2.❤ Perlindungan Pertama ❤

10.4K 1.4K 81
                                    

||
||
||
||
||

Happy Reading

||
||
||
||
||



"Kau selalu melakukan kesalahan akhir-akhir ini Tuan Kim, kinerjamu semakin menurun!" Pria besar di depannya ini menatap penuh pada Shawn yang hanya bisa menahan perasaannya. Ia menghancurkan pekerjaannya sendiri dan terancam dipecat.

"Saya akan berikan satu kesempatan terakhir, mengingat kau sudah hampir tiga tahun bekerja di perusahaan ini, meski tak ada prestasimu, tapi melihat kegigihanmu selama ini, saya menaruh simpati, kau diberi satu kesempatan lagi!" Ucap pria itu, atasannya yang memang selama ini harus bersabar menghadapi segala kelemahan Shawn.

"Terima kasih Sunbae, saya akan berusaha sekuat tenaga saya." Shawn berdiri dan membungkuk, pria yang lebih tua mengangguk, "pergilah!" ucapnya dan segera Shawn melangkah keluar dari ruangan atasannya.


.

.

.




"Beruntung aku tidak dipecat, Sunmi ya," ucap Shawn dengan nada lega. Gadis sahabatnya itu menatap prihatin, "kurasa kau memang tak cocok bekerja di perusahaan itu, Shawn ah." Ucap Sunmi dengan nada tak enak hati.

"Mau bagaimana lagi, aku butuh pekerjaan, kau tahu sendiri kan aku harus mengirimi eomma uang setiap bulan untuk berobat?" Entah bertanya atau memberi informasi, Shawn berkata dengan nada frustrasi.

"Kau lihat Sunmi ya, sejak tiga tahun lalu aku selalu membuat masalah, dan ini adalah masalah paling besar, perusahaan nyaris mengalami kerugian besar karena aku." Shawn nampak emosi saat berbicara. Ia merasa lemah dan putus asa saat ini. Sunmi meraih telapak tangannya, menatap sahabat yang telah bersamanya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak ini.

"Ayo semangat Shawn ah!" Gadis itu berseru riang, disambut senyum masam Shawn. Keduanya duduk di sebuah cafe, menghadap sebuah jendela lebar yang mengarah pada sebuah taman tak jauh dari kawasan gedung kantor mereka. Hari ini keduanya pulang lebih awal dan Shawn tak perlu takut ketinggalan bus.

Ini sudah delapan bulan sejak kejadian di malam itu, kejadian di mana Shawn ketinggalan bus dan terpaksa pulang berjalan kaki. Saat itu ia menemukan seekor anak anjing yang tersesat.

Ah, Shawn ingat saat ia terbangun pagi harinya, puppy lucu itu sudah tak ada di kamarnya. Aneh memang, Shawn mencarinya ke seluruh penjuru kamar flatnya, tapi si Jiji benar-benar menghilang. Pintu kamar apartemennya tertutup rapat, terkunci dari dalam, hanya saja jendela kamar Shawn sedikit terangkat kacanya, seperti baru saja dibuka. Shawn ingat jika ia menutup dan mengunci jendela itu.

Lagi pula apa mungkin puppy mungil itu keluar lewat jendela? ingatkan jika kamar flat Shawn berada di lantai lima, dan tak ada balkon di kamar itu, hanya jendela. Bagaimana cara anak anjing mungil itu keluar? apa ia melompat turun ke bawah? Itu sangat terdengar tidak masuk akal.
Berbulan-bulan hal itu terasa mengusik pikiran Shawn, sampai saat ini pun ia masih memikirkan kejadian itu.

"Shawn, apa rencanamu liburan musim dingin ini?" Sunmi tiba-tiba bertanya, Shawn menatap wajah si sahabat sejenak lalu menghela napas, "aku tidak akan pulang ke Paju, aku harus menghemat Sunmi ya," jawab pemuda itu. Sunmi terlihat sedikit berpikir lalu, "jadi ikut berlibur denganku san Jino oppa saja ne?" Sunmi mengajukan ide, Shawn sejenak berpikir, berlibur dengan sepasang kekasih? Shawn belum gila kan?

Wolf (My Alpha) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang