IH: #Eleven

52 8 1
                                    

Mencintai seseorang berarti menjadikan dia separuh dari raga dan jiwa mu. Maka dari itu akan terasa sakit saat kehilangannya.

_________________

Bel tanda pulang berbunyi,  Tiara merasa lega karena ia tak bisa perpikir degan perut kosongnya. Setelah pulang sekolah ia akan meminta Fiona untuk membuatkan makanan untuknya.

Handphone nya berdering tanda ada sebuah pesan yang baru saja ia terima.

You have a new massage from Alfa Maldino.

Alfa Maldino

Gue tunggu di mobil

Tiara me—lock handphone nya, ia segera keluar kelas dan berjalan beriringan dengan Audrey dan Clara.

Tasya sedang piket, jadi ia akan pulang terlambat. Tiara masih diam memikirkan kelanjutan kisahnya dengan Alfa. Rendy benar, Tiara telah memiliki Alfa dan dia harus melupakan Rendy.

Tapi hal itu terasa berat baginya, padahal keinginannya adalah menjalani masa-masa sma tanpa ada ikatan dengan percintaan. Menjalani kehidupan normal dengan sahabat dan keluarganya.

Menjahili kakak-kakak osis, nobar bareng temen, weekend bareng, berangkat bareng, jahilin kakak kelas, ikut club ini, ikut club itu. Dan jika ia dihadapkan dengan Alfa pasti hidupnya akan terkurung di dalam rumah.

Sedangkan Alfa sendiri adalah badboy kelas kakap.

"Ra, pulang bareng yuk. Besok kan libur tuh, nginep di rumah gue" Audrey menyadarkan Tiara dari lamunannya.

"gue pengen tapi gue gak bisa, ntar gue nyusul aja kalau gitu"

"oh ok, terus lo pulang bareng siapa Ra?  Bukannya Kak Ferdi tadi lagi sama kak Angel ya?"

Tiara hanya tersenyum kecut, kakaknya memang tega membiarkan dirinya terjebak dalam suasana awkard yang dirasakannya setiap dengan Alfa.

"Ra, kok malah senyum-senyum sendiri" Clara menjentikkan jarinya beberapa kali tepat didepan wajah Tiara

"Jadi serem kan, lo kesurupan?"

"eh, enggak kok. Gue udah di tunggu supir nih, gue duluan ya. Entar gue kabarin lagi, ya"

Tiara dengan secepat kilat meninggalkan Audrey dan Clara. Tiara agak aneh hari ini, itulah yang ada di pikiran Clara dan Audrey.

"Tumben banget, biasanya bawa mobil sendiri. kalau enggak ya bareng sama kak Ferdi" Audrey mendapati bau kebohongan yang ada pada ucapan Tiara barusan, namun ia tak tahu di mana letak kebohongan itu.

"Iya, Drey.  Eh, Tiara ada mobil baru ya? Supirnya beruntung banget bawa mobil sport gratisan"

Audrey hanya mengendikkan bahunya, tapi di dalam hatinya ia tahu pasti jika itu adalah mobil Alfa. Daniel yang memberi tahunya.

Sedangkan di dalam sana Tiara menahan keinginannya untuk membuka topik pembicaraan lagi dengan Alfa. Ia takut kejadian perkataan nya melukai Alfa

Alfa menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah, dan mereka terjebak dalam suasana awkard. Yah, itu terjadi seperti biasanya.

"Ra, entar malem gue jemput jam 7"

Alfa memulai percakapan mereka lima belas menit kemudian dan itupun dengan berita yang tidak ingin didengar Tiara. Padahal ia sangat ingin menghabiskan malam ini dengan sahabatnya.

"Kakak ngajak jalan?"

"enggak mungkin, jadi cewek jangan kepedean. Mama ngundang lo buat makan malam bareng" ujar Alfa yang masih  memfokuskan tatapan pada jalan raya.

"Gue sih gak masalah, entar gue bilang ke mama. Huh, gak tau gimana ekspresi kecewa mama entar" timpal lelaki dingin itu lagi.

Tiara menyadari bahwa ucapan Alfa secara tidak langsung menyindirnya dengan halus. Dan ini adalah sisi lain dari Alfa yang baru diketahui oleh Tiara.

"Karena lo gak mau dateng jadi gue terpaksa habisin semua masakan mama. Dan gue gak perlu repot-repot jemput lo kerumah"

Tiara memutar matanya, jadi gini sisi lain Alfa si gunung es itu? Dasar nyebelin, bacot aja mulu gak ada habisnya

"Padahal mama sama papa—"

"Iya-iya, gue dateng. Bilang ke tante Alya suruh masak yang banyak entar gue yang habisin, puas ?! Huh.. "

Cowok kok pake kode-kodean segala, bilang aja kalau gue harus dateng. Lama-lama pengen gue tabok nih cowok. Tiara melipat kedua tangannya, sedikit kesal dengan tingkah laku Alfa yang sedikit mulai mencair.

"Kesel ya?" Alfa tersenyum puas, tangannya bergerak mengusap ujung kepala Tiara.

Dengan refleks cepat, Tiara menolehkan kepalanya ke arah Alfa dan membuatnya menarik tangannya.

Alfa sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan, bahkan ia tak percaya jika tangannya berani mengelus puncak kepala gadis yang jelas jelas sangat di bencinya.

Autau mungkin rasa benci itu perlahan memudar? Tidak itu tak akan pernah terjadi.

"ehm—" Alfa berusaha kembali mengembalikan suasana awkard yang baru saja terjadi. Jujur ini kali pertama Alfa merasa canggung, dan ia bingung harus menyampaikan apa pada Tiara.

"Jadi jam 7 tepat, gue harap lo orang yang bisa ngatur waktu yang lo punya. Dan jangan lupa gue gak jalan sama cewek jelek"

Tiara mengepalkan tangannya batinnya berteriak memaki Alfa, lihat aja malam ini gue bakalan buat dia terpesona sama penampilan gue.

Alfa melirik Tiara sekilas lalu menaikkan sebelah alisnya sebelum ia menyampaikan sesuatu, "Gue cuma butuh lo gak jelek malam ini. Oh satu lagi, jangan repot repot bikin gue terpesona, karena bisa jadi..."

Alfa memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Tiara dan melayangkan senyuman angkuh khas miliknya pada gadis itu. Sedangkan jantung Tiara berdebar saat menunggu kalimat apa yang akan muncul dari mulut Alfa selanjutnya.

"... Lo yang terpesona sama gue.. "

Tanpa basa-basi Tiara membuka pintu mobil Alfa dan segera membantingnya dengan keras, Alfa menyeringai kecil dan menurunkan kaca mobilnya.

"Woi, Tiara..!" teriaknya

Tiara menoleh ke arah Alfa dengan wajah yang memerah, sedangkan Alfa menunggu apa yang akan dilakukan gadis bodoh itu.

"Denger ya KAK ALFA ANDERSON MALDINO...  Sampai gue bener bener udah jadi tua, gue gak bakalan terpesona sama lo titik."

"Oh ya? Gue tunggu nanti"

Alfa menaikkan kaca mobilnya dan segera membanting setir meninggalkan pekarangan rumah Tiara. dan bagaimana dengan Tiara? Tenang saja gadis itu kini sedang mengacak rambutnya gemas akan tingkah laku Alfa.

"AAA...!?! COWOK ITU BENER BENER NGESELIIIN..?!"

---------------

Ada yang udah nebak gimana endingnya?

Ikatan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang