"Makasih ya, Nat. Udah dianterin," ucap gue sambil turun dari motor matic Nata.
"Kaya sama siapa aja sih, Je. Buruan masuk, abis itu mandi, makan, cuci kaki terus tidur," Nata mulai cerewet.
"Lo lagi cosplay jadi nyokap gue atau gimana?" tanya gue heran.
"Hahaha. Gue balik dulu," Nata tertawa renyah kemudian berpamitan.
Gue memutar bola mata malas "Rumah lo jaraknya cuma 50 meter dari sini bego!"
"Kan biar sopan, Jeje," kata Nata tak mau mengalah.
Gue jadi teringat perjanjian gue tadi waktu minta nebeng Nata "Lo capek ngga? Nanti main kesini ya? Gue pesenin ayam keepci."
"Demi ayam, oke." Nata terkekeh singkat dan gue ikut tersenyum. Rasanya seperti kebahagiaan Nata adalah kebahagiaan gue juga.
"Udah sana masuk. Bunda didepan tuh," kata Nata sambil menunjuk menggunakan dagunya.
Saat gue lihat ke belakang ternyata bener. Bunda sudah berdiri disana dengan tatapan lega karena gue dan Nata udah pulang.
Tak cukup hanya berdiri disana, Bunda menghampiri kita berdua. "Akhirnyaaa kalian pulang juga, bunda khawatir kalian pulang telat ngga bilang-bilang dulu."
"Hehe, maaf ya, Bun. Salahin Nata aja. Soalnya Jeje pulang telat karena bantuin Nata," Nata berusaha menjelaskan keterlambatan kita berdua.
"Kamu buat masalah lagi Nat?" tanya Bunda ke Nata. Dengan persahabatan gue sama Nata yang bisa dibilang ngga sebentar. Bunda jadi sedikit paham tentang sifat-sifat Nata.
"Sedikit, Bun. Hehe," Nata menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengengesan.
"Jangan nakal-nakal loh ya," ucap bunda sambil tersenyum dan mengelus rambut Nata.
Nata sedikit tersentak, gue tau dia ngga biasa menerima perlakuan seperti ini. Tapi kemudian, senyum simpul terukir di wajah Nata. "Ngga janji, Bun." Nata menatap bunda dengan tengil.
"Oh, kamu nantangin Bunda? Je, ambil centhong nasi di meja, Je." Bunda melingkis lengan dasternya.
"Siap, Bun!" gue kasih hormat ke Bunda, pertanda gue bakal ngambilin centhong nasi di meja seperti perintah Bunda.
"Eh eh, jangan dong, Bun. Peace ya peaceeee," ucap Nata sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah secara bersamaan, membentuk huruf 'V'.
Melihat adegan barusan menjadikan gue malah ngakak dan ngga jadi ambil centhong nasi kaya yang disuruh bunda "Hajar aja, Bun. Habisin," ucap gue manas-manasin.
"Diem lo, Je!" Nata menatap gue dengan kesal
Karena merasa kepalanya terancam, Nata memilih berpamitan ke Bunda. "Bun, Nata pulang aja deh, nanti balik lagi," pamit Nata untuk yang kedua kali. Tapi kali ini, Nata sambil salim ke bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My President Saturnus
Teen FictionIni cerita tentang persahabatan bobrok ala Jeje dan Nata. Mereka saling suka sebenarnya, tetapi saling membohongi perasaan masing-masing hanya karena tidak ingin merubah sikap satu sama lain. Mereka nyaman seperti ini, tetapi dengan hati yang saling...