|rindu Rasulullah |

12 1 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di salah satu channel TV Arab, ada sebuah program televisi bernama لو كان بيننا الحبيب (Seandainya Rasulullah ada di tengah-tengah kita). Program ini dibawakan seorang presenter Arab terkenal ; Ahmad Syuqairi. Syuqairi mewancarai beberapa orang secara acak dan bertanya pada mereka, “Seandainya saat ini Anda bertemu langsung dengan Rasulullah Saw, apa yang akan Anda sampaikan pada beliau?”. Hampir semua dari responden langsung menangis terharu karena rindu bertemu sang kekasih yang agung.

Pertanyaan senada sesungguhnya bisa juga kita ajukan dalam menyikapi beberapa permasalahan yang terjadi saat ini. Tentu bukan untuk mencari jawaban tentang halal atau haram, karena untuk halal-haram sumbernya sudah jelas yaitu al-Quran, sunnah dan ijtihad. Pertanyaan ini kita gunakan untuk mengukur layak atau tidak layak, pantas atau tidak pantas, dan baik atau tidak baik.

Tentang lagu ‘Aisyah Isteri Rasulullah’ yang sedang hit saat ini, kalau kita bertanya, “Seandainya Rasulullah Saw masih hidup, dan lirik lagu itu diperdengarkan pada beliau, kira-kira apakah beliau akan senang mendengarnya?”

Tentu saja jawaban yang pasti kita tidak tahu. Namun kita bisa memprediksi jawabannya dengan melihat sirah dan hadits-hadits Rasulullah Saw.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw bersabda:

أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي

_“Apakah kalian heran melihat cemburunya Sa’ad? Sungguh, aku lebih pencemburu daripada Sa’ad, dan Allah lebih pencemburu dariku.”_

Untuk mengetahui cemburunya Rasulullah Saw, tentu kita mesti tahu bagaimana cemburunya Sa’ad (Sa’ad disini adalah Sa’ad bin Ubadah, bukan Sa’ad bin Muadz).

Sa’ad bin Ubadah dikenal sebagai seorang yang sangat pencemburu (cemburu dalam hal ini tidak seperti yang dipahami sebagian orang yaitu cemburu ketika melihat orang yang dicintainya suka atau dekat dengan orang lain, tapi cemburu di sini dalam arti harga diri atau ‘izzah yang membuat seseorang tidak terima jika kehormatannya diganggu).

Sa’ad tidak pernah menikahi para janda. Semua isteri yang dinikahinya adalah gadis; ‘ia tidak mau minum dari bekas orang lain’. (Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan Nabi sendiri, bukankah beliau menikahi para janda? Benar, tapi hal itu dilatarbelakangi banyak hal, dan untuk memberikan contoh nyata pada umatnya).

Kalau ada isterinya yang diceraikannya tak seorang pun yang berani menikahinya.

Sa’ad tidak mengizinkan isterinya naik di atas unta atau kuda yang sebelumnya dinaiki oleh laki-laki lain. Kalau saja Sa’ad masih hidup saat ini, tentu ia tidak akan rela isterinya naik ojek. Bukan hanya karena tidak mau isterinya duduk berdekatan dengan laki-laki lain tapi juga karena tidak mau isterinya duduk di bekas tempat duduk laki-laki lain.

Ini hanya sekelumit tentang cemburunya Sa’ad bin Ubadah. Sekarang, Rasulullah Saw lebih pencemburu dari Sa’ad. Bisa bayangkan bagaimana cemburunya beliau. Jika demikian adanya, maka kalau lirik lagu ‘Aisyah Isteri Rasulullah’ itu diperdengarkan pada baginda, dimana di dalamnya ada kalimat tentang warna kulit dan pipi Sayyidah Aisyah, apakah baginda akan senang mendengarkannya? Silahkan jawab sendiri.

Lebih dari itu, Allah Swt jauh lebih pencemburu dari Rasulullah. Karena cemburunya Allah itulah, maka ditetapkan-Nya wilayah-wilayah terlarang yang tidak boleh dimasuki siapapun. Itulah al-hudud dan daerah-daerah maksiat. Siapa yang memasukinya berarti ia telah mengundang kemurkaan Allah Swt.

Kalau Sa’ad bin Ubadah saja pernah mengatakan, “Seandainya aku lihat isteriku bersama laki-laki lain aku pasti akan membunuh orang itu. Tidak ada ampun untuknya.” Apalagi cemburunya Allah ketika larangan-larangan-Nya dilanggar dan tidak diindahkan.

----

Terkait puisi karya Ulil Abshar yang dibawakan beberapa santri yang juga sedang viral beberapa hari ini, kita juga bisa melontarkan pertanyaan yang sama, “Seandainya Rasulullah Saw masih hidup, lalu puisi-puisi itu dibacakan di hadapannya, kira-kira apakah beliau akan senang?”

Sekali lagi, kita tidak akan tahu jawabannya secara pasti. Tapi kita bisa mengira-ngira dengan melihat hadits-hadits Rasulullah Saw.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman, dari Abdullah bin al-Harits ia berkata, “Suatu hari Umar bin Khattab datang menemui Nabi sambil membawa sebuah buku (lembaran-lembaran) yang di dalamnya berisi beberapa ajaran dari Taurat. Umar berkata pada Nabi, “Buku ini aku dapatkan dari seorang ahli kitab. Aku ingin memperlihatkannya padamu.”

Wajah Rasulullah Saw langsung berubah. Aku tak pernah melihat wajah beliau berubah seperti itu sebelumnya. Melihat hal itu, aku berkata kepada Umar, “Tidakkah engkau lihat wajah Rasulullah Saw berubah?” Umar segera menyadari itu dan berkata, “Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Nabiku.”

Mendengar itu wajah Rasulullah Saw kembali cerah. Beliau lalu bersabda: “Seandainya Musa turun saat ini, lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku, niscaya kalian pasti tersesat. Akulah jatah kalian dari para Nabi dan kalian adalah jatahku dari para umat.”

Kalau Umar saja yang keimanannya tidak diragukan lagi, datang memperlihatkan beberapa lembaran berisi Taurat kepada Nabi, dan Nabi marah, apakah beliau akan senang dan bahagia kalau mendengar para santri itu berpuisi dan mengatakan bahwa guru mereka juga adalah Yesus, Krisna, Budha, dan Konfosius?

Benar bahwa pada setiap keyakinan ada nilai-nilai kebaikan. Tapi mengganggap mereka sebagai guru, seolah berguru kepada Muhammad belumlah cukup, seolah agama ini belumlah sempurna, seolah mereka punya apa yang tidak Islam punya, apakah ini akan menyenangkan hati Baginda Rasulullah? Kalau memperlihatkan beberapa lembaran Taurat saja wajah Rasulullah Saw langsung berubah, apatah lagi menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai guru selain Rasulullah Saw?

Yang lebih menyakitkan, menyedihkan dan membuat iman ini berontak adalah kalimat santri polos itu, “Jesusmu adalah juga Jesusku…”

اللهم ثبتنا على الإيمان واحفظنا من الخزي والخذلان

Islam Quotes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang