Rival ▪ 2

66 20 0
                                    

Kihyun tak pernah hidup mengandalkan keberuntungan. Namun dia juga tak mau menerima kesialan. Seperti hari ini, Kihyun dibuat menggerutu kesal karena keputusan gurunya yang membuat dia dan Hyungwon harus menjadi partner untuk tugas Sejarah. Dan merasa hari itu adalah hari sialnya, karena harus memiliki partner sosok yang tidak disukai olehnya. Menatap sosok jangkung yang bahkan tak memperhatikannya, Kihyun mengerucutkan bibirnya. Sebelum kemudian lengan pria mungil itu terangkat membuat sang guru mengarahkan pandangan padanya.

"Ada apa Kihyun-gun?" Pertanyaan sang guru membuat Kihyun menjadi pusat perhatian seluruh kelas.

Kihyun kembali menatap Hyungwon sesaat yang juga mengarahkan pandangan padanya, sebelum kemudian mengarahkan pandangan pada sang guru.

"Ssaem...bisa aku berganti partner?" Tatapan bertanya sang guru membalas permintaan Kihyun.

"Aku pikir....menjadikan aku dan tuan muda Chae dalam satu kelompok bukanlah hal yang benar Ssaem. Karena itu sebaiknya aku menganti partnerku Ssaem." Lanjut Kihyun menjadikan sosok yang berdiri didepan kelas menyilangkan tangan didepan dada.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Dan...apa-apaan dengan panggilanmu pada Hyungwon-gun?" Tegur sang guru, karena merasa sang murid bersikap sedikit tak sopan.

"Aku berpikir seperti itu, karena kami sama-sama pintar. Ssaem tahu-kan dia dan aku adalah dua teratas dalam peringkat disekolah. Jadi akan sangat tak adil jika kami bekerja sama. Sementara kami bisa membantu teman-teman kami yang kemampuannya dibawah kami, jika mereka diberi kesempatan memiliki kami sebagai partnernya." Urai Kihyun tanpa canggung.

"Dan...mengenai panggilanku, bukankah itu benar. Si Chae...dia memang tuan muda kan? Seorang keturunan bangsawan dengan sendok emas dimulutnya. Karena itu aku memanggilnya seperti itu." Kihyun mengedarkan pandangannya sesaat, dan berakhir menatap Hyungwon kemudian.

"Kihyun-gun." Tatapan peringatan sang guru adalah hal pertama yang Kihyun dapati saat netranya mengarah pada sosok tersebut.

Kihyun menghela nafas berat karena itu, sedangkan sang guru mengedarkan pandangannya.

"Jadi....apa ada yang memikirkan hal yang sama dengan Kihyun-gun?" Mengedarkan pandangannya, sang guru bertanya.

Tak ada yang menjawab, seluruh siswa hanya terlihat saling memandang tanpa berujar apapun.

"Ayolah teman-teman....aku tahu kalian keberatan dengan pembagian kelompok ini." Tukas Kihyun melihat tak ada satupun dari teman sekelasnya mengurai sikap keberatan.

"Aku tahu kalian bahkan akan berebut menjadi partnerku, jadi kalian bisa jujur pada Sosaengnim." Kihyun bangkit dari duduknya.

"Kihyun-a...berhenti terlalu percaya diri." Salah satu siswa yang duduk dibelakang Hyungwon berujar.

"Kami tahu kau adalah salah satu siswa terpintar disekolah ini..." Ucapan itu membuat Kihyun menarik senyum simpul diwajahnya. "...tapi..." dan senyun itu memudar kemudian mendengar satu kata lanjutan tersebut.

"...kami tak cukup gila untuk memilih satu kelompok denganmu." Lanjut pria itu membuat Kihyun menatap kesal padanya.

"Kami mungkin tak akan keberatan menerima Hyungwon, tapi menerimamu...." Kata-kata tersebut sengaja diputus, membuat Kihyun semakin terlihat kesal.

"Memangnya kenapa? Kenapa denganku?" Suara Kihyun meninggi satu oktaf.

"Kihyun-a....duduk saja, kita harus belajar." Siswa yang duduk dibelakang Kihyun angkat bicara.

"Hanya duduk Kihyun-a...jangan buat tahun terakhir kami disekolah ini berat dengan omelanmu." Siswa lain ikut berujar saat Kihyun bersiap angkat bicara

"Kihyun-gun...kau sudah mendengar keputusannya bukan." Kihyun dibuat gagal mengurai protes karena satu kalimat yang diucapkan sang guru.

Mendengus kesal, Kihyun segera duduk kembali di kursinya setelah mengedarkan tatapan tajamnya keseluruh kelas.

"Apa??" Kihyun berujar tanpa suara pada sosok Hyungwon saat mata mereka kembali bertemu.

Hyungwon tak membalas. Si jangkung memilih mengarahkan tatapan kedepan kelas, karna sang guru sudah mulai menjelaskan pelajarannya.

"Menyebalkan." Gerutu Kihyun dalam hatinya.

Meraih kasar pensilnya, Kihyun mencoret-coret asal lembar putih dihadapannya. Si mungil tak menyadari, sepasang mata milik pria yang disebutnya tuan muda terus mencuri lihat padanya. Menatap punggung mungil Kihyun, Hyungwon dibuat mengulum senyumnya. Terlebih saat mendapati sosok itu terus mengerutu tanpa suara dikursinya.

°•°•°•°

"Dasar menyebalkan, aku tidak menyukainya." Menyentak kakinya diatas tanah, Kihyun mengerutu kesal.

"Tidak apa-apa, dia juga belum tentu menyukaimu. Dan...mungkin saja beberapa orang menganggapmu menyebalkan." Sebuah kalimat balasan membuat Kihyun menoleh ke sisinya.

"Kau siapa? Kenapa kau duduk disini?" Tanya Kihyun pada sosok yang sudah duduk disisinya seraya menyantap sebatang ice cream.

"Hey...ini taman kota, bukankah semua orang bebas duduk disini." Sambut sosok itu membuat Kihyun memandang kesal padanya.

"Lalu kenapa kau memilih duduk disini? Ada banyak kursi kosong." Menunjuk beberapa kursi taman yang memang kosong, Kihyun membalas ucapan pria tersebut.

"Aku suka disini, karena itu duduk disini." Pria itu mengembangkan senyum yang terlihat menyebalkan dimata Kihyun.

"Ada apa dengan hari ini? Kenapa aku terus sial?" Kihyun nampak bangkit dari duduknya dan hendak beranjak.

"Tak ada yang tahu isi sebuah buku itu menarik atau tidak jika hanya menatap dari sampulnya saja bukan?" Ucapan itu menghentikan langkah kaki Kihyun.

Menatap sosok yang berujar, Kihyun memandang pria itu dengan ekspresi bingung.

"Jangan terlalu cepat menilai buku, hanya karena sampulnya tidak menarik dimatamu. Buka dan bacalah, agar kau benar-benar tahu isi dari buku itu." Kihyun masih memasang ekspresi yang sama, sementara sosok dihadapannya terlihat menarik senyum penuh arti dibibirnya.

°•°TBC°•°

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Catatan Akhir Sekolah | Buku 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang