Prolog

72 24 7
                                    

Justin Bieber - One Less Lonely Girl

***
Seattle, Washington, AS.
9.30 am.

  Kling

Suara lonceng pintu cafe berbunyi pertanda pintu terbuka, begitu seterusnya seiring dengan banyak orang yang berkunjung untuk meminum kopi hangat. Cafe hari ini nampak ramai karena cuaca di luar sedang gerimis, kota Seattle memang pantas dijuluki Kota Hujan.

Nampak seorang gadis yang sibuk bolak balik mengambil dan mengantar pesanan pelanggan terkadang menjadi seorang bartender. Tidak ada raut kelelahan di wajahnya, hanya ada senyum ramah dan semangat dari setiap gerakannya yang gesit.

Tiba tiba Erica rekan kerjanya memanggil dan meminta bantuan padanya. "Gayla, bisakah kau antarkan pesanan ini ke meja nomor dua? Aku sedang kebelet. Tolong ya!" Ucapnya sambil menyerahkan nampan berisi Coffee Latte dan Americano. Kemudian berlari menuju toilet.

Aku pun mengantarkan pesanan ini ke meja nomor dua. Tapi saat melewati meja nomor satu yang diduduki seorang perempuan sexi bergaun hitam ketat tiba tiba bangun dari duduknya dan tak sengaja menyenggolku, dan PRANG BRUK aku pun terjatuh dengan nampan dan pecahan gelas berserakan mengenai telapak tangan dan lututku. Aku meringis kesakitan melihat banyaknya darah yang keluar.

"OHH MY!!! APA YANG KAU LAKUKAN BITCH!!?? SEPATUKU JADI KOTORKAN!!" Teriak perempuan itu. Membuat semua pengunjung mulai mengerumuni kami.

"Anda yang menyenggol saya Nona dan telapak tangan dan lutut saya terluka.  Kenapa anda yang marah di sini? " Belaku. Memang benarkan dia yang salah telah menyenggolku hingga terjatuh membuat telapak tangan dan lututku berdarah. Yah walaupun tidak sengaja, tapi dia juga bukannya meminta maaf malah marah marah hanya karena sepatu 15 cm nya itu kotor terkena kopi.

"KAU!! BERANINYA KAU MENYALAHKANKU!!?  BERSIHKAN SEPATUKU SEKARANG!!" Tunjuknya padaku geram. Lah nih Nenek lampir kok nyolot dan nyuruh-nyuruh lagi, padahalkan dia yang salah. Nggak sakit apa itu tenggorokan teriak teriak terus kaya Tarzan.

"Maaf Nona, anda yang salah. Silahkan bersihkan sendiri sepatu anda." Ucapku sambil berdiri. Aduh perih, kulihat banyak pecahan gelas yang tertancap dikulitku cukup dalam.

"KAU!!" Dia marah dan mengangkat tangannya ingin menamparku. Aku memejamkan mataku bersiap menerima tamparan. Tapi aku tidak merasakan sakit di pipiku, kubuka mataku dan terbelalak melihat seorang pria tampan bersetelan Tuxedo sedang mencengkram pergelangan tangan si Nenek lampir itu yang terlihat terkejut.

"Hai tampan!" Wah si Nenek lampir mulai genit dan tangannya itu loh maen namplok di pipi si ganteng. Kemana wajah garangnya barusan.

"Kau tidak seharusnya kasar kepada sesama wanitamu." Ucap pria itu dingin dan menepis kasar tangan nenek lampir dari pipinya.

"Heh kau sombong sekali. Kau tidak tau siapa aku, jadi jangan songong kalau kau tidak ingin hidupmu menderita. Asal kau tau saja, aku adalah anak dari orang terkaya sedunia nomor 5, Yohans Beenedrick." Ocehnya sombong sambil menunjuk pria itu.

"Oh" Jawabnya sambil maju ingin membisikkan sesuatu kepada nenek lampir itu dan tiba tiba wajah nenek lampir pucat pasi dan tubuhnya menegang.

Kenapa dia?

Setelahnya pria itu berbalik menghadapku dan memperhatikan luka di telapak tangan dan lututku.

"Apa kau baik baik saja dan bisa berjalan?" Tanyanya sambil memegang bahuku.

"Saya baik baik saja tuan dan saya masih bisa berjalan." Jawabku sambil tersenyum. Kulangkahkan kakiku ingin menuju ke ruang ganti karyawan untuk mengambil kotak P3K. Tapi kakiku terasa mati rasa dan hampir terjatuh jika saja tuan tadi tidak memegang bahuku agar tidak jatuh.

"Kurasa kau harus ke Rumah Sakit. Ayo biar aku antarkan" Sebelum aku menolak dia menggendongku ala bridal style dan sungguh itu membuatku terkejut sekaligus malu. Bayangkan saja banyak orang yang mengerumuni kami karena pertengkaran tadi dan sekarang mereka heboh seperti melihat hantu yang sedang menggendongku. Kenapa mereka bersikap seolah olah mereka memuja pria yang menggendongku ini, terutama para wanita yang menatap memuja dan lapar. Siapakah pria ini?

"Kau jangan takut aku culik. Aku bukan orang sebejat itu." Terangnya padaku saat merasakan tubuhku menggigil takut. Jelas saja, kemana pria asing ini akan membawaku. "Namaku Devian Boy Chaidan. Panggil saja Devian."

Mataku membulat mendengar namanya.
"Oh My!"

****

TBC

Garing gak sih?
Mohon sarannya dong.😢

Mwehehhe😄 Cerita ini berawal dari otak aku ini. Jadi mohon bantu sarannya supaya ceritannya aku revisi dan membuat aku semangat lanjut nulisnya.

Jangan lupa Vote n komennya.
Happy reading guys😘😆😆

 

Perfect BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang