ii

22 4 0
                                    

Betapa bodohnya gue. Ini hari kedua gue menjalankan masa pengenalan sekolah dan gue terlambat untuk bangun. Gue berangkat sekolah dengan sangat terburu-buru. Gue melewatkan sarapan gue, segelas air di meja makan pun gak sempat untuk gue sentuh dan gue teguk.

Hari ini kondisi tubuh gue kurang baik. Gue merasa gak enak badan dan kepala gue pun pusing. Semalam gue bersusah payah memaksa untuk tidur, namun tetap saja badan gue menolak untuk terlelap. Alhasil gue terlambat bangun.

"Ya, bagi minum, please," pinta gue setelah sampai dikelas dan mendudukkan badan gue di kursi. Setelahnya gue merampas botol minum berwarna biru langit yang ada di tangannya, dan meneguknya dengan cepat.

"Pelan, dong, nanti ke-"

"Uhuk!" Belum selesai memberi tau, apa yang Sandy ingin katakan sudah terjadi. Tangan Sandy langsung terulur untuk menepuk dan mengusap punggung gue, "kan, beneran keselek."

"Lo kenapa, Nja?" tanya Aya setelah gue selesai meneguk air minumnya sambil memberikan gue sehelai tisu.

Gue menerima tisu yang Aya berikan, "gue kesiangan, badan gue lagi ga fit hari ini," jawab gue sebelum mengelap bibir gue.

"Kenapa ga izin aja?"

"Gila lo, baru juga hari ke dua udah izin aja."

"Muka lo pucat, Nja," Sandy ikut bersuara.

"Masa?" setelahnya gue mengaca menggunakan layar handphone gue. Kantung mata gue terlihat sedikit menghitam. "Gue semalem susah tidur, sekarang malah kerasa pusing."

"Udah sarapan?" gue menggeleng.

"Bawa bekal, ga?'

Lagi-lagi gue menggeleng, "sarapan aja engga, apalagi bekal, gak kebawa."

"Hari ini kegiatannya ke lapangan lho, Nja,"

"Lo kuat, ga?"

Gue terdiam. Sebenarnya ada sedikit rasa takut jika akan terjadi sesuatu pada gue, entah itu pingsan dan hal lainnya. Tapi mau bagaimana, gue udah di sekolah sekarang, gue juga harus mengikuti kegiatan, kan? "Kuat, gak apa-apa."

"Nanti lo di belakang aja, Nja," kata Sandy.

Aya mengangguk, "nanti gue juga dibelakang sama lo."

"Santai aja," gue tersenyum, merasa senang karena ada yang menjaga sekaligus mengkhawatirkan gue.

Beberapa saat kemudian, Kak Juna dan Kak Yohan masuk ke kelas secara tiba-tiba dan berdiri di depan kelas. Kak Yohan memberikan beberapa arahan kepada gue dan teman-teman gue untuk kegiatan selanjutnya, tak lama selesai memberi arahan ia keluar meninggalkan Kak Juna. Selanjutnya Kak Juna memerintahkan kelas gue untuk bersiap-siap turun ke lapangan.

"Langsung dipakai topinya," katanya.

Serentak semua merogoh tasnya masing-masing untuk menemukan topinya dan langsung mengenakannya. Ada yang setelahnya mengaca, merapihkan rambut, jilbab, ada juga yang minum dulu.

"Nja, gak minum dulu?" Sandy bertanya.

"Ngaco, kembung gue minum mulu. Gak makan pula," Sandy merespon dengan tawa kecil.

Gue juga ikut menggunakan topi gue dan sibuk merapihkan rambut gue yang sedikit berantakan. Lalu tanpa sengaja mata gue bertemu dengan mata Kak Juna membuat tubuh gue mendadak kaku.

Kak Juna menggerakkan tangannya memberikan gestur kepada gue agar gue segera memperbaiki dan merapihkan posisi topi yang gue kenakan.

Gue pun merapihkan kembali topi gue, lalu gue memberi tatapan "udah belum, kak?" kepada Kak Juna yang selanjutnya ia balas dengan anggukan kecil serta senyum tipisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang