Perkenalan

19 6 0
                                    

Aku seorang guru di sekolah menengah, ya sudah berumur 26 tahun kira-kira. Dimana di usia ini sudah banyak teman sepermainan tk, sd, smp, sma, kuliah, teman kerja, anak tetangga sebelah, anak tetangga sebelah yang punya tetangga sebelah, anak orang kaya, pejabat, bangsawan bedarah biru sudah menikah.. Iya intinya sih sudah banyak yang menikah.. Di Indonesia rata- rata rentang umur diatas 25 udah  bisa di bilang matang untuk menikah.

Aku Sherly de Puteri, anak ke 3 dari 3 bersaudara.. Mempunyai 1 abang dan 1 kakak yang sudah sukses membina kehidupan rumah tangga.. Aku tinggal sebatang kara di perantauan ini, yang akan mudik sekali seminggu ke kampung kelahiran aku. Abang Rendi sudah menetap di ibu kota, kak Marissa sudah menjadi warga Kalimanatan mengikuti suaminya.. Jarak kami cukup jauh.. Dengan bg Rendi aku berjarak 11 tahun.. Sedangkan kak Marisa denganku berjarak 5 tahun..

Entah apa yang membuatku selalu pulang kampung.. Benar saja.. Meskipun aku pulang juga tidak ada yang menyambutku dirumah.. Hanya saja, tugas rutin ku untuk selalu menjamin kebersihan rumah meski tak ada yang menempati.. Hanya sebuah rumah kecil yang berdiri di pinggiran jalan kampung.. dengan halaman yang tidak begitu luas.. Dihiasi bunga bunga yang sudah merengas. Dan pot pot semen kosong berisi tanah gersang.. Bagaimana bisa subur.. Yang menyiram setiap hari saja tidak ada..

Ku parkirkan motor matic ku di teras samping rumah.. Setelah terparkir cukup baik aku bergegas membuka pintu dengan kunci yang tergantung bersamaan dengan kunci motor.. Udara pengap menyeruak berlari membebaskan diri ke luar rumah.. Dengan sigap aku membuka semua jendela.. Masih terlihat sama.. Bagaimana perabotan yang ada dirumah.. Tidak sedikit pun ada niatan ku untuk merubahnya..
Dua kamar berjejer rapi.. Kamar utama menjadi kamar kak Marisa setelah menikah. Kamar yang ke dua berubah fungsi jadi kamar mama sama papa. Dan bg Rendi dulunya berkamar sendiri di loteng.. Dulu sih itu basecampnya bg Rendi sama kawan-kawannya..

Oo iya.. Sudah seminggu juga aku tidak menyapa Mama dan Papa.. Ayok gais aku kenalkan beliau kepada kalian.. Aku segera melangkah kedapur.. Dan membuka pintu untuk meloloskan diri ke halaman belakang.. Disini Papa sama Mama berada... Dua buah pusara yang dihiasi marmer putih tetap terawat ditumbuhi bunga cempaka yang mama suka.. Selain cantik kata mama juga wangi..

"Assalamualaikum Ma, Pa.. Aku pulang", sapaku diiringi senyuman ramah.. Tentu tidak ada jawaban.. Gila aja kalo Papa Mama menyahut dari dalam aku langsung lari terbirit-birit.. Aku parnoan dengan hal seperti itu.. Hanya saja ketika berada di makam Mama dan Papa sedikitpun tak ada aku merasa takut... Dan aku menghabiskan hari hingga sore untuk bercerita apapun dengan mendiang berdua.. Aku tak pernah sedih dengan kepergian mendiang..

"Bg ren, kak risa.. Aku sedih.. Mama sama papa sekarang kedinginan, gelap didalam", isak ku yang berpikir pendek kala itu..

"Sher kamu gak boleh sedih, tugas kita sekarang sebagai anak mendoakan papa sama mama... Kamu jangan pernah berpikir papa sama mama dalam tanah kedinginan.. Ini tempat kita berpulang sher.. Mama sama papa raganya aja di sana.. Roh nya udah di angkat ke atas", bujuk bg Rendi sambil menepuk-nepuk pundakku...

"Kak Risa", panggil ku lirih..
Kak Risa memelukku, menguatkan ku dengan beribu kosa kata yang dilontarkannya.. Dan memang aku beruntung mempunyai mereka..

Setelah hari itu aku melalang buana.. Sesekali aku bersama bg Rendi, berbaur dengan keluarga kecilnya.. Kak Vinda kakak iparku juga baik.. Kak Vin memperlakukan ku seperti adik kandungnya sendiri.. Sudah ada 2 jagoan disana, alvis dan alfahrus.. Mereka sedang lucu-lucunya.. Selalu menghiburku meski mereka pun tak tau jika sudah menghibur tante cantiknya..

Lelah ditempat bg Ren, aku juga berkunjung ke Kalimantan.. Bertemu dengan kak Risa membuatku lupa waktu.. Karna kak Risa juga bisa mengimbangiku.. Kami malah terlihat seperti teman sebaya.. Bg fauzi suami kak Risa kerja di perusahaan minyak.. Soal ekonomi mah mapan banget.. Hanya saja hingga sekarang mereka belum juga di amanahkan keturunan oleh Sang Pencipta..

Aku lulus PNS di kota kecil di provinsi ku.. Cukup memakan waktu 3 jam ke kota itu dari kampung.. Menjadi seorang guru bukan keinginan sebenarnya hatiku ketika sekolah dulu.. Hanya saja mama ingin aku jadi guru.. Alasan cukup klasik.. Agar aku gak begitu lelah.. Bisa libur kalo anak sekolah juga libur.. Bisa mengurus keluarga sembari bekerja.. Yahh aku ikutin.. Yang memang dasarnya aku penurut..

Sekarang sudah pukul 22.30 WIB, cukup lelah hari ini.. Aku merebahkan diri di tempat tidur bekas kamar Mama sama Papa dulu.. Mata ini terasa sangat berat.. Memaksaku untuk memejamkannya hingga subuh menjelang. Hanya saja belum setengah nyawa menghilang, terdengar nada dering panggilan wa.. Aku berusaha meraih ponsel yang ku taruh di atas nakas samping tempat tidur.. Dengan berat hati ku lihat nama siapa yang tertera di layar..
Haaaa willy.. Dengan semangat aku menggeser tombol hijau..
"Apa? ", tanya ku singkat..
"Kemana besok sher?",
"Gak kemana, paling juga balek ke kontrakan"
"Jadi sekarang di kampung? "
"Iya"
"Besok jalan ya, aku tunggu di rumah"
"Siip"
Aku langsung mematikan telpon, dan menuju alam mimpi..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tell Me What is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang