Chapter 3 : Ungkapan

304 76 31
                                    

Satu setengah tahun berlalu...

Kiana dan nanda telah berteman dari saat itu, mereka saling melengkapi disaat suka ataupun duka sebagai seorang teman. Kiana baru menyadari kalau nanda orangnya asik dan menyenangkan.

"nan kamu udah janji kan, mau ngajakin aku ke pameran di kampung halaman mu itu?" tanyaku padanya, karena nanda pernah janji akan mengajakku.

"iya, akhir pekan ini gimana, soalnya pamerannya sering diadain di akhir pekan."

"setujuu."  mereka mengobrol sambil berjalan-jalan di tepi sungai di tengah kota yang sedang musim dingin yang segera berakhir. Kota ini memang indah, tempatnya yang sering membuat nyaman. Dan bersamanya pun membuat mereka merasa nyaman meski hanya sebatas teman. Kiana mungkin satu-satunya teman perempuannya.

.
.
.

Nanda sudah menunggu di stasiun kereta yang sudah mereka janjikan. Melambaikan tangannya menandakan itu adalah dirinya pada kiana. Cepat-cepat kiana menghampirinya setelah turun dari taxi.

(hoshh.. Hosshh...) napasku berat, karena berlari menghampirinya.

"kamu ngapain lari-larian, gak akan telat kok" tawa nanda.

"ish apaan sih kamu bilang jam 07.00 pas kan keretanya berangkat. Sekarang udah 06.55 pasti hampir telat kan? Ayoo naik." tanyaku.

"sebenernya kereta berangkat jam 07.30 sengaja biar kamu gak telat, kamu kan jagonya kalo masalah telat." tawa nanda menyindirku.

"ishh.. " lirihku. Memukul pundaknya karena kesal.

"yaudah, ayo kita masuk, kalo berantem nanti malah beneran telat." nanda menarik tanganku ke dalam kereta.

Pagi itu, kereta membunyikan peluitnya yang menandakan bahwa kereta akan berangkat. Sunyi, tenang, Suasana hangat mengelilingi.

Mentari pagi yang baru terbit menemani perjalanan mereka menyusuri rel kereta api menuju kampung halaman nanda, yang katanya sering mengadakan pameran di setiap akhir pekan. Dan itu adalah hal kesukaan kiana, yaitu mendatangi pameran.

Tak lupa kiana membawa kamera, yang selalu dibawanya saat mendatangi pameran.

Saat itu waktu memotret pemandangan luar jendela dari dalam kereta tak sengaja dia ada di dalam lensaku.

Diam-diam ku ambil fotonya. Tanpa dia sadari. Lalu ku lanjutkan dengan mengambil foto di luar jendela tanpa memikirkan apa yang telah kulakukan tadi.

-

"Nah,, sampe kita di kampung halamanku" gumamnya sambil membentangkan tangannya dan menghirup udara kampung halamannya.

"akhirnya kita sampe juga, setelah 3 jam duduk di bangku kereta" merentangkan tangan setelah duduk terlalu lama.

"sudah lama aku belum pulang ke sini, karena orang tuaku sudah pindah. Rasanya seperti terlahir kembali dapat melihat suasana ini lagi. Sebelum ke pameran ayo makan dulu, aku tau restoran yang enak." ajaknya.

"iya nih laperrr juga." kami pun pergi ke restoran itu.

Setelah makan, di tempat rekomendasi nanda ternyata pameran tak jauh dari tempat itu, tinggal jalan kaki sekitar 10 menit.

Pameran yang kiana impikan. Dan terkabul saat bersamanya. Memang benar tempatnya lumayan ramai selain pameran, disamping itu ada wahana permainan.

Setelah puas menikmati pameran bersama nanda, kiana mengajaknya pergi untuk bermain wahana. Kiana ingin sekali naik roller coaster, tapi belum sempat terlaksana. Dan sekarang ada kesempatan.

Nanda gak terlalu suka naik roller coaster bahkan dia sempat mabuk karenanya. Malah kiana yang kegirangan dan ingin naik lagi. Tapi demi kebaikan nanda, mereka menyudahi menaiki wahana itu.

Setelahnya mereka memilih untuk mencari street food yang menyegarkan. Seperti ice cream strawberry ini yang ditaburi chocochip dan messes ini, Sedangkan nanda memilih rasa vanilly dengan taburan kacang.

-

Sebelum pulang nanda mengajak kiana menyusuri rel kereta yang sudah tak pernah beroperasi lagi. Katanya dengan menyusuri rel itu mengingatkannya pada kenangan masa kecilnya. Canda tawa mereka membuat atmosfer saat itu menghangatkan suasana, dan saat itupun sudah senja.

"Aku suka kamu"

(hahh.. Suara apa tadi?) pikirku.

Nanda tiba-tiba menggenggam kedua tangannya. Pada saat itu kiana hanya bisa terdiam kaku.

"aku suka kamu kiana." jawabnya tegas, tentu aku belum bisa berkata apa-apa.

"aku seneng kalo sama kamu, kamu selalu ada disaat suka ataupun duka, kamu mengajariku untuk tidak bersikap pemalu lagi, dan sekarang aku berani. Berani menyatakan perasaanku padamu."

"maksud kamu a..pa?" tanyaku pelan. Pikirku dia terus terang sekali.

"kita udah lama temenan dan rasanya nyaman saat bersamamu, maukah kamu bersamaku selamanya?" tanya dia.

Kiana belum bisa berkata apa-apa ataupun menjawabnya. (Memang kita baru lulus kemarin, tapi apa terlalu cepat untuk itu) Pikir kiana.

(Nyaman berada di dekatnya, kita saling terbuka jika ada masalah, seakan dia bukan orang asing lagi. Namun untuk saat ini, aku masih membutuhkan waktu untuk menjawabnya.)

Dan nanda pun mau untuk menunggunya.



To be continue...*

KIANA & NANDA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang