CUGINI RESTAURANT AND PIZZERIA
Malam ini kami akan dinner di restoran italia yang terletak di kawasan paling hip di Singapore.
Interiornya didominasi warna biru putih dengan nuansa mediterannean. Kami sampai di cugini hampir bersamaan dengan Suraj dan Minori.
Suraj Wadhwa berumur sekitar 40 tahun ,berkebangsaan Singaporean Indian, wajahnya mirip Salman Khan kalau rambutnya memutih semua . Minori Tabata,istri Suraj berumur hampir sebaya denganku ,wajahnya cantik khas orang jepang. hari ini dia mengenakan gaun berwarna krem dan suraj mengenakan kemeja putih serta setelan jas berwarna krem. Mereka tampak serasi.
"Anja san..i miss you " kata minori memelukku erat, mencium kedua pipiku layaknya teman lama, kami memang cukup akrab. Suraj mengikuti dari belakang high-five dengan alde dan bercengkrama akrab.
" I miss you too mino dear , How was Paris treating you ?" tuturku seraya menuntun minori ke kursi yang sudah di reserve atas nama Kareer ,nama startup milik Aldebaran dan Suraj.
"Paris was fantastic, you guys should join us in the summer. Suraj just bought a Chateau in the village, not so far from the city." balas Minori kini kami semua sudah duduk manis dan siap memesan makanan.
Tidak lama pesanan kami semua telah datang sebotol wine cabernet sauvignon keluaran tahun 2006, garden pasta salad, vegan pizza dan spinach lasagna telah terhidang di depan kami semua.
" A toast please.." ujar Alde sambil mengangkat gelasnya. kami semua yang ada di meja mengangkat gelas.
"To a great partner, a beautiful family, and a successful business ahead!" seru alde sambil membenturkan gelas nya ke gelas kami semua.
CUGINI tidak pernah mengecewakan, salah satu restoran terbaik di Singapura yang memberi rasa autentik Italia dalam setiap menu makanannya. Benar saja,tidak lama semua makanan di meja sudah tandas.
Aku memperhatikan sekelilingku Alde ,Minori dan Suraj tampak mengobrol dengan seru. Aku menyesap kembali wine di tanganku. Rasa pahit dan manis bercampur sempurna. lezat sekali.
Tiba-tiba mataku tertumbuk pada sesuatu, gelas wine Minori tampak tidak tersentuh. Tidak seperti biasanya Mino tidak minum wine karena red wine adalah minuman favoritnya. Mino sadar dengan tatapan penuh tanda tanya dariku, kemudian dia berdeham. Alde dan Suraj yang tadinya sibuk bercengkrama langsung terdiam, Minori tersenyum .
"Anja san..Alde san, you two are like family to us. Not only because you work together but its feels like we have known each other for so long." tutur Minori yang kini bertatapan mesra dengan Suraj. Aku merasakan tangan Alde meraih dan mencium tanganku aku balas tersenyum padanya.
"And..we want you two to be the first to know that.. WE ARE PREGNANT!" seru Suraj seraya berteriak dan memegang perut Minori, muka minori memerah dan menunduk.
"That's wonderful news bro, i'm so happy for you." seru alde yang langsung bangun dan memeluk Suraj. Dia tahu betapa Suraj meninginkan anak dari Minori sejak lima tahun yang lalu. Suraj menepuk-nepuk bahu Alde dan membisikkan sesuatu.
Tanpa terasa air mataku mengalir, tangis bahagia untuk Minori . Aku tidak bisa berkata apa-apa ,aku tahu Minori pasti bingung. lalu aku berdiri dan memeluk Minori, Minori menghapus air mataku.
" Its tear of happiness Mino darling, I'm really happy for you.. I truly am." kataku memeluk erat Minori ,ada rasa protektif ekstra terhadapnya .
"Thank you anja, finally..God has given us the chance" kata Minori tersenyum padaku.
Ketika kita semua sudah selesai berpelukan dan kembali ke meja masing-masing tiba-tiba Minori mengeluarkan sesuatu dari bawah meja . Sebuah kantong kertas berembos logo "Louis Vuitton".
Minori bekerja sebagai head of marketing Louis Vuitton South East Asia dan dia sangat mencintai pekerjaannya,mungkin dia membawa berkas dari kantornya,pikirku.
"Anja..its for you..please take it." kata Minori seraya menyerahkannya padaku. Aku mengambilnya.
"I didn't know we were supposed to exchange gifts, i had known about this, i wouldn't have bought my gift for you and hide it in my bag." kata ku tertawa dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru bertuliskan "Tiffany&co" dan menyodorkannya pada Minori.
Kini giliran Minori yang tidak mampu berkata-kata, tertawa mengambil kotak itu dariku. dan memekik kaget ketika membuka isinya.
Aku tahu aku membuat keputusan tepat untuk membelikan Mino sepasang anting Elsa Peretti for Tiffany&Co untuk Minori tadi siang ketika sedang berada di Orchard bersama The Ladies.
" Arigatou anja..i love it."
Minori yang malam ini tidak memakai anting langsung memakai anting barunya itu ,dia tampak senang sekalinya. Dia tidak berhenti-hentinya tersenyum,.
Suraj dan Alde tertawa melihat kelakuan kami seperti anak SD bertukar kado lalu kembali tenggelam dalam percakapan serius.
Kini giliranku yang menatap Minori dan bertanya apa boleh kubuka kadonya disini. Minori mengangguk.
Kubuka kotak itu hati-hati menyingkirkan kertas pembungkuskan dan mengeluarkan sesuatu dari dust bagnya, sebuah tas tangan " Louis Vuitton " seri Alma berwarna merah ke orange an kini tampak di hadapanku."
" I notice you never wear a bright bag Anja, may this be your first bright bag to add into your collection." kata minori
"Thank you so much Minori,you are right . This will be my first bag in bold color." kataku tertawa dan mengayunkannya di depan Alde. Alde tertawa melihat kelakuanku.
Tidak lama bill datang dan Suraj membayar tagihannya setelah adegan tarik-menarik bon antara dia dan Alde menentukan siapa yang harus membayar.
"Its my night,my treat." kata Suraj memutuskan. Aku dan Minori tertawa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan suami kita berdua.
Setelah berpamitan kepada keduanya Alde dan aku mengambil mobil di Valet. Alde membuka pintu untukku dan masuk ke dalam mobil mengemudi kembali ke bungalow kami di Serangoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
2000s love story
Romance"then, let me kiss you for a second to remember it forever." Anjani Hapsari leager (14 tahun) "kamu itu,gem nya aku,my well beloved." Sunny Suteja Hutama (18 tahun) "Sampai kapan kau mau jadi kekasih bayangannya dia,itu hati ga capek?" Thomas Veen...