Between Us ; 01

35 8 4
                                    

Suasana kelas nampak sepi hari ini, akibat datangnya bu Asih yang terlalu cepat, lalu, dengan lantangnya beliau menyuruh seluruh kelas, menyiapkan satu lembar buku bergaris, dan hanya ada alat tulis di meja, menjadi pertanda akan adanya ulangan dimulai.

Tidak jarang ada yang melirik ke kanan dan ke kiri, suara bisikan jawaban soal, dan ada juga yang alasan batuk, untuk memberi kode teman yang lainnya, tetapi hal itu sangat berbanding jauh dengan apa yang di lakukan oleh cewek pendek, yang mendapat julukan 'anaknya Mario teguh' ia terlihat fokus pada soal dan sepertinya tidak berniat memberikan contohan satu soal pun pada temannya yang lain.

"psstt" panggilku dengan nada se-pelan mungkin, "Fit, bagi jawaban pliss, satu aja deh nomer 5 ini susah banget" kataku dengan nada memelas, syukurnya Fitha memberiku jawaban walaupun dengan dengusan khas miliknya.

Waktu sudah habis, begitupun dengan teman-teman ku yang kehabisan tenaga, padahal mereka hanya duduk diam dan menjawab soal, tapi, mereka meng-ibaratkan ulangan di pagi hari dengan Bu Asih yang memimpin adalah pekerjaan terberat di seumur hidup mereka, lebay memang, namun itulah kenyataannya.

"Lora, di cariin Khiar di depan" Ruben mendatangi mejaku sambil memberikan sebatang bunga berwarna putih, aku tebak, ini adalah bunga kesayangan Pak Winoto yang ada di belakang sekolah, besar juga nyali si Banci ini, memetikknya sembarangan. "gausa salpam gitu keles, itu dari Khiar juga" lanjutnya, yang hanya ku beri anggukan sekilas.

"woi, gausa lama-lama, tar baper tuh petekan kompor" kata Eirish dengan suara yang lantang, aku berani bertaruh ia sengaja, agar Khiar yang di depan pintu juga mendengar teriakannya.

"heh curut, mau gw sama Lora se jam, dua jam, Selamanya, Juga bukan urusan lo" kata Cowo dengan bandana hitam di kepalanya, baru saja di bilang ia sudah nyolot kan.

"gini ya Khi, mau lo ngejar Lora kaya apapun, mau ngemis kaya gimana modelnya, lu gaakan bisa berhasil, karena apa?" Nadira menggantungkan perkataannya, ketara jika gadis itu ingin Khiar menanyakan kelanjutannya.

"karena apa emang?" kata Khiar dengan nada songongnya, sesekali cowok itu menyisir ke belakang rambutnya dengan tangan

"karena, tipe Lora tuh kaya dia noh" bukan Nadira yang melanjutkan, tetapi gadis imut dengan suara judesnya siapa lagi kalau bukan Fitha, gadis itu menunjuk ke arah lelaki yang berdiri tak jauh dari lapangan.

Diriku melihat, Khiar mendengus pelan, seraya bersedekap dada, sambil berkata, "gini ya Fit, diliat dari segi mana pun, Chandra sama gw, ya jelas ganteng gw lah" itu kata dia dengan pedenya.

Aku yang mendengar itu hanya mengeroll mata dan sedikit berlari mendekati cowok yang di tunjuk oleh Fitha tadi, berharap bisa modus sedikit dengan cowok yang menjadi panutan seluruh siswa SMA CiptaBangsa.

"Chandra" kataku saat berhasil kabur dari radar Khiar yang sedang asik ber-cek cok dengan sahabat sahabatku yang ada di kelas, sesekali ku lirik Chandra yang masih saja asik menghitung lembaran yang tidak ku ketahui apa isinya.

"Chandra" panggilku lagi, kali ini ia menoleh ke arahku dengan wajah datarnya yang menawan, ohmygod, di tatap oleh nya dengan posisi se dekat ini, dan wajah seperti itu membuatku ingin membawanya pulang, dan menjadikannya menantu kesayangan ibuku dirumah.

"kenapa? Saya sibuk, kalau ga penting saya mau pergi" kata Chandra sambil mengernyit

aku yang tau dia seperti itu karena sengatan sinar matahari, pun, sedikit berjinjit dan menutupi wajahnya dengan menaruh tangan di atas kepalanya, niatku ingin menghalang sinar matahari, seketika pupus saat dengan kurang ajarnya Khiar menarik perutku ke arah belakang, membuatku menabrak dadanya dengan tidak elit.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang