04

14 3 2
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, kini aku tidak lagi pernah berbicara dengan Bintang

Dan sekarang juga, aku merasa hidupku hanyalah bergantung pada Bintang

Entah berapa detik yang ku habiskan untuk dia, aku ingin dia bahagia

Sekarang ini Bintang dan Gres sudah jadian, dan aku? Masih sedih meratapi kepergian sosok yang selalu ada di pikiranku itu .

Benar, dia Bintang . Orang pertama yang memberiku harapan, dan orang pertama yang menyakiti hati kecil ku ini .

Hari ini, aku menjalani rutinitas harianku yang membosankan itu. Aku bangun , mandi, makan, dan berangkat sekolah . Aku berharap saja hari ini juga aku bisa melupakannya .

[sesampainya di sekolah]
Aku berjalan dari gerbang masuk sekolah yang sangat besar ini, aku menerobos keramaian. Dan berjalan seolah hanya aku yang berada disini

Aku melamun, pikiran ku sangat kosong. Aku tersandung, dan jatuh entah apa yang dipikran orang- orang . Tidak satupun ada orang yang membantuku

Ada sosok yang tinggi di depanku , aku tidak menghiraukan dan mencoba berdiri .

Saat berdiri , wajah kami saling menatap. Aku tidak pernah melihat siapa orang ini , dimana kelas nya. Sangat asing bagiku

" oh terimakasih " kataku
" iya, kamu baik - baik aja kan?" kata pria itu
" iya nggak papa , kamu siapa? Kok kayaknya nggak pernah lihat " tanyaku
" kenalin, aku Jeje . Murid pindahan dari Jogja. " kata Jeje

" oh , Jeje. Kenalin aku Nadja panggil aja Nadj "
" Bagus juga namamu , jarang gitu sih" balas dia sembari kita jalan tanpa tujuan
" hehe makasih Je . Kelas berapa kamu? " tanyaku

" sepuluh IPA tiga " jawab jeje dengan menatapku
Jantungku berdebar lagi, perasaan ini muncul lagi.
" Tuhan kenapa tiap liat orang ganteng dikit langsung gini sih " gerutuku dalam hati

Aku tak sadar sedang melamun , sudahlah .. Sikapku memang aneh begini

" kalo Nadj kelas berapa? " tanyanya
" sepuluh IPA tiga " jawabku, tanpa sadar bahwa kita ini sekelas

" eh.. Berati kita sekelas???" tanya Jeje
" I-iya " aku menjawabnya dengan nada kaget

" ngomong -ngomong.. ruang guru dimana ya Nadj? "
" oh itu dari sini naik tangga ada di lantai 2 dekat kelas sebelas IPS satu " jawabku

Jeje meninggalkanku tanpa pamit, dan aku langsung jalan ke kelasku

Aku duduk di bangku depan sama seperti dulu lagi , aku memikirkan kenapa hari ini murid di kelas sangat heboh mencari pasangan ? Oh , ternyata hari ini jadwal pindah sebulan sekali

Entah aku aneh? Atau memang mereka yang aneh? Mereka semua seperti kawanan burung yang memadati langit . Aku duduk dan tetap menempati bangku lejendaris yang menyimpan banyak memori bodoh ku bersamanya.

Aku meletakan tasku , dan meletakam kepala diatas meja. Seakan , aku ini sudah pupus ..

" he Nadj, ngapain pagi - pagi udah lesu, aneh banget harusnya seneng kan jadwal ganti tempat duduk " kata Sapi

" hmm, aku nggak tertarik mang " jawabku dengan sedikit becanda

" ah bisa aja Nadj kamu, jangan sedih terus lah. Enjoy , life is good" kata aci dengan banyak cemomoh dan candaan

" ah yaudah lah ya , iklasin . Jodoh ga kemana kok " jawabku dengan semangat yang sudah terkumpul

" terus Nadj mau duduk sama siapa? " tanya Emma

" sendiri hehehehe, nggak apa kalian nggak usah khawatir . Aku udah kebiasa kok " jawabku dengan meyakinkan mereka

**
Bel masuk berbunyi, Bu Edha guru Bahasa Jawa sekaligus walikelas kita datang dan mengumumkan sesuatu

" Anak - anak hari ini ada murid baru. Saya harap kalian bisa menjadi teman baik dan menjadi kelas yang kompak ya. Nah, sekarang Jeremy Arkasa silakan masuk "

Anak baru itu masuk ke kelas..
" halo teman - teman , nama saya Jeremy. Kalian bisa manggil aku Jeje trimakasih "

- teman sekelas histeris melihat Jeje , karna mukaknya pun cakep sih. Ideal juga

" baik , sekarang Jeje bisa duduk di dekat Nadja ya . " kata Bu Edha

- Jeje menghamipiri ku dan tersenyum lebar, aku bahkan tidak menyadari dia sangat tampan. Rambutnya yang sedikit berantakan , dan berkacamata bulat itu. Menjadikan ciri khas nya sendiri

" Kebetulan banget ya bisa sekelas gini? " kata Jeje sembari duduk dan meletakan tas

" oohh, i-iya Je "
" kok gemeteran gitu sih, jangan takut aku nggak bakal nggigit kamu " dia tersenyum lebar, tahu kan? Jantungku tidak bisa diajak berkompromi disaat seperti ini

Kita menjadi teman sebangku yang sangat akrab, sekarang cewek - cewek di kelas ini naksir banget sama Jeje . Tapi tidak satu pun yang diterima oleh Jeje

***
Jam pulang tiba ..
" Na, mau pulang bareng nggak ?"
" beneran boleh ?"
" ya iya lah Na masa aku becanda hehe "
" ih Jeje hahaha "

Rasanya duduk di motor besarnya Jeje dan menikmati angin semilir ini membuatku bersedih kembali . Teringat lagi perasaan yang telah mati , dan muncul kembali .. Terimakasih Jeje

Aku memberi arahan dimana rumahku, dan akhirnya sampai
" Beneran? Ini beneran rumah kamu? " Jeje kaget
" iya kenapa?"
" kita tentangga an sumpah, demi apa? " kata Jeje
" depan itu yang kemarin malem baru beres pindah keluarga kamu? " tanyaku dengan bersemangat
" iya , wah Jeje tetanggaan sama Nadja. Jeje seneng "

Melihat Jeje bahagia , ada persaan yang terukir di hati ini

Aku masuk ke dalam rumah, dan disambut oleh Mama.
" Siapa itu Nad?"
" temen baru Nad itu ma , dan kita tentanggan, dan sebelahan . Jodoh ya ? Hahaha" jawabku
" nah gini dong, kamu harus bisa bangkit lagi dari kesedihanmu ini baru anak Mama . Yaudah ini mama mau meeting dulu sama istrinya om dani , udah ada makanan itu ya . Jangan telat makan " perintah mama

Aku langsung masuk ke kamar, dan menangis bahagia .

Kini, balkon kamar ku berseberangan dengan balkon anak laki laki yang aku suka. Indah bukan?

< terkadang, hidup memang sulit dijelaskan. Kadang ada manis , pahit kita harus tangguh untuk menjalaninya . Jalanin dulu aja , perkara gagal itu nanti >

Aku berjalan menuju balkon dan melihat rumah baru itu , aku berharap balkon depan ini berseberangan dengan kamar Jeje. Dan itu semua benar, jeje meneriakan " Nadja , Jeje bahagiaa terimakasih yaa" teriak dia
" iyaa Jeje , Nadja juga . " jawabku dan tersipu malu

Aku memberi isyarat menanyakan dia sudah makan atau belum . Kemudian kita bertemu di depan rumahku , aku mengajaknya makan siang bersama karna orang tua Jeje juga sibuk seperri orang tuaku .

Kita makan bersama dengan porsi yang banyak .
" Enak ya, bikinan siapa ini Nad?"
" bikinan mama hehe"
" wah beruntung kamu, mama kamu bisa masak se enak ini "
" emang mama Jeje nggak masak?"
" masak sih, tapi selalu gosong hehehee. " jawab Jeje dan ketawa .

Kita asik sekali dan Jeje bertanya " ada tissue nggak? "
" ada tuh disitu " sambil menunjuk kotak tissue

Jeje mengambil selembar tissue dan menatapku , dia mulai menyodorkan tissue yang digenggamnya dan mengelap nasi yang ada di bibirku

Sungguh, aku terkejut. Aku bahkan hampir pingsan , aku tidak pernah seperti ini . Jantungku mulai berdenyut sangat keras dan membuatku menganga di depan Jeje

" eh kamu baik - baik aja kan " tanya Jeje
" iya nggak papa " jawabku sambil mengangguk
" maaf Jeje ngagetin ya, maaf Jeje nggak sopan " katanya
" iya jee santai aja kalik, yaudah ayok lanjut makan "

Jeje sangat manis, tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata ..
Kita tidak lupa bertukar nomor wa , sebelum Jeje kembali ke rumahnya ..

akhirnya Jeje pergi menginjakan kaki dari rumah ku , sementara aku menahan denyutan jantung ini di balik pintu

**

Enough Before Rainbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang