Hukuman

12 5 0
                                    

👽Sepulang sekolah👽

Saat ini gue lagi berdiri didepan Ruang BK. Berharap bahwa Nata ngga akan dapat masalah besar cuma gara-gara kodok sialan itu. Kira-kira udah tiga menit semenjak Nata masuk ke Ruang BK. Akhirnya karena penasaran, gue nguping pembicaraan mereka sambil terus berbicara dalam hati.

"Apa pantas seorang pelajar SMA bertingkah seperti anak SD seperti itu?!" Sial, gue denger bentakkan Bu Ana dari sini. Pasti Nata ngelawan Bu Ana terus deh.

"Saya kangen masa kecil saya, Bu." Jawab Nata santai.

"Dengan membawa kodok ke sekolah?!" Bu Ana makin marah sama Nata.

"Jadi saya harus bawa apa, Bu? Gajah? Susah bawanya," jawab Nata dengan nada meremehkan.

"Kamu tidak perlu bawa apapun. Tapi setelah kamu keluar dari ruangan ini, ambil alat kebersihan di ruang kebersihan dan bersihkan lapangan basket juga semua toilet siswa." Kata Bu Ana dengan nada tegas.

'Anjir, Bu Ana ngga kira-kira kalau ngasih hukuman. Kan ujung-ujungnya yang bantuin Nata gue juga.'

"Kalau saya tidak mau?"

'Aduh, Nat, jangan nantangin Bu Ana terus.'

"Nilai kamu kosong di mata pelajaran saya sampai akhir semester," Sinis Bu Ana

Mata gue sontak terbelalak. Kalau nilai Nata kosong, berarti Nata ngga naik kelas dong?!

'Nat udah terima aja, gue bakal bantuin lo bersih-bersih kok.'  Gue berharap Nata denger apa yang barusan gue batin.

Sesaat kemudian gue denger Nata menghela nafas. "Oke, saya tidak punya pilihan lain. Ada lagi yang perlu saya kerjakan? Karena saya sudah muak disini."

"Kamu boleh pergi dan awas saja jika kejadian seperti ini terulang kembali," tegas Bu Ana.

Saat gue denger suara langkah kaki Nata, gue langsung menjauh dari tempat gue berdiri dan bertingkah seolah gue ngga mendengar apapun.

"Gimana?" tanya gue basa-basi.

Nata menghela nafasnya, "Lo pulang sama Bryan aja ya? Gue telfon dulu anaknya."

Nata hampir merogoh HP yang ada di saku celananya tapi gue cegah, "Jangan! Gue pulang sama lo aja. Kan kita udah deal tadi."

"Gue masih ada urusan, Je." Nata masih berusaha membuat gue pulang duluan.

"Urusan apa? Gue tau lo dihukum Bu Ana. Ayo gue bantuin biar cepet selesai." Karena gemes sama tingkah Nata, akhirnya gue narik tangan dia dan jalan ke ruang kebersihan yang berada ngga jauh dari ruang BK.

"Lo ngga harus bantuin gue, Je." Nata masih berusaha nolak bantuan gue.

"Banyak bacot lo. Nih, pegang sapunya." Gue ngasih sapu ke Nata dan gue ambil alat pel sama sabun pembersih lantai.

"Ck, bandel banget sih lo dibilangin." Nata mulai kesel sama gue.

"Kaya lo engga aja. Udah ayo buruan!" Gue berusaha kasih semangat ke Nata.

"Bagi tugas aja ya biar cepet? Gue ke lapangan dulu dan lo ke toilet. Nanti kalau gue udah kelar, gue bakal nyusulin lo. Aktifin HP lo biar gue tau lo di toilet sebelah mana," Nata mulai kasih interupsi ke gue.

"Iyaaa Presiden Saturnus. Semangat!" kata gue sambil mengepalkan tangan ke udara, berharap Nata juga akan kesentrum semangat dari gue.

"Semangat," sahut Nata dengan nada biasa aja. Bahkan dengan ekspresi wajah yang ogah-ogahan.

My President SaturnusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang