Reduce, Reuse, Recycle

3 0 0
                                    

JOVAN's POV

Seperti mendapat durian runtuh ya kalian boleh saja mengatakan aku lebay atau apa pun tapi ini memang sangat mengagetkan. Tiba – tiba saja pagi ini Tsania men-DMku dan mengajakku untuk ketemuan di sebuah café dekat sekolahnya. Doakanlah semoga ini titik terang dari kesabaranku menunggu selama ini.

Tepat saat bel pulang berbunyi aku langsung bergegas membereskan alat tulisku dan berlari menuju parkiran motor. Aku tentunya tidak mau membuat Tsania menunggu. Aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang karena aku tentunya masih mau bertemu Tsania dalam keadaan bernafas.

Jarak antara sekolahku dengan sekolanya memang tidak begitu jauh. Sekitar 15 menit berkendara, aku pun sudah sampai di sekolahnya. Jam tanganku menujukkan pukul 2.05 yang berarti Tsania sudah bubaran. Aku pun langsung bergegas menuju ke café yang dimaksud Tsania. Ketika masuk ke dalam café, mataku sudah menangkap wajah seseorang yang sangat familiar sedang duduk di pojok ruangan. Aku pun melangkah menuju ke tempat duduk yang sudah dipilih oleh Tsania.

"Hi Tsan, sorry telat ya." ucapku "Eh Van. Iya gpp. Duduk. Duduk." balasnya ramah.

Aku pun langsung mengambil tempat duduk di hadapan Tsania setelah dipersilahkan. Suasana sempat canggung karena baik Tsania maupun aku sama sama diam. Saat aku akan mulai untuk berbicara secara bersamaan Tsania juga mulai berbicara. "Eh, ya udah kamu duluan aja ngomong Van." Kata Tsania "No. Ladies first Tsan." Balasku "Okeh. Jadi maksud aku ngajak kamu ketemuan hari iniiiii..... Hmmmm......... Jadi aku udah siap buat dengerin semua penjelasan kamu." Aku shock tapi secepat mungkin aku berusaha menetralkan sikapku.

"Okay. Sekarang giliran aku yang ngomong ya Tsan." Kataku. Aku meraih kedua tangan Tsania, tidak ada penolakan dari Tsania. "Tsan jadi sebenernya waktu kamu lihat aku sama cewek di mall itu, aku lagi nemenin sepupu gue yang lagi liburan ke Jakarta. Terus pas kamu lihat kita di toko baju itu sebenarnya aku lagi minta tolong dia buat nyobain baju yang mau aku beliin untuk hadiah kamu. Nah kenapa aku nggak hubungin kamu berhari – hari itu sebenarnya sengaja supaya kamu kesel. Tapi aku nggak nyangka kalau bakal jadi kayak gini sampai kita harus putus Tsan."

Lega. Satu kata yang benar – benar ngejelasin perasaan aku sekarang. Sebenarnya aku belum sepenuhnya lega karena belum mendengar jawaban dari Tsania. "Van, maafin aku yang terlalu kebawa emosi dan kayak bocah main ngambek terus ngilang gitu. Maaf banget aku nggak ngasi kamu kesempatan sama sekali buat ngejelasin. Dan jujur aku juga ngerasa kehilangan sebenarnya setelah mutusin kamu."

"Tsan yuk kita reduce semua kesalahan yang pernah kita lakuin selama hubungan kita, kita reuse segala hal – hal baik dalam hubungan kita untuk mempererat hubungan kita, dan recycle cinta kita. Jadi, kamu mau nggak balikan sama aku?" Detak jantungku sudah tak beraturan karena aku takut banget Tsania nggak mau balikan lagi sama aku?" Tanyaku "Kalimatmu lucu banget Van, Udah disiapin berapa lama? Hehehehe." Balas Tsania sambal tertawa kecil. Aku hanya menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal sambil membalas tawanya. Kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Tsania membuatku benar – benar bahagia "Ya Van aku mau kita balikan. Aku juga masih sayang sama kamu." Matahari pada siang ini pun menjadi saksi betapa gembiranya aku karena bisa balikan lagi dengan Tsania.

Selalu beri kesempatan bagi pasanganmu untuk menjelaskan. Karena apa yang tampak belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk direcycle lagi dan lagi.

Recycle CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang