Jajang kecanduan

118 2 0
                                    


🌷🌷🌷🌷

"Kalo lagi gak pengen, tar susah orgasmenya, A."

"Aa tuh tiap hari pengen terus cuma gak ada pelampiasan, Neng. Jadi main pake jari aja." Tawa Jajang menggema.

Titin ikut tertawa. Rasa hangat mengalir ke rongga dada.

"Ayo, Neng, ajarin Aa phone seks."

"Oke. Aa lagi ngapain sekarang?"

"Tiduran di kamar."

"Jendela terbuka gak? Kalo terbuka, tutup aja biar Aa fokus."

"Buka. Ya udah Aa tutup dulu. Tunggu sebentar."

"Ya, A." Titin melepas kancing bra lalu melempar ke ujung tempat tidur. Meraih guling dan menaruh di atas tubuhnya.

"Udah, Neng."

"Lampu hidup atau mati?"

"Kalo siang gak pernah nyala."

"Bagus. Soalnya Neng suka main gelap, A."

"Main apa tuh?"

Keduanya terbahak. Titin memainkan ujung rambutnya yang tergerai hingga bahu. Warna putih nampak beberapa helai sempat ditangkap matanya.

"Main dogy, A."

Kembali keduanya tergelak. Titin memejamkan mata, mengecup ponselnya seraya membayangkan sedang mengecup bibir Jajang.

"Wah suka gaya dogy ya?"

"Suka semua gaya, A, yang penting Neng orgasme."

"Neng mudah orgasme gak?"

"Tergantung  cowoknya, A. Ya udah mulai yuk phone seksnya. Mata Aa pejamin ya. Bayangin foto Neng."

"Daritadi juga mata Aa terpejam sambil bayangin Neng benaran."

"Oke. Tangan Neng di junior Aa, ya?"

"Awww."

"Lah kenapa, A?"

"Aa jadi geli. Aduh sontak bangun adek Aa."

Titin cekikikan. Rupanya Jajang seperti Heru, tipikal lelaki mudah naik libidonya. Pria seperti Jajang akan jadi makanan lezat baginya.

"Iiiih Aa, belum apa-apa masa udah geli. Jari Neng baru menggenggam leher nih."

"Aduh, Neng, Aa geli. Sumpah." Suara Jajang mulai berat.

"Tangan Aa sini di dada Neng. Mau yang kanan atau kiri dulu, A?"

Jajang tak menjawab. Hanya erangan tipis yang terdengar. Bak simfoni indah di telinga Titin. Ia tahu Jajang sedang memainkan juniornya.

"Enak, Aa Sayang?" Titin terus meracuni pikiran Jajang.

"Ssshhh ...."

Kembali tak ada jawaban dari Jajang. Hanya desisan tak jelas membuat dada Titin mengeras. Satu tangannya meremas guling yang kepalanya ia benamkan di leher seolah-olah Jajang sedang bergerilya di bawah dagu.

"Neng ...."

"Ya, A? Aa lagi ngapain hayooo?" tanya Titin manja.

"Aa lagi ... Aa pengen cium Neng."

Senyum Titin lebar mendengar suara Jajang yang memburu. Suara benda seperti dikocok sesekali terdengar samar. Peluh mulai membasahi dada Titin, padahal kipas angin sedang berputar kencang.

                🌷🌷🌷

Lama Titin memandang foto profil Facebooknya. Telah sebulan tidak ia ganti dan ia mulai bosan. Lalu ia berselancar di aplikasi Google. Menulis 'Foto cewek berjilbab lagi jalan-jalan' dan ketika terpampang semua foto yang ia maksud, Titin mendengkus kecewa sebab wajah pada foto-foto tersebut nampak jelas semua.

Titin kembali menulis 'Foto cewek berjilbab memunggungi pemandangan' di mesin pencarian. Beberapa ada yang nampak jelas wajahnya, tapi ada juga yang benar-benar memunggungi pemandangan. Titin mengamati foto-foto yang wajahnya tidak terlihat. Sebuah foto cewek dengan gamis berwarna pekat dan khimar berwarna salem membuatnya tertarik. Ia screenshot foto tersebut, lalu nge-crop di aplikasi PhotoGird. Setelah selesai Titin login ke FB kembali, mengunggah foto yang telah ia edit tadi untuk foto profil FB yang baru. Foto tersebut diberi caption 'Jangan tanya kenapa Neng jalan-jalan sendiri, jomlo mah bebas'

Usai mengunggah, Titin mengecek akun Jajang. Matanya berbinar melihat balon hijau di menu pesan lelaki itu. Lantas Titin kembali ke akunnya, membaca notifikasi. Beberapa temannya memberi emoticon love pada fotonya, salah satunya Jajang. Dada Titin berdegup riang memandang tanda hati dari Jajang di fotonya.

"Neng Tamara jomlo? Sama dong kayak Abang."

Titin tersenyum saat menulis balasan untuk Ilham. "Santun siang Abang. Ya nih, Neng udah lama jomlo. Hikkss."

"Masa cantik-cantik jomlo?" komentar Aris.

"Serius, Kak. Buat apa Neng bohong?" balas Titin.

"Biyuuhhh Neng Tamara geulis pisan euy."

Dada Titin bergemuruh riuh. Bahagia sedang mencumbunya, menelusuri rongga dada sebelum akhirnya bermuara di hati.

"Salam santun Aa, udah ngopi?"

"Santun juga untuk Neng. Belum ngopi, Neng, kopi habis, Aa lagi males keluar."

"Ya ampun kasian. Neng buatin kopi buat Aa ya?"

"Wah, mau. Yang manis ya kayak Neng hehehe."

"Ahsiyaaap."

"Neng lagi apa? Aa kangen main dogy hihihi."

Tawa Titin pecah. Segera ia membungkam mulutnya pakai tangan. Ia tak ingin diinterogasi Reni yang sedang menonton TV di depan kamarnya. Si bungsu itu memang sering beriisik dengan apa pun yang ia lakukan. Baru saja Titin ingin membalas komentar tersebut saat Jajang menghubunginya melalui video call di aplikasi messenger.  Senyum nampak cerah di wajahnya saat Titin ingin menyentuh icon video. Namun, ia segera tersadar akan wajah aslinya. Ditariknya kembali jemari yang nyaris menggeser icon video. Lantas Titin mengirimkan pesan untuk Jajang melalui aplikasi WhatsApp.

Titin
Maaf, Aa, Neng gak bisa menerima VC Aa.

Pesan yang ia kirim langsung berwarna biru. Jajang sedang menulis balasan.

Jajang
Kenapa Neng? Udah hampir sebulan kita saling telepon dan chat, masa Aa gak tau wajah Neng?

Titin
Kan banyak foto Neng di FB.

Jajang
Ya sih, tapi Aa pengen melihat kecantikan Neng secara langsung.

Titin
Maaf, Aa, wajah Neng hanya untuk suami Neng kelak. Orang-orang cukup lihat foto Neng di FB aja ya?

Jajang
Hmmm. Baiklah kalo begitu. Neng lagi apa? PS lagi yuk?

(bersambung)

Santet OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang