Utsman mengemban amanah sebagai khalifah Umat Islam setelah Umar meninggal dunia akibat ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu Lu’luah. Di sisa-sisa umurnya, Umar menyerahkan urusan penentuan estafet kepemimpinan kepada enam orang.
Enam orang itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Sa’d bin Abi Waqqash. Kisahnya kemudian diabadikan oleh Imam Bukhari dalam kitab sahihnya, Sahih Bukhari.
Sejarawan Utsman Al-Khamis mengutip riwayat yang terdapat dalam Sahih Bukhari menyebutkan kisah yang panjang seputar terbunuhnya Umar. Sampai disebutkan seseorang pernah berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, berwasiatlah, angkat seorang menjadi penggantimu.”
Umar membalas, “Aku tidak menemukan orang yang lebih berhak dalam urusan ini daripada mereka. Merekalah yang diridai oleh Rasulullah SAW saat beliau wafat.” Nama-nama mereka pun sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Seusai menguburkan Umar, enam orang tersebut berkumpul. Abdurrahman berkata, “Wakilkan pilihan kalian kepada tiga orang saja.” Hingga tersisa Utsman, Ali dan Abdurrahman. Sementara tiga lainnya mengundurkan diri.
Abdurrahman bin Auf berkata lagi –seraya mengundurkan diri, “Siapa di antara kalian yang mundur, maka kita serahkan urusan ini kepada yang tersisa. Allah SWT pengawasnya dan Islam sebagai hakimnya. Hendaklah orang itu melihat siapa yang terbaik di antara mereka, menurut nuraninya.”
Mendengar pernyataan tersebut, Utsman dan Ali hanya terdiam.
Abdurrahman bin Auf lalu bertanya, “Apakah kalian menyerahkan urusan ini kepadaku? Demi Allah, aku pasti berusaha memilih yang terbaik di antara kalian.” Mereka berdua (Utsman dan Ali) menyetujuinya.
Kemudian Abdurrahman memegang tangan Ali seraya berkata, “Seperti diketahui, engkau mempunyai hubungan kerabat dengan Rasulullah SAW dan terlebih dahulu masuk Islam. Maka, Allah benar-benar akan mengawasimu. Jika terpilih menjadi khalifah, engkau harus berbuat adil; bahkan jika aku memilih Utsman, engkau harus mendengar dan menaatinya.”
Abdurrahman pun berbicara dengan Utsman sebagaimana apa yang ia katakana kepada Ali.
Setelah meminta keduanya berjanji untuk memenuhi permintaannya itu, Abdurrahman berseru, “Angkatlah tanganmu wahai Utsman.” Lantas ia membaiat Utsman, disusul oleh Ali. Alhasil, penduduk Madinah masuk dan membaiat khalifah terpilih ini.
Begitulah kisah mengharukan seputar detik-detik Utsman diangkat dan dibaiat oleh kaum Muslimin saat itu untuk menjadi khalifah umat Islam. Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Sahih Bukhari yang kemudian dikutip oleh Sejarawan Utsman Al-Khamis dalam bukunya berjudul Hiqbah min At-Tarikh.
Bahkan dalam hadis yang sahih disebutkan secara detailnya bahwa Abdurrahman bin Auf menunggu hingga tiga hari lamanya untuk meminta pendapat Kaum Muhajirin dan Anshar mengenai rencana pembaiatan Utsman sebagai khalifah.
Riwayat ini menunjukkan bahwa proses pembaiatan Utsman tidak terjadi dalam waktu sehari saja.
Di masa kepemimpinan Utsman, Umat Islam mengalami kemajuan. Selain membebaskan sejumlah wilayah, Utsman juga membentuk angkatan laut pertama dalam Islam, melanjutkan dan menyelesaikan pembukuan Al-Quran, hingga melakukan perluasan Masjid Nabawi.
Utsman wafat pada tahun 35 hijriah dan memimpin umat Islam selama sekitar 12 belas tahun. Kepemimpinan Umat Islam kemudian dilanjutkan oleh Ali bin Abu Thalib. (A/R06/P1)
![](https://img.wattpad.com/cover/221701500-288-k462787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah teladan:4 sahabat Rasulullah
Duchowekisah 4 sahabat Rasullah Saw yang diangkat sebagai khalifah / pemimpin umat Islam setelah kematian nabi