Hidup itu adalah saat dimana kau menemukan seseorang yang kau sebut saingan. Dari banyak hal, ada satu dua orang yang selalu datang dan mengunggulimu. Beberapa orang terganggu dengan kehadiran sosok yang menjadi rivalnya. Sehingga melakukan banyak hal untuk menyingkirkannya. Namun banyak juga yang menjadikan saingannya sebagai motivasi.
Apapun maknanya yang tersimpan dalam kepala personal seseorang. Sebagai penganggu ataupun motivator. Nyatanya seorang rival akan tetap mengusik kehidupan seseorang. Akan ada banyak pertanyaan yang pada akhirnya membuat seseorang terus memandang rivalnya. Dan ada banyak hal yang akan terus dicari tahu hanya untuk mengungguli rivalnya.
Ketika mulai ada persaingan, akan muncul dua pilihan dalam kehidupan. Persaingan sehat, ataupun persaingan yang buruk. Dimana satu dari dua pilihan tersebut akan membawa seseorang pada akhir yang mengejutkan.
°•°•°•°
Mengerucutkan bibirnya, pria mungil dengan name tag Yoo Kihyun menatap sosok jangkung yang berdiri dibelakangnya. Kesal adalah satu kata yang bisa mengartikan tatapan Kihyun pada sosok tersebut, yang justru tak sedikitpun mendapati hal itu.
"Menyebalkan...kenapa dia harus berada diperintkat satu lagi." Gerutu Kihyun seraya kembali membalik tubuh menghadap papan pengumuman yang ada didepan tubuhnya.
Kembali mengerucutkan bibirnya. Kihyun memilih berlalu dari tempat itu, diikuti tatapan sosok yang sempat diperhatikannya.
°•°•°•°
"Katakan pada kami, kau mengikuti bimbingan belajar dimana?" Kalimat tanya itu mengusik Kihyun yang semula fokus dengan bukunya.
Pria Yoo itupun menoleh pada beberapa siswa kelasnya, yang sedang mengelilingi si peringkat satu.
"Aku tak pernah ikut bimbingan belajar." Jawab sosok yang ditanya, membuat siswa yang mengelilinginya memasang wajah tak percaya.
"Ciiih..." Jemari mungil Kihyun mencengkram kuat pensil ditangannya mendapati perhatian yang didapatkan sosok itu.
"Eyyy...mana mungkin kau tak pernah ikut bimbingan belajar." Ujaran tak percaya dilayangkan seorang siswa pada sosok itu.
"Sungguh...aku tak pernah ikut bimbingan belajar." Mencoba meyakinkan, sosok itu berujar.
Tawa pelan terdengar dari orang-orang yang mengelilingi sosok itu.
"Chae Hyungwon...jangan berbohong. Tidak mungkin ada yang bisa mempertahankan posisinya diperingkat satu 3 tahun berturut-turut tanpa bimbingan belajar. Jangan pelit pada kami, kami tak akan merebut rankingmu. Kami hanya ingin lulus ujian masuk universitas. Jadi katakan dimana kau mengikuti bimbingan belajar. Kami benar-benar harus lulus ujian masuk universitas." Disela tawanya, satu dari beberapa siswa yang mengelilingi pria bernama Hyungwon berujar.
"Tap...."
"Ayolah teman-teman, jangan menganggunya dengan pertanyaan bodoh kalian." Kihyun yang semula tak berniat buka suara, berujar membuat perhatian mengarah padanya.
"Tuan muda Chae tidak berbohong, dia benar-benar tidak pernah mengikuti bimbingan belajar." Hyungwon memandang lekat Kihyun yang terdengar berujar dengan nada sarkas.
"Dia bukan kelas masyarakat rendah seperti kita, yang harus pergi ketempat bimbingan belajar hanya untuk merubah nilai D menjadi A." Kihyun mengarahkan netranya pada Hyungwon sesaat, sebelum kemudian menatap teman-teman sekelasnya.
"Dengan ini..." Kihyun mengesekkan ibu jari dan telunjuknya. "...keluarganya yang kaya akan memanggil guru terbaik ke rumah mewahnya. Lalu...kenapa tuan muda Chae harus lelah dan berkeringat pergi ke bimbingan belajar, bila layanan private bisa datang ke rumahnya. Dia seseorang yang lahir dengan sendok emas dimulutnya. Orang seperti itu tak akan belajar diengan masyarakat rendah diluar jam sekolah." Lanjut Kihyun masih dengan nada yang sama.
"Aaaahhh....benar juga, kenapa tak terpikir olehku." Salah satu siswa berujar, membuat Kihyun tersenyum sinis.
"Itu karena kau bodoh." Jawaban itu segera membuat siswa tersebut menghampiri Kihyun.
"Apa? Apa yang tadi kau katakan?" Terlihat melipat lengan bajunya, siswa tersebut menunjuk ujung hidung Kihyun.
"Aku bilang kau itu bodoh, dasar bodoh!" Seketika sosok dihadapan Kihyun memasang wajah kesal karena ucapan Kihyun.
"Berani sekali kau mengataiku bodoh."
"Memangnya kau itu siapa, sampai aku harus takut mentataimu bodoh. Kau bahkan bukan Tuhan yang bisa menurunkan kesialan untukku karena aku mengataimu bodoh." Kihyun nampak berkacak pinggang.
"Kau ini bosan hidup ya?" Hyungwon nampak sedikit khawatir melihat kekesalan yang teman sekelasnya itu tunjukan, berbanding terbalik dengan Kihyun yang justru terlihat tenang.
"Memangnya kalau aku bosan hidup, kau mau membunuhku begitu?" Sambut Kihyun tanpa merubah ekspresinya.
"Kau berkata seolah-olah kau benar-benar bisa membunuhku saja." Kini Kihyun terlihat melipat tangannya didada.
"Sombong sekali kau, kau pikir aku tak bisa membunuhmu sekarang." Sosok dihadapan Kihyun, gantian berkacak pinggang.
"Berhenti banyak bicara, itu hanya akan membuatmu terlihat semakin bodoh." Tak terlihat takut dengan sosok yang bahkan berbadan lebih besar darinya, Kihyun berujar.
"Sepertinya mini hamster ini memang mau mati." Mengapit leher Kihyun, siswa tersebut mengusak kepala pria mungil itu.
"Heyyyy!!!! Kau merusak tatanan rambutku!!!" Keluhan Kihyun diabaikan sosok yang masih terus mengapit lehernya.
Kihyun dibuat menggerutu pelan beberapa saat, sebelum kemudian berakhir tertawa karena aksi tersebut. Sosok Chae yang melihat hal itu hanya bisa mengulum senyumnya dengan pandangan penuh arti. Yang justru diartikan berbeda oleh sang pria Yoo saat mata keduanya tak sengaja bertemu.
"Apa dia sedang meremehkanku?" Gumam Kihyun dalam hatinya melihat senyum Hyungwon yang nampak ditahan.
Tak tahu isi kepala Kihyun, Hyungwon membiarkan mata mereka terus bertemu. Sebelum kemudian mengarahkan pandangan lurus, setelah melepas pandangannya dari sosok mungil tersebut.
°•°TBC°•°
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement🌻Haebaragi🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Sekolah | Buku 2 ✔
FanfictionHanya cerita pendek tentang kehidupan siswa di akhir sekolah. Story by Haebaragi. ⚠ When you decide to copy my work, at that moment you give up your talent⚠