka suara. "Tsan, please dengerin penjelasan aku ya." Kataku. "Please jangan merusak suasana yang lagi bagus ini Van." Balasnya sambil tersenyum. "Hmmm oke Tsan aku akan tunggu sampai kamu siap buat dengerin penjelasan dariku." Balasku. Tak lama kemudian makanan dan minuman yang kami pesan pun datang. Kami sibuk menyantap makanan masing – masing. Setelah selesai menyantap makanan aku pun mengantar Tsania pulang.


TSANIA'S POV


"Thank you Van. Hati – hati di jalan." ucapku padanya setelah sampai di depan pintu gerbang rumahku. "Sama – sama Tsan. Selamat istirahat." Aku melambaikan tangan seraya Jovan melajukan motornya meninggalkan rumahku. Acara hari ini cukup menguras energiku belum lagi besok aku harus bersekolah. Aku memutuskan untuk langsung beristirahat setelah selesai membersihkan diri.

Sudah sekitar satu jam aku berbaring di atas ranjangku namun kantuk tak kunjung menyapa. Kepalaku seperti dipenuhi kembali tentang kenangan aku bersama Jovan. Jujur di dalam hatiku aku masih sayang dengan Jovan namun emosi dan gengsiku membuat aku tidak memperdulikan perasaanku. Karena tak kunjung bisa tertidur, aku pun iseng mengupload snapgram dengan latar belakang hitam dan sebuah kalimat "andai aku bisa mengendalikan emosiku". Tak berapa lama ada notif dari Instagram. Ternyata itu adalah DM dari Jovan


Jovannino_: Belum tidur Tsan?

Tsania21: Nggak bisa tidur nih gue

Jovannino_: Istirahat besok sekolah wehh

Jujur aku sangat merindukan midnight chat dan perhatian seperti ini.

Tsania21: Iya ya gue tidur. Lu juga tidur sono.

Jovannino_: Night. Bye.

Tsania21: Bye.

Setelah membalas chat terakhir dari Jovan aku pun terlelap.


1 bulan kemudian

Semenjak pertemuan kami di komunitas greenty tepatnya semenjak kejadian premotor ugal – ugalan itu hubunganku dengan Jovan jadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Siang ini aku akhirnya memutuskan bahwa aku siap untuk mendengarkan penjelasan yang sudah sangat lama Jovan ingin katakana padaku. Tadi pagi aku sudah men-DMnya bahwa hari ini aku pulang sekolah jam 2 siang dan mengajaknya untuk ketemuan di sebuah café di dekat sekolahku.

Recycle CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang