CHAPTER 1

46 20 4
                                    

***

Mataku membulat mendengar namanya.
"Oh My! "

Bagaimana aku tidak terkejut. Dia Devian Boy Chaiden. Pria muda terkaya nomor satu sedunia menurut majalah Forbs. Dan parahnya sekarang aku sedang digendong oleh pria itu, entah kesialan atau keberuntungan bagiku.

Dia memang terlihat lebih tampan aslinya daripada di majalah majalah dan di Tv yang ku lihat. Pria berperawakan tinggi dan kekar, memiliki rahang yang tegas, iris mata berwarna hazel yang indah dan tajam, alis yang tergaris sempurna, hidung mancung, dan kulitnya yang putih bersih.

Siapa yang tau, menurut gosip yang aku dengar pria ini gay karena dilihat dari sikapnya yang acuh tak acuh kepada wanita yang mendekatinya dan parahnya pernah memblacklist setiap wanita yang terang terangan menggodanya, sampai wanita itu tidak bisa bekerja dimanapun dan hidup menderita, Sungguh kejam.

"Tuan saya bisa mengobatinya sendiri. Anda tidak perlu sampai repot repot begini. Lagian yang harus bertanggung jawab itu nona yang menabrak saya tadi bukan tuan." Ocehku sambil menggeliat ingin turun dari gendongannya. Sungguh aku merasa tidak nyaman, bagaimana pun pria ini asing bagiku terlihat dari sikapnya terhadap wanita.

"Bisakah kau diam!" Singkat, padat, dan jelas. Tidak sesuai dengan jawaban yang aku harapkan. Dia dingin sekali, aku jadi ciut mendengarnya.

Aku hanya bisa pasrah dan ingin mempersingkat waktu bertemu dengan pria ini, aku ingin segera pergi.

Sampai diparkiran dia memasukkanku ke dalam mobil ferarri hitamnya dan mendudukkanku di jok samping kemudi. Setelah itu dia menutup pintu mobil sebelahku dan dia berjalan menghampiri orang berbaju serba hitam dan rapi, sepertinya itu bodyguard terlihat dari earphone di telinganya. Dia sedikit berbicara dan bodyguardnya pun pergi masuk ke dalam mobil SUV di belakang mobil ini.

Kulihat dia membuka pintu kemudi mobil ini dan masuk. Aku hanya diam dengan kaku dan melihat ke luar jendela. Dia pun menyalakan mobil dan mulai membelah jalanan kota Seattle diikuti mobil bodyguardnya.

Selama di perjalanan kami hanya diam, tidak ada yang memulai percakapan. Ya jelas, pria dingin mana yang mau memulai pembicaraan, yang ada cuaca di Seattle menjadi panas. Ditambah jalanan cukup renggang diiringi rintik hujan, menambah keheningan kami.

Tak lama kami sampai dan dia memberhentikan mobilnya di lobby Rumah sakit. Dia turun dan memutari mobil untuk membuka pintu mobil sebelahku.

Dia menuntunku turun dari mobil dan memindahkanku duduk di kursi roda yang disediakkan petugas rumah sakit.

"Saya bisa jalan tuan, tidak usah menggunakan kursi roda ini." 

"Diam!" Lagi. Dia hanya menjawab singkat. Huh, aku kan tidak lumpuh. Kenapa harus menggunakan kursi roda,  Sungguh berlebihan. Baiklah, daripada membangunkan singa tidur lebih baik aku diam.

Dia pun mendorong kursi roda ini dan berjalan menuju sebuah ruangan. Entah ruangan apa.

Cklek

Pintu terbuka, nampaklah sosok wanita paruh baya cantik yang menggunakan jas sneli, sepertinya dia dokter.

"Selamat siang, Mr. Chaiden. Silahkan duduk." Sapanya mempersilahkan kami duduk.

Dia pun duduk setelah memposisikan kursi roda ku tepat di sampingnya.

"Siang. Aku ingin kau mengobati luka wanita ini." Ucapnya sambil menunjukku.  Cih, dia sungguh tidak sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita. Basa basi dulu gitu. 

"Baik Mr. Chaiden."
"Ayo nona, saya bersihkan dulu luka anda" Lanjutnya sambil mendorong kursi roda ku menuju ruangan yang ditutupi tirai berwarna putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang