Between Us ; 03

14 5 1
                                    

Sudah, beberapa hari ini aku tidak melihat kedatangan Khiar yang biasanya mengganggu ketenangan ku di sekolahan

Saat jam istirahat pun ia tidak datang untuk sekedar menyapa ku atau memberiku snack kantin, bukannya memanfaatkan, justru sudah berulang kali aku menyuruh nya berhenti namun tetap saja ia masih melakukan hal itu

"kenapa? Kangen Khiar ya lu" Nadira tiba-tiba datang seraya menepuk pelan pundakku, aku hanya menggeleng sebagian jawaban, aku tidak ada niatan mencari bahkan aku jika tidak rindu padanya, hanya saja sedikit khawatir. Sejak kejadian hari itu, Khiar jadi sedikit memberi jarak

"yauda gausa di pikirin ya" aku sontak menoleh ke arahnya, tidak salah dengar? Nada bicaranya seperti suara serak ingin menangis, aku memegangi pundaknya menanyakan perihal nada suara dan mimik ekspresi nya saat ini, kulihat dia memandang ke luar kelas

Ternyata, ia melihat, Alva yang sedang bergandengan dengan Selly, cowok itu memang sedang dekat dengan sahabat ku, dari beberapa bulan yang lalu, bahkan ia sempat bertanya kepadaku bagaimana cara agar mendekati Nadira, namun, sekarang aku malah melihat hal seperti ini

Aku berdiri dari bangku ku dan hendak menghampiri Alva dan menanyakan apa maksudnya ia melakukan seperti itu, terlebih lagi ia sengaja lewat di depan kelasku dan melirik sekilas ke arah kami, apa-apaan kelakuannya itu, sayang sekali Nadira sudah terlebih dahulu menahan tanganku, ia tersenyum dan berkata 'gak penting, biarin'

Sebenarnya aku ingin menolak, tapi setelah ku fikir-fikir lagi, menenangkan Nadira, lebih penting daripada meladeni cowok fuckboy kaya Alvaeza Juando, Fitha dan Eirish sedang ke kantin untuk membelikan minuman untuk Nadira.

Saat menenangkan Nadira, tidak sengaja aku menangkap Chandra yang sedang membawa tumpukan buku, sepertinya cowok itu sedang di suruh oleh guru kelasnya, terkadang aku suka heran untuk apa ia mau saja menuruti setiap permintaan guru-guru malas seperti itu.

"Ra, susulin aja, gw uda gapapa kok" kata Nadira dengan tangan yang menepuk-nepuk pelan pundakku, awalnya aku tidak mau menuruti permintaannya, tetapi, sekarang aku sudah berada di belakang tubuh tinggi milik Chandra, itupun karena Nadira yang terus memaksa ku dan mengatakan bahwa ia sudah tidak apa-apa, akhirnya aku hanya menurut saja.

Sedikit ku percepat langkah agar bisa berjalan sejajar dengan Chandra, awalnya ia tidak mengetahui keberadaanku, sampai aku menepuk pelan tangannya, "Alora?" katanya dengan ekspresi datar miliknya.

"mau aku bantuin gak? Banyak banget loh itu" kataku menawarkan bantuan, ia menggelengkan kepalanya "gausa makasih, saya bisa sendiri kok" katanya dengan senyuman yang menawan.

Aku terus saja masih mengekorinya, namun kali ini aku berdiri di belakangnya, sepertinya Chandra mengetahui kalau aku masih saja mengikutinya padahal ia sudah menolak tawaranku, Chandra berbalik dan menatapku dengan ekspresi yang... entah lah aku tidak tahu. Aku ikut-ikutan menatapnya dan seolah menanyakan 'apa' kepadanya.

Sedetik kemudian, aku di kejutan oleh gerakan tangan Chandra yang mengusap pelan kepalaku, aku hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa, "sampai sini saja, kamu balik ke kelas aja, habis ini bel masuk bunyi, saya bisa sendiri" katanya lalu meninggalkanku sendirian, dengan perasaan campur aduk.

***

Aku masih tidak mengira bahwa Chandra melakukan hal tersebut kepadaku

Bayangkan saja, sudah setahun lebih aku menyukainya, dan baru kali ini untuk pertama kalinya, ia skinship denganku, ohmygod, dia tidak tahu saja bagaimana kondisi jantungku, dasar cowok menyebalkan! Tapi aku suka, gimana dong.

"Rara, bantuin ibu sini nak"

Segera aku mendatangi ibuku yang sedang berada di dapur, ia terlihat kurus, namun senyum di bibirnya berhasil membuat ia nampak segar, ibuku yang sudah berumur setengah abad ini masih saja terlihat cantik walaupun sudah tidak seperti dulu lagi, dan mungkin, ibuku yang ter-tua di antara ibu teman-teman ku yang lain.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang