IH: #FIFTEEN

80 7 2
                                    

Mungkin aku masih bisa menyukai seseorang, tapi untuk mencintainya hatiku sudah mati untuk kesekian kalinya

-
-
-
Happy Reading guys
-
-
-

Alfa mendorong pintu kaca didepannya, ia sedikit celingukan mencari keberadaan temannya. Aroma khas kopi memasuki indra penciumannya. Segera mungkin dia harus menemukan temannya dan meneguk segelas minuman ber—kafein itu agar pikirannya menjadi lebih tenang.

Alfa tau dirinya memang nyaris sempurna, dan tak bisa disangkal jika semua orang kini memandangi dirinya. Itu yang membuatnya lebih risih.

"Alfa..!"

Alfa menoleh saat dia merasakan seseorang memanggilnya. Dan benar saja keempat temannya itu duduk dalam satu meja. Tapi tetap saja Handphone menjadi dominasi obrolan mereka.

"Gue nyariin kalian"

Daniel menarik kursi disebelahnya dan menyuruh Alfa agar duduk. Marcell memperhatikan Alfa dari atas kebawah.

Alfa mengerutkan dahinya. "lo kenapa, Cell? Gitu amat ngeliatin gue, risih bego..." Alfa menubrukkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Gak apa apa, Al. Tapi gue bingung aja, lo emang sengaja pake jas apa kelupaan belum lepas jas nya?"

Ucapan Marcell sontak membuat Alfa menegakkan duduknya. Ia baru sadar jika Kafe yang dia datangi sekarang di penuhi oleh remaja seusianya yang tentu saja berpakaian santai

Itu yang akan membuatnya terlihat bodoh, karena dia satu satunya orang yang terlihat mencolok dalan balutan Jas mahalnya. Belum lagi saat dia celingukan di depan pintu masuk.

"makanya dari tadi semua orang liatin gue njiir...."

Alfa segera melepas dasi dan juga jasnya, menyisakan kemeja putih yang dia pakai.

"Halaah, bilang aja mau tebar pesona. Lo gak cukup Tiara doang apa? "

"Lo ngomong soal Tiara lagi gua hajar. Lagian sejak kapan gue suka sama tuh cewek, ini gara gara perjodohan sialan itu"

"Halaah, palingan lama kelamaan lo juga bakalan naksir..."

"Marcell bacot, gue sumpelin ini nih"

Alfa segera melempar dasi dan juga Jasnya kearah Marcell. Ferdi menggeleng pelan melihat tingkah kedua temannya.

Kevin lebih memilih untuk tetap memainkan ponselnya.

"Sumpah Jas lo apek banget sih, Al? Gak lo cuci berapa tahun? Gue jadi sesak napas nih!" Marcell kembali melempar Jas itu pada pemiliknya.

"Enak aja ngatain jas gue apek. Wangi kayak gini lo blang apek? Sakit lo emang, Pilek kali ya?"

"Ya wangi lo itu apek, kaya kentut sigung njiirr"

"Kentut sigung dari Hongkong?! "

"Gak usah ke Hongkong kali, lo kan masih saudaranya sigung."

"Kalo gue sigung lo apa? Kudanil?"

"Mending kudanil lah daripada sigung bau"

Mulai deh, Marcell sama Alfa gak pernah bisa satu pemikiran. Ferdi mengabaikan pertengkaran tentang sigung kudanil itu.

Sebenarnya dia menunggu Alfa bercerita kenapa tiba tiba dia bisa dsini? Padahal dua menit sebelum Alfa datang kesini ia menanyakan pada Mamanya tentang Tiara, tapi Mama nya hanya bilang bahwa Tiara belum pulang.

Ikatan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang